Prolog

1K 32 10
                                    

Aku memang pemalas! Kerjaku hanya makan minum tidur mandi memainkan gadget dan menonton tv, aku adalah manusia normal! Manusia yang mendambakan ketenangan untuk dirinya sendiri! Aku tahu aku salah, saat orang lain bekerja aku hanya tidur, saat orang lain membantu orang tuanya, aku selalu mencari-cari alasan supaya tidak harus melakukan hal yang merepotkan. Tapi mau bagaimanapun aku sayang orang tuaku, walau kadang aku ingin mereka tak ada, tapi itu normal sifatku sebagai manusia yang egois. Aku tahu meski aku di banding-bandingkan dengan anak yang lebih nakal berandalan, aku masih tetap salah sebagai anak pemalas yang tidak berguna.

Tapi apakah kau tak lihat ibu? Nilai UN-ku paling besar nomer 2 sekonoha, tapi kenapa kau tak bangga akan hal itu Bu. Meski aku bukan nomer satu tapi hadiah yang kudapatkan sebagai nomer 2 lebih berguna dari dia yang mendapatkan posisi pertama! Ok meski bukan itu masalahnya. Aku hanya ingin kau bangga padaku meskipun aku seorang pemalas.

"Kau tak pernah mengerti apa yang ayah katakan. Kau masih menanamkan sifat buruk itu di hatimu. Meski ayah tak suka mengatakan ini, tapi... Lihatlah anak tetangga kita Sasuke. Kau mengerti anakku?"

Ayah ku memang sering menasihati ku, berbeda dengan ibu dia tak pernah membanding-bandingkan aku dengan yang lain, Dulu. Tapi sekarang saatku dengar dia membanding-bandingkan aku dengan orang lain aku merasakan sakit hati yang lebih dari saat di nasihati Ibu ku.

"Ayah seperti yang kau bilang aku tidak pernah mengerti, dan tidak akan. Aku tidak mau sekolah lagi dan aku sudah memutuskannya." Aku berjalan pergi meninggalkan Ayah ku yang mendesah kecewa mendengar pernyataan ku. Entah kenapa aku merasa sok pintar dengan menjawab nasihat dari ayah ku, aku tau itu salah tapi aku tak bisa melawan sifat egoisku.

Saat kecil dulu Ibu dan Ayah masih memanjakanku. Aku yang saat itu masih berumur 5 tahun. Maksudku dimanja bukan seperti hal yang kalian pikirkan. Aku di manja seperti anak 5 tahun pada umumnya. Tapi setelah aku Smp aku jadi agak pemalas. Berbanding terbalik dengan kakak ku dia sejak kelas 6 SD sampai sekarang SMA seorang yang rajin di mataku dan orang tu- ah di mata semua orang. Wajar dia seorang wanita, meski pun seorang laki-laki rajin sama wajarnya.

Sejak itu aku tak pernah di perhatikan, bukan tidak lagi di manja aku sama sekali tidak suka di manja. Tapi mereka tidak peduli hal apa pun yang ku lakukan. Dan tentu saja kakakku mendapat perhatian yang lebih. Kenapa orang malas didiskriminasi bukan di beri motivasi? Itu pikiran ku setelah tidak di perhatikan lagi oleh kedua orang tua ku. Meskipun jauh dari diskriminasi aku tetap sakit hati, apalagi mereka melakukannya secara terang-terangan. Dan juga mereka sering menceritakan kelakuanku pada tetangga yang lain, aku makin sakit hati. Tentu ini wajar aku sakit hati saat orang tuaku berbicara buruk tentangku. Aku ini masih remaja aku belum atau tidak mau menyikapinya secara dewasa, alasanya? Ya karena aku malas!.

Memang dari semua yang ku katakan aku seakan bilang kalau yang salah itu kakakku, dia itu gadis yang imut dan dia pasti mendapat perhatian yang lebih. Tapi aku tak benci kakakku, aku mengganggap dia adalah rival yang harus kusaingi agar aku jadi sedikit di perhatikan. Tentunya sedikit aku tak mau kakakku yang cantik, manis, dan imut itu tidak dapat perhatian.

Saat kelas 3 SMP aku berubah rajin, tapi hanya rajin soal pelajaran yang lainnya aku tetap jadi pemalas. Aku belajar meski tidak terlalu serius tapi karena otakku memang lumayan bisa tanggap hanya dengan mendengar kata-kata penjelasan saja jadi aku bisa mendapat nilai ulangan sempurna dengan mudah. Kata Guru SD ku saat aku kelas 6 meski aku sering bolos, bahkan sampai 3 Minggu nilaiku saat ulangan dan bahkan saat ujian bagus semua. Aku tahu ini kemampuan dari Tuhan dan aku mensyukurinya.

MalasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang