Deglar Anderson

1.9K 142 3
                                    

Warning!!!

Typo berterbaran di mana-mana!!

Jika menemukan si typo harap tinggalkan jejak!!

****

DUAR!!!!

Bersamaan dengan suara ledakan itu, ringkikan kuda mereka terdengar nyaring di tengah hutan Rafores. Mereka menatap sekeliling hutan dengan waspada, tatapan mereka menajam dan warna mata pun sudah berubah merah, kecuali Kyra.

Di saat mereka tengah sibuk memikirkan kenaoa tiba-tiba ada ledakan di tengah hutan, kaki Alicia tertarik oleh sulur hitam dan membuatnya terjatuh dari kudanya. Amirzan yang melihat hal itu bergegas menolong Alicia dan menahan tangannya. Dia mengeluarkan kekuatannya untuk memotong sulur hitam yang tampak aneh itu dengan pedangnya, tapi sulur itu tidak dapat terpotong.

Mereka mengernyit menatap sulur tersebut. Amerald pun berinisiatif mengeluarkan kekuatan apinya untuk membakar sulur hitam itu, lagi-lagi sulur tersebut masih utuh.

"Sulur apa ini?" tanya Amarazon bingung.

"Entahlah," jawab Amerald masih mengeluarkan kekuatan apinya berharap sulur tersebut terbakar dan hangus.

Sedangkan Kevano dan Acacia hanya diam dan memperhatikan, tapi pikiran mereka berusaha berpikir keras. Ketika sulur itu kembali menarik Alicia, dengan cepat Amirzan kembali menahannya.

Kyra menatap sulur hitam itu tajam, mencoba mengingat-ngingat apakah dia pernah membaca tentang sulur tanaman liar, mengingat jika dia sangat suka membaca tentang tanaman-tanaman. Sehingga ingatannya mengarah pada sebuah buku yang sudah pernah dia baca.

"Afrezigo Vanae," Gumam Kyra membuat mereka menatapnya bingung.

"Afrezigo Vanae? Apa maksudmu?" tanya Amarazon.

Kyra menatap mereka datar dan melangkah mendekati Alicia dan berjongkok. Tangannya terulur menyentuh sulur hitam yang bergerak melilit kaki Alicia, dia berjengit dan menatap tangannya yang memar.

"Kau tak apa?" tanya Kevano khawatir menatap tangan Kyra.

"Aku tak apa, kau tidak perlu mengkhawatirkanku." Kyra tersenyum menjawab kekhawatiran Kevano.

"Tapi tanganmu," ujar Kevano menatap tangan Kyra yang memar.

"Aku bisa menyembuhkannya," balas Kyra dan sebelah tangannya mengelus tangannya yang memar, cahaya hijau keluar dari tangan Kyra dan seketika memarnya hilang.

Kevano tersenyum dan mengelus rambut Kyra dengan sayang, "Kau membuatku khawatir."

Kyra terkekeh mendengarnya dan dia mengelus rahang Kevano, "Terimakasih sudah mengkhawatirkan aku."

"Bisakah akhiri adegan romantis kalian itu?" gerutu Alicia.

Kyra dan Kevano kaget menatap Alicia yang memandang mereka kesal. Kevano pun berdekhem sejenak dan menetralkan ekspresi wajahnya kembali datar dan dingin, sedangkan Kyra tersenyum malu.

"Maaf. Aku akan melepaskan lilitan sulur ini," ujar Kyra dan cahaya kuning menyelimuti sulur tersebut.

Mereka menunggu Kyra yang mencoba melepaskan kaki Alicia dari lilitan sulur aneh tersebut. Sekitar tiga menit, sulur itu berubah layu lalu terbakar menjadi abu membuat mereka takjub. Alicia tersenyum senang melihat kakinya yang telah bebas lalu mencoba berdiri, tapi pergerakannya terhenti karena Kyra yamg menahan lengannya untuk kembali duduk.

Tangan Kyra mengelus kaki Alicia yang membiru dan membengkak, cahaya hijau kembali berpendar dan menyelimuti kaki Alicia hingga kakinya sembuh seperti sedia kala.

"Wahh terimakasih, Kyra." Alicia tersenyum melihat kakinya yang kembali mulus dan memluk Kyra erat.

"Sulur itu beracun," ujar Kyra bergumam.

"Tapi, kenapa aku tidak merasakan sakit?" tanya Alicia.

"Kau akan merasakannya jika sudah beberapa jam," jawab Kyra tersenyum.

"Kau hebat," celutuk mereka bersamaan membuat Kura terkekeh.

"Terimakasih," balas Kyra.

"Lebih baik kita melanjutkan perjalanan," ujar Kevano datar dan mereka mengangguk.

Ketika ingin melanjutkan perjalanan mereka, suara ledakan kembali terdengar. Gempulan asap hitam menampilkan sosok tubuh berbadan tegap dengan jubah hitam berdiri di hadapan mereka. Kevano menatapnya tajam dan mengeluarkan pedangnya, begitu juga Amarazon yang tampak marah.

"Deglar Anderson," desis Kevano membuat tatapan tajam Deglar menghunusnya.

"Ahh, Hallo Yang Mulia," sapa Deglar dengan seringainya.

"Apa maumu?" tanya Amarazon tajam.

"Mauku? Kalian tidak perlu tahu," jawab Deglar terkekeh.

"Pergilah," usir Kevano dingin.

Deglar menatap Kevano sambil menaikkan alisnya, dia memiringkan kepalanya menatap Kevano remeh.

"Aku tidak akan pergi sebelum tujuanku tercapai," kekeh Deglar sinis dan menatap Kyra dengan dingin.

Kyra yang ditatap membalasnya dengan tatapan tajamnya. Ketika mendengar namanya saja membuat darah Kyra mendidih, dia menahan dirinya untuk tidak menghabisi Deglar saat ini juga.

"Hallo, Queen," sapa Deglar lembut, tapi terselip nada tidak suka di dalamnya. Kyra tidak menjawabnya, dia hanya diam menatap Deglar dingin.

Deglar mendekati Kyra sambil berjalan mengelilinginya. Mereka menatap Deglar waspada, terlebih Kevano.

"Menjauhlah kau dari mateku, Deglar." Kevano menatap Deglar berapi-api, dia sangat benci dengan tabiat Deglar. Sikap santainya tidak bisa dianggap remeh, dibalim sikapnya tersimpan kelicikan di dalamnya.

"Kenapa, Kevano?" tanya Deglar dengan senyum palsunya.

"Aku bilang menjauh ya menjauh," bentak Kevano emosi.

"Menjauh ya? Baiklah, aku akan menjauh," ujar Deglar santai, tapi dengan gesit dia mengeluarkan pedangnya dan lebih mendekat kepada Kyra.

Plash!!

Satu goresan pedang mengenai perut Kyra dan darah kental mengalir di sana. Mereka memekik melihat Kyra yang jatuh berlutut sambil memegangi perutnya. Tawa Deglar pecah melihat kondisi Kyra yang berdarah dan dia menatap Kevano sambil menyeringai tajam.

"Bagaimana permainanku, Kevano?"

⭐⭐⭐

Hallo gaiss :)

Terimakasih sudah membaca :)

semoga terhibur :)

Jangan lupa vote dan comment :)

Maafkan typo :(

Sampai jumpa di capther selanjutnya :)

Tbc.

Queen of NatureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang