10:05

3.1K 591 122
                                    

Hangyul terbangun di siang hari sendirian, tidak ada orang lain di kamar yang ia tempati. Tidak ada Seungyoun, apalagi Jason, bocah yang katanya merupakan anak mereka berdua itu.

Tempat ini sangat asing baginya. Suasana rumah mewah yang sangat asing, teknologi yang asing, keadaan fisiknya yang asing, teman-teman yang asing, semua asing menurutnya. Ia masih merasa pusing, resah memikirkan semua yang terjadi walaupun sudah beristirahat lama sampai rasa nyeri di bagian kepala kanannya hilang.

Hangyul memutuskan untuk berkeliling mencari udara segar sekaligus mencoba membuat tempat itu terasa familiar baginya. Ada dua lapis tangga menuju atas, ia berasumsi bahwa rumah ini berlantai tiga. Hangyul memutuskan untuk mengeksplor dari lantai paling atas ke bawah. Suara-suara orang yang sedang sibuk bergerak terdengar dari atas tangga, apakah Hangyul tak sendirian disini?

Sesampainya di lantai tiga, ia menggeser pintu kaca yang berada di hadapan tangga dan masuk ke dalam ruangan besar itu.

"Eh, Hangyul?" tanya seorang lelaki manis berlesung pipi. Ia terlihat menggemaskan dengan kaos putih yang dilapisi apron berwarna peach di luarnya.

"Halo..." kata Hangyul menggantung, bingung memanggil lelaki itu dengan sebutan apa.

"Byungchan. Kamu biasa panggil aku Kak Byungchan. Aku kerja disini, ini workspace punya kamu Gyul. Anyway, aku udah tau semuanya dari Kak Jinhyuk, katanya kamu amnesia ya? Sini duduk dulu Gyul." Byunchan pun menarik kursi di dekat stationnya bekerja lalu mempersilahkan Hangyul mendudukinya.

"Kak Byungchan... aduh maaf kak jadi harus kenalan lagi. Aku sendiri gak tau aku amnesia atau nggak. Aku gak merasa pernah ngelewatin masa-masa aku beranjak dewasa, seinget aku kemaren aku masih 19 tahun. Rasanya aneh aja gitu, kayak loncat dari tahun 2019 ke 2029."

"Separah itu ya? Sayang banget kejadiannya pas ultah Jason, kemaren dia terpukul banget loh. Ups..." Byungchan menutup mulutnya kala ia tahu bahwa perkataannya mungkin menyinggung Hangyul.

"Hah... aku juga jadi ngerasa gak enak kak sama dia. Ohiya, ngomong-ngomong kemana Jason sama bapaknya?" Hangyul menoleh ke kanan dan kiri, sadar bahwa dari tadi di rumah itu hanya ada Byunchan dan dirinya saja.

"Tuh kan, kamu pasti nyariin mas dan anak kesayanganmu itu. Mereka lagi ke makam bapak." jawab Byungchan sekadarnya. Ia lalu menyalakan mesin pencetak untuk mengatur bentuk produk yang ingin dihasilkan dari layar sentuh mesin.

"Makam bapak? Siapa yang meninggal?" Hangyul jadi bertanya-tanya tentang siapa 'bapak' yang Byungchan maksud. Tidak mungkin bapaknya kan?

"Ceritanya panjang Gyul, dan kita semua kurang tau detilnya. Nanti minta cerita ke Mas Uyon-mu aja." nada Byungchan jahil saat ia menyebut panggilan suaminya Hangyul itu.

"Apa sih kak, aku bahkan gak pernah manggil dia Mas Uyon kecuali satu malem pas aku dikerjain itu." kata Hangyul agak defensif.

"Percaya deh, Gyul. Aku gak pernah liat kamu gak manggil dia Mas Uyon, soalnya itu panggilan sayang kamu ke dia. Dan kalian bener-bener sesayang itu satu sama lain, sampe aku ngiri pengen nikah juga."

"Idiih, tau ah." Hangyul pun membuang muka, melipatkan kedua tangannya di dada tanda merajuk.

"Gemes banget sih bosku kalo lagi malu, hihi." Byungchan yang menertawakan reaksi bosnya semakin terbahak kencang saat melihat rona kemerahan dari telinga sampai pipi Hangyul.

Ting! Pintu lift kaca di tengah ruangan itu terbuka.

"Kaaak, ini buahnya udah ada!" teriak seseorang yang baru saja keluar dari lift. Ia bermata besar, berambut coklat, dan wajahnya jenaka.

time lapse ; seungyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang