Trois

401 50 5
                                    

Aku melangkahkan kakiku menuju pelataran kampus yang terkenal dengan berbagai macam prestasinya. Hell, biarpun aku miskin aku tetap harus bersekolah. Itulah motto yang dibuat oleh Ibuku, meski miskin dan tidak terhormat kita harus tetap bersekolah. Tidak nyambung memang, tapi beginilah adanya.

Langkah kakiku terhenti ketika melihat seorang wanita berambut coklat gelombang yang membungkus wajah ovalnya, sempurna, dan dia akan selalu sempurna, setidaknya di mataku. Ashley menoleh dan tersenyum ke arahku, Tuhan? masihkah aku berpijak di tanah? aku harap ya. Sudut bibirku langsung tertarik ke bawah ketika melihat si keriting tidak tahu di untung datang dan langsung mencium bibir Ashley.

Fuck you Styles. Kau fikir itu membuatku iri?

Ya, aku iri setengah mati.

Aku mempercapat langkahku untuk meninggalkan Ashley dan Harry yang masih berciuman, bukan rahasia umum lagi jika aku si miskin yang sama sekali tidak populer naksir berat dengan Ashley yang notabene anak perempuan dari keluarga terhormat. Dan sialnya aku harus bersaing mati-matian dengan Harry goddman Styles, he's rich as fuck, aku kadang bertanya-tanya apakah Harry selalu ngepet setiap kamis malam? jika ya, aku akan mengikuti jejaknya.

Holy crap Horan, kau boleh saja miskin asal jangan miskin hina. Jika miskin sudah begitu hina dan tidak punya harga diri, apalagi yang akan kau banggakan? lagi pula masih banyak Ashley- Ashley lain di dunia ini.

But I'm pathetic. I only love one Ashley.

-

Zayn mengelap tangannya yang habis memberishkan Ikan yang dipesan oleh Ibu-ibu berambut keriting besar -uhm mungkin kasarnya adalah keribo. Sedangkan aku? jangan tanya aku hanya duduk sambil memperhatikan si Pakistan, Zayn.

"Menyenangkan," aku menoleh ke arah Zayn sambil menaikkan sebelah alis, "kenapa? apakah aku salah bicara? bekerja sebagai penjual ikan sangat menyenangkan. Aku tidak perlu mengetik dengan kemampuanku yang payah. Aku tidak tertekan."

Aku mengendikkan bahu lalu menyelipkan kedua tanganku di belakang kepala. "Why you gotta be so rude? don't you know I'm human too? why you gott-"

" -Why you gotta be so dumb? don't you know you're human too?" aku menjitak kepala Zayn keras sampai-sampai dia mengaduh dengan hebohnya, aku menjulurkan lidahku dan berjalan bermaksud untuk menghindari Zayn yang berjalan mendekat ke arahhku.

Tapi, aku rasa kakiku yang keren ini menginjak kaki seseorang -goddes, kaki seorang gadis. Aku harap gadis ini jelmaan cinderella atau apalah itu, jadi aku bisa melupakan Ashley, setidaknya- maksudku apasih salahnya berharap?

"Kau menginjak kakiku pirang idiot tidak berotak!" suara seruan membuatku terlonjak kaget ketika menoleh, mulutku ternganga lebar, dugaanku tepat dia seoranga gadis, dengan rambut lurus pirang yang di tutupi oleh snapback, dia tomboy tapi can- Hey! what was she say to me? idiot? blondie idiot?

"What the hell you say to me?" tanyaku berusaha mengembalikan harga diriku yang sudah tercerai berai entah kemana, hell. Bahkan harga diripun tidak ingin dekat-dekat denganku, sial. Aku benar-benar hina sekarang.

Tanpa kusangka perempuan pirang itu malah mengangkat kakinya tinggi-tinggi lalu mendaratkannya di kakiku yang hanya beralaskan sendal butut."YOU'RE SO BLOODY IDIOT BLONDIE, YOU'RE BLOODY IDIOT"

Fuck, aku rasa jari kakiku akan patah semua.

Perempuan pirang ini akan membayar mahal apa yang telah dia lakukan padaku, aku benar 'kan?

-

Haiii bertemu lagi dengan Zstagram yang paling imutt, maaf baru update baru free dari uts huhu, kalian gimana utsnya?

Rude; on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang