10:13

1.9K 438 166
                                    

Hangyul terbangun sendiri. Pandangannya memang masih buram, belum sepenuhnya jelas. Tangannya mengusak kedua kelopak matanya pelan, agar apa yang ia lihat bukan merupakan bayangnya saja.

Pintu hitam menuju studio bawah tanah terbuka.

Ya, Hangyul tidak salah lagi. Ia menyingkapkan selimutnya, membuangnya asal ke sembarang arah. Kakinya melangkah lebar menuju pintu basement tersebut. Apa Seungyounnya sudah pulang?

"Mas Seungyoun?" tanyanya saat memasuki ruang bawah tanah. Tidak ada jawaban. Ia pikir tidak ada orang di sana, tetapi mengapa pintu hitam itu terbuka?

"Mas..." gumamnya lirih saat melihat tidak ada orang di studio tersebut. Hanya lampu yang menyala, selebihnya alat-alat elektronik di studio masih mati. Ia tidak sedang dikerjai bukan?

Rasa penasaran Hangyul yang tinggi membuatnya menelusuri setiap bilik transparan yang ada di studio tersebut. Ruang rekaman, ruang piano, ruang band, sampai ke meeting room kecil tak luput ia periksa.

"Aneh..." bisiknya. Pasti ada sesuatu yang janggal di sini, Hangyul merasakannya. Feelingnya tak salah lagi, ketika ia mencium bau yang pernah singgah di indranya. Bau cengkeh yang tajam datang dari ujung belakang, dekat dengan bilik toilet kecil.

Pintu kayu itu belum pernah Hangyul pedulikan sebelumnya, ia bahkan tidak tahu ada ruangan lain di dekat bilik toilet basementnya. Tanpa ragu, ia membukanya dan tersentak. Bau cengkeh dari dalamnya sangat kuat, diduga muncul dari botol minyak cengkeh yang terbuka pada ruangan tersebut.

Hangyul melangkahkan kakinya pelan saat memasuki ruangan itu. Matanya beredar ke sekeliling, mengamati dengan seksama. Ruangan ini bisa dibilang gudang, sangat sempit dan seharusnya lembab. Mungkin karena dindingnya dilapisi kayu aras, ruangan itu tidak terasa lembab karena fungsi kayu aras yang berperan sebagai penyerap kelembapan dan bau.

Di antara perkakas-perkakas musik dan speaker-speaker hitam yang tinggi, Hangyul menemukan satu meja lebar yang di atasnya terdapat beberapa layar-layar hologram kecil yang tersusun sedemikian rupa. Layaknya CCTV, layar tersebut menunjukkan beberapa sudut pandang dari berbagai tempat di rumahnya. Halaman depan, halaman belakang, ruang tamu, ruang keluarga, dapur dan ruang makan, bahkan kamar tidur yang ia pakai tak luput dari intaian mesin tersebut.

Hangyul mengerutkan hidungnya tak nyaman. Ia menemukan sumber bau menyengat itu. Sebotol minyak cengkeh yang terbuka tepat berada di depan hologram CCTV. Sepengetahuannya, minyak cengkeh dipakai untuk membunuh bakteri penyebab penyakit pencernaan dan juga berfungsi sebagai viagra alami. Siapa orang gila yang memakai minyak tersebut di ruangan seperti ini?

Hangyul kembali memfokuskan perhatiannya pada layar hologram di depannya. Dengan mulut menganga, Hangyul menelusuri gambar yang terpatri di layar tersebut. Tak usah diragukan lagi, alat ini memang serupa CCTV. Ia tak tahu bahwa Seungyoun memasang alat semacam ini di rumahnya. Ia bahkan tidak melihat adanya kamera yang dipasang di sekitarnya. Mungkinkah ia harus bertanya pada sistem asisten rumah tangga otomatisnya?

"Azla?" Hangyul memanggil suara robot itu lantang, namun tidak mendapat jawaban.

"Haloo... Azla? Kenapa gak ngejawab?"

Hangyul melangkahkan kakinya keluar menuju ruang keluarga. Di sana ada perangkat utama yang dipakai sistem Azla. Ia memeriksa alat berbentuk kotak pengontrol tersebut.

"Perasaan kemaren udah dinyalain." alisnya mengkerut tatkala ia melihat kotak pengontrol yang menunjukkan bahwa Azla sedang dalam mode mati.

Tuut.

Ditekannya dengan keras tombol pengubah mode sistem Azla, tetapi nihil hasilnya. Sistem otomatis itu tak kunjung menyala.

Hangyul menyerah dan membuang napasnya kesal. "Hah... ck, masa udah rusak sih? Kayaknya gak mungkin deh. Payah!" Ia menutup kotak pengontrol sistem tersebut sebelum kembali melangkahkan kakinya menuju gudang tadi.

time lapse ; seungyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang