10:14

2.1K 445 109
                                    

⚠️Warning⚠️

This chapter contains PTSD, self harm, and others that is not suitable for those who are easily triggered by these things. Simply skip the first part of the hourglass if you can't stand to read it.

🎼

Another night without you
Another night I spend alone
Another morning that I wake up with your ghost
Another day that you left me

Why do I keep running from the truth
Oh, cause the truth's hurt
What did the truth say anyway?
They said you won't come back

Without you by my side
I'm losing the part of me
Without you by my side
I'm not the person who I used to be
Without you by my side...

🎼

Without You - Seungyoun Cho

⌛️⏳

"AARRGGHH!!" Seungyoun mengacak rambutnya frustrasi. Lirik lagu yang ia tulis terasa sangat pedih. Dirobeknya kertas yang ia tulis lirik tadi. Tangannya meremat potongan-potongan kertas tersebut menjadi bola, lalu melemparnya ke sembarang arah. Keinginan besar untuk menyelesaikan lagu itu tertahan, tatkala pikirannya mengulang kembali potongan adegan yang membuatnya hilang akal. Seungwoo dan Hangyul berciuman di hadapannya.

Bodoh. Seungyoun merasa bodoh. Seharusnya ia tahu bahwa Seungwoo tidak akan berdiam diri. Sejak mereka berdua berbicara empat mata, Seungyoun tahu ada kilatan yang berbeda terpancar dari tatapan seniornya. Seharusnya ia juga tahu bahwa Hangyul tidak bisa menerimanya. Ingatannya masih terjebak di 10 tahun yang lalu, dimana Seungyoun bukanlah siapa-siapa di hati Hangyul dan Seungwoo adalah lelaki yang pantas bagi lelaki yang dicintainya itu.

Mungkin memang ini takdirnya. Ia tidak layak bersama Hangyul. Ia juga merasa jahat, dirinya berani merebut Hangyul dari Seungwoo. Bagaimanapun juga, seniornya itu adalah orang yang sudah dari dulu mencintai Hangyul sepenuh hati. Ia kerap bertengkar dengan Seungwoo karena Hangyul. Ia berjanji akan bersaing secara sehat. Mereka sempat berkata, siapapun yang tidak berhasil, ia harus rela mundur. Dan mungkin ini saat yang tepat bagi Seungyoun untuk mundur.

Pikirannya kembali berkelana, tepatnya pada dua hari yang lalu. Di hamparan kebun bunga, Hangyul melepaskan ciumannya. Ia pikir ia memang lancang, secara tidak langsung ia mencuri ciuman pertama lelaki itu, mengingat pikirannya masih terjebak pada 10 tahun yang lalu. Ia juga sudah terlewat percaya diri, mungkin karena suasana berbunga-bunga yang mendukung.

"Ck! Tolol!" Seungyoun merutuki dirinya sendiri. Kebun bunga? Ayolah, itu karena Hangyul terus-terusan membahas bunga anyelir. Dan pada hari itu, Seungyoun memang sudah berniat untuk menyatakan kembali cintanya ke Hangyul. Ia pikir kebun bunga itu akan mendukung usahanya, agar Hangyul semakin menyadari rasa cintanya. Lagipula sejak kapan Hangyul membahas bunga anyelir? Sangat jarang ia membahas bunga kesukaannya itu sebelumnya. Kecuali jika kecurigaannya benar. Bunga dalam botol yang dibicarakan Hangyul beberapa hari ini... berasal dari Seungwoo. Bagaimana bisa ia baru menyadari hal ini?

Lalu bagaimana dengan hamparan kebun yang ia beri? Apakah hal itu berharga di mata Hangyul? Sebuah pemberian mungkin akan sangat diapresiasi, namun belum tentu mengubah perasaan orang yang diberi menjadi cinta.

Jika Hangyul memang mencintainya, apa benar ia akan menjauhinya setelah ciuman itu? Ditambah lagi, akankah Hangyul mencium lelaki lain di hadapannya jika dia mencintainya?

time lapse ; seungyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang