#2

264 38 15
                                    

"Chris, bangun."

Chris membuka mata dan mendapati Fazrin di depan matanya.

"Kata dokter lo udah boleh pulang. Sorry ya, kita baru jemput. Tadi kita ketiduran bentar terus sekalian deh berangkat abis sholat Shubuh," lanjut Fazrin.

Masih setengah sadar Chris berusaha mengangkat tubuhnya dibantu oleh Fazrin. Ia mengucek matanya dan mencari-cari korban jatuhnya moral Chris dini hari tadi. Sharon tidak ada di meja jaganya. Hanya ada Jihan yang sedang menulis entah apa. Chris juga menyadari selain tiga orang yang menyambutnya tadi malam, sekarang di di ujung tempat tidurnya sudah berdiri sesosok jangkung yang sepertinya dokter. Mudah saja, karena jasnya dan tampangnya yang jauh lebih tua dari Sharon dan Jihan.

"Chris? Kamu sudah boleh pulang ya. Nanti saya resepkan obat buat kaki kamu kalau-kalau kerasa sakit. Kaki kamu keseleo ringan, nanti kalau bengkak dikompres dingin aja, jangan kasih beban berat. Kalau oke penyembuhannya, palingan sebulan juga udah sembuh," kata dokter itu.

Chris hanya mengangguk. Ia menuruni tempat tidur dibantu Yoga dan Fazrin. Fazrin berulang kali mengucapkan terimakasih pada semua orang yang berada di IGD pukul 5 pagi itu.

Kecuali Sharon. Karena Sharon entah sedang berada di mana.

Setelah keluar dari IGD, mata Chris mendapati Sharon yang sedang menyirami bunga yang berjejer rapi di pagar puskesmas. Matahari jam 5 pagi yang mengintip malu-malu seolah ia takut kalah dengan kecantikan Sharon.

Tapi sumpah, Sharon cantik banget. Batin Chris.

Memang tipikal laki-laki.

"Sharon, terimakasih banyak ya semalam. Botol minum kamu saya bawa dulu. Daripada penyakit saya menular ke kamu!" Kali ini Chris tidak diwakili Fazrin untuk mengucapkan terima kasih ke tenaga kesehatan yang merawatnya selama beberapa jam itu.

Sharon hanya menolehkan kepalanya sesaat dan mengangguk. Tak mau repot. 

***

Satu minggu setelah jatuhnya Chris dari motor akhirnya kakinya sudah bisa diajak berkompromi, luka-lukanya pun sudah mengering dan ia bisa melepas kassa dan plester di lukanya. Seminggu ini sebenarya ia sudah berkali-kali mengajak teman-temannya, entah Yoga, Fazrin, ataupun Bembi untuk pergi ke IGD Puskesmas dengan dalih ingin kontrol. Tentu saja teman-temannya ogah memenuhi keinginan busuk Chris.

Jadilah hari ini ia datang ke Puskesmas dekat kontrakannya itu dan terpaksa pulang dengan tangan masih menggenggam botol minum milik Sharon.

"Sharon sama Jihan sudah selesai rotasinya di puskesmas ini. Udah digantiin teman-temannya," jawab mbak Sekar ketika Chris bertanya.

"Waduh, kami nggak berani kasih nomor telepon atau akun Instagram Sharon kalo Sharon-nya belum setuju." Kali ini Chris bertanya pada dokter muda yang kini menggantikan Sharon dan Jihan. Namanya Sania.

Saat di kontrakan pun Chris tetap memutar otak. Bagaimana cara mengembalikan botol minum ini?

Akhirnya Chris membuka Instagram-nya. Dengan berbekal kemampuan stalking seadanya ia mengetikkan nama Sharon yang dilihatnya minggu lalu.

Sharon Yudicia.

Dan Chris menemukannya. Akun Sharon si dokter muda yang merawatnya.

Ada nama Jamie bertengger saat Chris membuka akun Sharon. Tanda bahwa setidaknya ada kesamaan antara Chris dan Sharon.

Bahwa mungkin Jamie mengenalnya!

Tanpa ba-bi-bu Chris mencari kontak Jamie dan menelponnya.

"JAMIEE!!!!!"

Polar OppositeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang