Chris mengantongkan kedua tangannya. Malam mulai dingin dan Sharon belum keluar juga. Lima belas menit yang lalu ia sudah memberi tahu Sharon bahwa ia sudah di depan pintu lobi rumah sakit, membawakan botol minumnya.
"Chris?"
Samar Chris mendengar namanya. Sharon mengenakan setelan hijau muda dengan rambut dikucir kuda. Matanya terlihat kelelahan dan wajahnya pucat.
"Udah lama?" tanya Sharon saat sudah dekat.
Chris masih belum menemukan kesadaran untuk menjawab pertanyaan Sharon. Sedikit terkejut melihat Sharon, meskipun dengan wajah yang terlihat lelah, ia masih cantik.
Cantiknya menyejukkan.
"Eh, enggak kok." Padahal ia menunggu 15 menit dan sedikit kedinginan. Saat kesadarannya mulai kembali dan otaknya mulai tahu apa yang harus dilakukannya.
Chris menyodorkan botol minum hitam milik Sharon dan kantong kertas berlogokan salah satu restoran fast food. Sharon mengernyit, "ini apa?"
"Buat kamu," jawab Chris. "Sebagai tanda terimakasih buat waktu itu, sama kayaknya kamu belum makan. Abisnya pucet banget."
Sharon tidak menjawab, ia hanya meraih botol minumnya, membiarkan kantong makanan tetap dalam genggaman Chris. Ia memang belum makan dari siang karena ia harus membuat laporan pasien dan berjaga di poli. Tapi apa boleh ia menerima pemberian dari orang yang baru ditemuinya 2 kali?
"Nggak suka ya?"
"Suka."
"Terus kenapa nggak diambil? tanya Chris was-was. Ia mengacak rambutnya, tanda ia tak tahu harus apa.
"Bingung," jawab Sharon singkat.
Chris terkekeh. "Nggak usah bingung, terima aja. Buat makan malam. Boleh juga dibagi sama Jihan."
Sharon memindahkan tumpuan berdirinya dari satu kaki ke kaki yang lain. Enggan untuk menerima. Sedangkan di depannya Chris mengacak rambutnya, lagi.
Kemudian tangan Sharon meraih kantong kertas yang sudah cukup lama disodorkan Chris padanya. "Terimakasih."
Akhirnya Chris bisa bernapas lega, tanpa sadar ia menahannya saat Sharon mengulurkan tangan. "Sama-sama," ujarnya sambil memamerkan senyum-1000-Chris. Setelah berguru pada Bembi, Chris belajar ia harus sering-sering menebar senyum andalannya karena-sekali lagi menurut Bembi-senyuman Chris adalah pemikat wanita. Meskipun belum ada wanita yang terpikat sebelumnya. "Ngomong-ngomong hari ini sibuk banget, ya?"
Sharon being Sharon. Sepertinya sepatunya lebih menarik daripada Chris. Air mancur di depan lobi rumah sakit juga jauh lebih menarik daripada Chris. Pak satpam yang sedang berjaga di pintu masuk juga lebih menarik daripada Chris. Yang penting ia tidap menatak Chris. "E.... Iya," jawabnya singkat.
Otaknya Christopher berputar keras, mencari-cari langkah selanjutnya yang ia harus lakukan seperti yang sudah diajarkan Bembi padanya. Apa gue langsung aja minta kontak Linenya? Atau langsung gue ajak keluar kali, ya? Terlalu agresif nggak ya buat Sharon? Kalo misalnya gue minta followback aman nggak ya?
Ya!
Akhirnya setelah menimbang dan mengkaji, Chris meyimpulkan bahwa meminta Sharon untuk menerima permintaaannya di Instagram dan followback adalah hal yang paling tidak agresif diantara pilihan-pilihan lain yang ia buat di otaknya. "E... ngomong-ngomong, follow request-ku boleh di-accept ngga, Sharon?"
Sharon langsung mati kutu. Ia lupa bahwa Chris menghubunginya melalui Instagram dan sampai detik ini Sharon masih belum menerima permintaan ikuti dari akun Chris. Sharon sebenarnya sangat benci orang-orang agresif, dan di kamusnya Chris sudah sangat agresif. Mulai dari saat mereka pertama bertemu, menggodanya saat di puskesmas, menghubunginya tiba-tiba dengan dalih mengembalikan botol minum padahal Sharon sudah legawa dan merelakannya apabila botol itu tidak usah dikembalikan saja, dan sekarang? Meminta Sharon untuk menerima permintaan ikutinya dan balik mengikuti Chris. Apa-apaan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Polar Opposite
FanfictionChris want to give it a try. And Sharon thinks they will never gonna work. They are so different. They are the polar opposite. [A StrayTWICE's AU]