10:08

2.8K 480 110
                                    

Ngiing... Tuk, tuk, tuk, tuk!

Bunyi mesin pencetak gaduh, mengeluarkan tablet-tablet pipih berwarna abu-abu lewat pipa gelongsor yang mengarahkannya ke baki hasil jadi. Hangyul dan Hyunbin sedang memproduksi pasta gigi tablet berbahan charcoal. Pagi itu Byungchan belum datang, karena ia ingin sekaligus membeli bahan baku seperti bengkuang dan lemon untuk produksi losion setelah pasta gigi tablet.

Hangyul menata botol-botol kemasan di atas stationnya, memandangi tablet-tablet berwarna abu-abu itu sekilas. "Bin, ini satu botol isi berapa?" tanyanya pada si anak magang yang sedang sibuk di depan layar pencetak. Ia merasa pertanyaanya kurang etis, sebab yang seharusnya mengerti tentang bisnisnya adalah dirinya sendiri, tetapi bagaimana bisa ia mengetahuinya dengan pikiran yang tertinggal 10 tahun itu?

"30 sebotol. Kok, nanya sih kak?" cibir Hyunbin tanpa sadar.

"Gak bakal nanya sih bin, kalo gak amnesia." jawab Hangyul penuh sarkas.

"Ampun, lupa! Hehe maafin kak." ujar Hyunbin salah tingkah sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Ting!

Pintu lift terbuka, menampakkan Byungchan yang membawa kantong-kantong kertas besar berisi bahan baku di kedua tangannya. Selain itu, ada satu benda menarik yang ia bawa di tangan kanannya. Serangkai bunga anyelir putih yang ditata di dalam botol, lengkap dengan sepucuk surat yang terikat di pitanya.

"Pagi, semua! Udah kelar odol tabletnya?" tanya Byungchan yang menaruh kantong-kantong bahan baku di dekat station pembersih lalu membawa botol berisi bunga anyelir itu ke hadapan Hangyul.

"Tinggal dikemas kak." jawab Hyunbin singkat. Anak magang itu beralih ke station pembersih, mencuci bengkuang dan lemon yang sudah Byungchan beli tadi.

"Oke. Eh Gyul, ini tadi ada di depan pintu. Kayaknya buat kamu." tunjuk Byungchan pada bunga tersebut. Hangyul membuka surat yang tersemat di pitanya, membacanya sekilas.

'For Hangyul,

Just like these white carnations, your presence is just as pure as innocent as the color. Thank you for being kind and full of compassion. May God grant my prayer, as I wish for strength and good luck for you always.'

Kedua mata Hangyul melebar saat membaca isi surat itu. Ia tahu betul arti bunga anyelir putih: kekuatan, keberuntungan, dan cinta yang suci. Ia mengambil sebotol bunga itu secara tiba-tiba lalu berlari ke arah lift. Dirinya hendak menuju ke beranda halaman belakang, tempat dimana ia sempat menata bunga anyelir merah di hari sebelumnya.

Byungchan dan Hyunbin saling memandang, bertukar tatapan jahil seolah-olah mereka tahu apa yang terjadi.

"Taruhan itu dari Kak Seungyoun?" tanya Hyunbin.

"Ck, itu sih udah pasti." Byungchan mengangguk singkat. Ia melanjutkan pekerjaan Hangyul mengemas tablet-tablet pasta gigi yang tertunda.

Tak lama setelah itu muncul sebuah pemberitahuan di layar komputer utama. Byungchan meninggalkan stationnya untuk memeriksa notifikasi tersebut. Ada sebuah pesanan dari merek fashion lokal ternama. Mereka memesan parfum berbahan alami untuk dua bulan ke depan. Keningnya mengerut, apa Byungchan tak salah lihat?

"Bin, masa ada yang pesen parfum ke kita? Lah, kan kita gak produksi parfum." kata-kata Byungchan membuat Hyunbin penasaran dan mendekat ke layar komputer.

Tak lama kemudian, Hangyul kembali ke ruang kerja dengan rona kemerahan di pipinya. Ia melihat rekan-rekan kerjanya berkumpul di depan komputer lalu memutuskan untuk menghampiri mereka. "Ada apa?" tanyanya penasaran.

time lapse ; seungyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang