BAB 11

124 29 26
                                    

"Waktu tidak bisa terulang kembali. Kini hanya ada penyesalan yang tertinggal akibat perbuatan masa lalu."

***

Andre menyedot minuman yang sudah ia pesan, sambil mendengarkan ocehan kakaknya yang tidak kunjung surut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andre menyedot minuman yang sudah ia pesan, sambil mendengarkan ocehan kakaknya yang tidak kunjung surut.

Pagi ini, sebelum Trisa berangkat kerja, ia sengaja membawa adiknya itu ke kafe untuk sarapan. Meninggalkan Syila yang masih sibuk berdandan di rumah.

"Jadi ngapain lo tadi malam keluyuran begitu? Udah izin sama abah, kan?" tanya Trisa setelah dari omelan panjang pada adiknya itu.

Andre menelan ayam goreng yang tadi ia kunyah sebelum menjawab pertanyaan sang kakak. Melawan kakaknya itu perlu tenaga, cuy! "Kemarin itu ada acara di mall dekat kontrakan lama kakak. Acara kampus.  Dan acaranya sampai malam, daripada Andre kedinginan malam-malam nyetir RX-King, mending gue ke rumah kakak kan? Eh taunya malah pindah rumah," jelas Andre dengan panjang lebar.

"Abah? Udah izin kan?" tanya Trisa mengulang pertanyaan itu.

"Yaiyalah udah. Kalau belum, sudah pasti abah nelpon kak Trisa berkali-kali nyariin gue. Emang abah nggak ada nanyain kakak? Mastiin aku udah sampai atau belum gitu?" tanya Andre sambil mengunyah ayam goreng lagi.

Trisa menggeleng singkat, menyeruput teh hangatnya sekali, lalu melanjutkan perkataan, "Nggak ada tuh," ujarnya berbohong. Ia hanya ingin menguji adiknya itu, apakah ia berkata jujur atau tidak.

Padahal, mamak dan abah menghubungi Trisa tadi malam beberapa jam setelah Andre sampai ke rumahnya. Memastikan bahwa anak laki-laki mereka sampai dengan selamat di rumah sang kakak.

"Kok abah nggak khawatirin gue, sih! Mamak juga nggak nelpon?" tanya Andre yang masih belum terima dengan wajah cemberut.

Trisa kembali menggeleng, "Nggak ada juga. Mungkin lo dulu anak pungut kali ... nemu di tong sampah, gitu?" ujarnya dengan wajah yang menyebalkan.

Kalian-kalian yang menjabat sebagai kakak di sebuah keluarga, pasti pernah melontarkan hal serupa kepada adik kalian seperti yang Trisa katakan kepada Andre. Ngaku!

Menjahili seorang adik memang menimbulkan kepuasan tersendiri. Kepuasan yang tidak pernah dirasakan oleh semua 'adik' di dunia ini.

"Nggak mungkin!" wajah Andre sedikit cemas karena kebohongan sang kakak yang tidak ia ketahui itu. Sekilas, ia sedikit mempercayai kebohongan itu.

"Kita kan nggak tahu kalau abah sama mamak bisa saja nyimpan rahasia." Kejahilan Trisa semakin berlanjut. Namun sayang, wajah bohong Trisa tidak bisa disembunyikan.

"Hei! Wajah kita aja mirip, gimana ceritanya kalau gue anak pungut, dodol!" Andre menirukan cara bicara Trisa ketika mengejek dengan sebutan 'dodol'. Ah, kali ini Andre cukup pintar untuk dibohongi, ia langsung bisa menebak wajah berbohong kakaknya.

Sahabat 25 Miliar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang