Shalima POV
Aku mencoba memejamkan mataku disebelah anak-anak lucu ini, tapi tak bisa, aku memang memiliki kebiasaan seperti ini sejak kecil, aku pasti akan susah tertidur ditempat-tempat baru hingga hari ke 3. Akhirnya aku memutuskan untuk mencari angin diluar asrama. Asrama ini begitu Tradisional, kayu-kayu jati tanpa cat lebih mendominasi pondok ini, entahlah aku juga merasa bingung pada pemikiran gadis belia seperti naila, disaat pondok-pondok pesantren berlomba-lomba membangun gedung bak menara eiffel, ia justru membangun pondok pesantren sederhana dengan bahan dasar kayu jati dan masih mempertahankan betapa eratnya hubungan mereka dengan lingkungan.
“Loh Kakak shalima belum tidur?” Suara lembut itu membuyarkan lamunku.
“Eh Naila juga belum tidur?”
“ini jam 10 kak, aku harus mengecek memastikan seluruh santri putri sebelum aku juga tertidur, oh iya kakak, maafkan sikap abang tadi yaa, abang afiq itu sebenarnya baik, tapi...”
“SSSStt... sudahlah nai, nggak apa-apa koq, nggak ada yang perlu dimaafin, o iya usia kamu berapa tahun sekarang?”
“Bulan februari nanti pas 19 tahun kak, kenapa kak? Babyface ya? Hehe....”
“Emm.... iya nai, kayak masih 12 tahun gitu...”
“kakak muji apa ngejek hem?”ujarnya manyun sambil menaikkan satu alisnya
“Hahahaha....” tawa kami pecah seketika.
“Kalian apa-apaan sih berisik banget, udah jam berapa ini?” dan suara itu menginstrupsi kami untuk diam.
“Abang, abang ngapain belum tidur? pasti abang merasa bersalah kan sama kak shalima, sini gih minta maaf?”
“Apaan sih dek, abang lagi ngerjain laporan bulanan, keganggu tau!”
“Alaah abang mah ngeles mulu, abang boleh ya kak shalima tinggal dirumah, nanti biar tidurnya sama aku...”
“Emm...”
“ya udah Kalau nggak boleh, aku mau telpon yunda...”
“Ehh... oke-oke tapi dengan satu syarat,kamu nggak boleh nyebut-nyebut nama itu lagi apalagi menghubunginya...”
“Yes, oke abang... emmmuach... ayok kak...”
Naila menarik tanganku den membawanya kerumah, sementara Syafiq masih mematung dingin, tangannya mengepal erat menampakkan otot-ototnya yang terlihat kekar. Syafiq sangat dingin tidak seperti mas Eufraj yang begitu hangat. Tapi sikap dingin itu seketika melembut saat dihadapkan dengan naila, mungkin syafiq begitu menyayangi naila.
“Iya kakak...” naila memasuki kamar dan terlihat tengah berbicara dengan seseorang ditelepon.
“........”
“Iya, kak, sekarang nai udah dikamar sama kak shalima...”
“............”
“Okey kakak, kakak juga cepet pulang ya jangan pulang larut malam, salam sama umi abi dirumah...”
“........”
“Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh...”
“Kak shalima, ayo tidur, udah hampir jam 11 nanti subuhnya kesiangan....”
“oke...”
KAMU SEDANG MEMBACA
Everlasting
SpiritualJika cinta selalu membahagiakan maka takkan ada kisah cinta Syafiq dan Shalima di dunia ini, tapi ada banyak kisah yang serupa. Mencintai tapi kehilangan dan mencintai tapi ditinggalkan, sanggupkah Mereka bangkit?