10:12

2.2K 441 82
                                    

Tok! Tok! Tok!

"Gyul... belum bangun? Mas udah buatkan kamu sarapan di meja." Seungyoun mengetuk pintu kamar mereka pelan. Ia tidak bisa memasukinya karena dikunci dari dalam oleh Hangyul.

"..."

"Gyul, mas sebentar lagi mau berangkat kerja. Kamu masih belum bangun?" tanya Seungyoun sekali lagi.

"..."

Masih tidak ada jawaban yang terdengar. Seungyoun menghela napasnya berat. Mungkin ini ada hubungannya dengan kejadian kemarin. Saat ia kelepasan mencium Hangyul, lelaki itu melepas ciumannya dengan paksa lalu kabur pulang ke rumah tanpa memberi tahu. Ia sempat uring-uringan saat tidak bisa menemukan Hangyul dimana-mana. Puncaknya, ia menyerah dan pulang. Namun, ia bersyukur saat menemukan sepatu Hangyul yang tertata rapi di dekat pintu walaupun kekasihnya itu tak mau keluar dari kamar.

"Ayah, ayo berangkat." ajak Jason yang sudah siap dengan atribut sekolahnya.

"Sebentar, ayah ambil dompet dulu." Seungyoun bergerak ke arah meja makan, mengambil dompet berisi surat mengemudi dan arloji pintar yang juga berguna sebagai kunci mobilnya.

Klek! Klek! Klek!

"Kenapa kamar papa gak bisa dibuka?" tanya Jason heran saat ia gagal membuka gagang pintu kamar papanya.

"Mungkin kemaren lupa kalo dikunci, kayaknya papa kamu masih tidur." Seungyoun tak mau membuat sang anak khawatir.

"Tumben jam segini masih tidur." Jason mengernyitkan keningnya, mengetuk pintu kamar itu pelan.

Tok! Tok! Tok!

"Papa... Jason pamit mau berangkat sekolah dulu ya. Papa jangan kebanyakan bobo, nanti berubah jadi kebo loh!" ucar Jason jenaka. Seungyoun terkekeh pelan sebelum ikut berbicara di depan pintu seperti Jason.

"Yaudah, dek. Mas sama Jason berangkat dulu ya. Daah..." mereka berdua pun pamit meninggalkan Hangyul sendiri di rumah.

Seiring mobil berjalan, pikiran Seungyoun dipenuhi pertanyaan yang belum terjawab. Mengapa Hangyul bersikap seperti ini? Apa ia melakukan kesalahan? Apa Hangyul tidak suka ia mencumbu bibirnya kemarin? Atau malah... apa Hangyul masih membencinya? Seungyoun menghela napas panjang namun kembali tersenyum, takut ketahuan sang anak jika mentalnya sedang tidak baik.

Sementara itu, Hangyul yang sedari tadi meringkuk di bawah selimut tebal hanya bisa menatap langit-langit dengan sendu. Ia belum siap bertemu dengan Seungyoun lagi sejak kejadian kemarin. Selain merasa tidak enak karena telah kabur, ia juga tidak tahu harus bersikap bagaimana di depan Seungyoun. Ia bimbang dengan perasaannya sendiri. Pikirannya kalut dipenuhi dengan dilema.

⌛️⏳

Krining!

Dua orang lelaki memasuki pintu cafe yang didatangi Hangyul dengan panik. Mereka berdua menghampiri meja yang diduduki Hangyul dan duduk di hadapannya.

"Dugyul, lo kenapa? Jiwa lo masih waras kan?" tanya Yuvin panik. Ia menarik dagu Hangyul untuk memeriksa wajahnya, menggerakkan kepala temannya itu ke kanan dan kiri.

"Vin jauhin tangan lo. Ish!" Hangyul menepis tangan Yuvin yang mengganggu kepalanya.

"Ada apa, Gyul? Lo bilang lo lagi stress banget dan butuh emotional support? Ini gue sama Yuvin bela-belain dateng kesini, takut lo kenapa-napa." kata Yohan khawatir.

"Maaf... gue bikin kalian panik. Gue cuman mau cerita tentang apa yang gue lakuin kemaren. Gue rasa gue melakukan kesalahan."

Kruyuk...

time lapse ; seungyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang