Sekolah

171 10 1
                                    

Mungkin ini alasan sebenarnya aku tidak mau melanjutkan sekolah lagi. Alasan yang harusnya kusadari dari kemarin-kemarin, meski pemalas sepertiku memang punya banyak alasan sih.

Tapi alasan kali ini benar-benar seharusnya kupikirkan sebelum aku memutuskan menginjakan kaki di halaman SMA Konoha ini.

Perlu kalian tahu, situasiku saat ini persis seperti yang ku rasakan saat mendaftar SMP dulu.

Banyak orang-orang di sini, mungkin sekitar 600 orang, tapi bukan alasan banyak orangnya yang menjadi masalah.

Masalahnya, sekarang aku merasakan kemaluanku mulai membesar.

Tunggu-tunggu! Aku salah kalimat.

Masalahnya, aku merasa malu. Malu karena ini seperti dulu, dimana orang-orang di sini bersama orang tuanya, dan aku hanya sendiri saja.

Ok meskipun memang aku sekarang bukan anak kecil lagi. Tapi jika aku semakin besar, tentu kemaluanku akan bertambah besar juga!

Maksudku rasa maluku.

Dan juga hal yang lebih menyusahkan lagi adalah, saat aku datang ke meja pendaftaran, mereka bilang kalau harus ada tanda tangan orang tua di form nya.

Sial, tentu tidak mungkin jika aku bilang kalau aku yatim piatu. Masalah di masa depannya nanti akan semakin runyam.

Dan masih ada masalah lagi.

Ayahku sebenarnya bilang akan menyusulku, aku tidak tahu kesibukan apa yang membuat dia menyuruhku untuk ke sini sendirian, dan meskipun dia bilang akan ke sini menyusul tapi, waktu pendaftaran hari ini sebentar lagi habis.

Dan Ibu, dia ada urusan dengan Kakakku, entah urusan apa aku tak perduli.

Ibu memang kadang menyebalkan, dan kata-katanya padaku juga menyakitkan, tapi aku sebenarnya tahu, dia hanya lelah melihat sifatku.

Masalah yang sebenarnya itu ada padaku. Dan aku sudah tahu dari dulu, tapi meski aku merasa salah dan ingin berubah, keegoisanku membuatku keras kepala.

Aku sendiri aneh pada diriku. Aku tahu aku salah, dan aku tidak mau salah. Tapi meski banyak keinginan diriku untuk tidak jadi pemalas, hal yang terjadi setelahnya aku membatalkan niatku.

Aku selalu menyalahkan omongan orang tuaku, tiap aku batal merubah sikap.

Nasihat mereka selalu terdengar menyalahkanku, aku jadi kesal sendiri, dan gara-gara nasihat mereka, aku yang tadinya ingin berubah menjadi tidak berniat berubah selamanya.

Aku tak akan rela jika mereka tidak mengerti dahulu yang kurasakan, saat dimarahi mereka yang selalu bilang aku anak tidak berguna.

Kadang aku ingin mereka menyesal dan menangis jika aku mati sebelum mereka minta maaf.

Hah.. Sepertinya aku harus berkonsultasi dengan psikiater.

Dan sebenarnya hal ini juga yang membuatku malas sekolah lagi, selain tidak mau mengalami kecanggungan saat pertama kali masuk lingkungan baru.

Sialan, terlalu banyak alasan untuk aku membatalkan niatku untuk sekolah.

"Naruto!"

MalasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang