Awal Bertemu | 01

107 15 5
                                    

' 01 °

Pertama kali bertemu, kesan pertama untuknya dariku adalah 'dingin'. Tidak bersosialisasi, selalu menyendiri. Apakah dia nyaman dengan lingkungannya saat ini? Dia terlihat tidak peduli.


"Milka?"

"Iya, bun?"

Perempuan yang sedang sibuk melepas sabuk pengamannya itu menoleh, menatap wanita yang kini tersenyum lembut.

"Kamu beneran gapapa sendirian? Bunda bisa lho nganterin kamu ke ruangan kepsek?"

Milka menggeleng, tanda menolak. "Aku udah gede lho, bukan anak kecil lagi," canda Milka sembari tertawa kecil. "Lagian kemarin kan udah di urusin file perpindahan aku, hari ini tinggal masuk kelas. Bunda mau orang-orang mikir kalau aku itu orangnya gak mandiri?"

Bunda tertawa mendengarnya. "Iya iya, cerewet ya kamu. Yaudah sana, yang pinter sekolahnya. Jangan bikin masalah." Setelah salim dengan Bunda, Milka mengangguk lalu turun dari mobil.

"Pulangnya nanti sama abang. Nanti tunggu aja di depan gerbang, jangan keluyuran kayak anak ilang," pesan Bunda yang dibalas oleh anaknya dengan acungan kedua jempol.

"Dadah," Milka melambai sampai mobil itu sudah tidak terlihat lagi. Ia berbalik badan, menatap gedung sekolah yang berdiri dengan megah di hadapannya. Milka menarik napas dalam-dalam, menyiapkan diri untuk memasuki sekolah baru.

Bagi seorang Milkaila Kalandra, pindah sekolah bukanlah hal yang besar. Hanya saja, ia agak sedikit canggung jika bertemu dengan orang-orang baru. Milka itu tipe orang yang malu-malu di awal, tapi kalau sudah kenal ia bakal jadi orang yang tidak tahu malu. Entah kenapa bisa begitu, Milka sendiri juga bingung.

"Neng, anak baru ya?"

Milka menoleh ke arah satpam yang sedang membuka gerbang. Ia mengangguk sopan sambil tersenyum. "Iya, pak. Hehe."

"Ayo masuk atuh, neng. Gak pegel kakinya berdiri disitu terus?" ajak bapak tersebut.

Milka mengangguk lagi, sempat melirik sedikit name tag satpam itu saat memasuki area sekolah. 'Dadang L,' bacanya dalam hati. "Um, Pak Dadang?" tanya Milka ragu.

Pak Dadang yang baru saja menutup gerbang langsung menghampiri Milka. "Kenapa neng geulis?"

"Ruangan kepsek di mana ya? Kemarin sempet ke sini sih, tapi lupa lagi hehe."

Setelah diberikan arahan, Milka tidak lupa mengucapkan terima kasih lalu segera pergi ke ruangan Kepala Sekolah. Setelah sampai, Milka mengetuk pintu sebelum membukanya perlahan. "Permisi..."

"Silahkan masuk," suara seorang laki laki mempersilahkan Milka untuk masuk. "Milkaila Kalandra?"

Perempuan itu mengangguk mantap. "Pak Johnny kan?"

"Iya, masih ingat ternyata haha," Pak Johnny berbasa basi membalas. "Nah, pas banget kalian datengnya barengan. Saya jadi gampang ngurus kelas nya - tunggu sebentar ya, nanti saya balik lagi dengan wali kelas kalian berdua."

Kalian?

Milka baru sadar bahwa ada manusia lain selain dirinya dan pak kepsek di ruangan itu, yang sekarang sudah keluar untuk mencari sang wali kelas. Seorang laki-laki, dengan pakaian seragam rapih yang pandangan matanya tertuju ke buku di pangkuannya. Tatapan mereka sempat bertemu, tapi hanya sebentar. Sepertinya kalimat di buku itu lebih menarik dari pada Milka.

Milka duduk di kursi di seberang laki-laki itu. Suasananya menjadi canggung karena tidak ada yang memulai percakapan. Diam-diam, Milka melirik ke depan, menatap orang yang ia simpulkan sebagai murid baru di sekolah ini juga.

Ketika Kita Bersama ; Baejin ft. MinjooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang