' 04 °
Redup sudah cahaya Bulan untuknya, karena Bulan telah menemukan bintang lain- bintang yang bersinar lebih terang dari ribuan bintang lainnya.
Milka menghela nafas, merasa gugup. Sudah berapa minggu dia tidak bertemu dengan Stefan, pacarnya? Selain karena ia pindah, Stefan juga sibuk mempersiapkan diri untuk Ujian Nasional.
Tidak perlu waktu lama agar Milka sampai ke Bomi Cafe. Tempatnya agak ramai, Milka perlu melihat ke segala arah untuk menemukan Stefan yang sedang duduk di pojok kafe. Milka tersenyum senang, menghampiri pacarnya itu.
"Kak Stefan!" panggilnya.
Stefan mendongak, tersenyum ke arah perempuan ber-pony tail tersebut. Ia lalu menyuruh Milka duduk di hadapannya. "Apa kabar?"
Milka tersenyum senang. "Baik, kak. Kakak sendiri gimana?"
"Baik kok," ucap Stefan, namun ada nada keraguan dalam ucapannya itu. Milka tentu saja menyadarinya.
"Um, ada masalah, kak?"
Stefan tidak langsung menjawab, sedikit menggigit bibir bawahnya. Tak lama ia menghela nafas, menatap Milka dalam-dalam. "Mil."
"Iya?"
"Aku... mau kita putus, boleh?"
Milka yang terkejut berusaha untuk tetap tenang. Apa ia tidak salah dengar?
"A-apa kak?" tanya Milka sekali lagi.
Stefan menghela nafas lagi. "Aku mau kita putus, Mil," ujarnya. "Kayaknya kita gak bisa lanjutin hubungannya lagi."
"Kenapa.." gumam Milka tidak percaya.
"Bukan salah kamu, tapi aku. Mikir aja, aku udah mau UN, udah gak bisa main-main kayak gini lagi," jawab Stefan.
Milka mengepalkan tangannya. "Jadi selama ini Kak Stefan cuma nganggep hubungan kita main-main?"
"Bukan gitu- gimana ya..." Stefan mengacak rambutnya pelan. "Kamu pindah, jauh dari rumah aku maupun sekolah lama kamu. Kalau ngelanjutin, kita gak bakal bisa bertukar kabar sering-sering karena aku bakal sibuk belajar. Aku juga butuh orang yang selalu nge dukung dari dekat, Mil."
Belum sempat Milka menjawab, seorang wanita duduk di samping Stefan. Milka baru saja ingin mengomel tapi ditahan saat melihat siapa orangnya.
itu Kak Tara, kakak kelasnya yang sudah lulus tahun lalu, dan tangannya sedang menggenggam erat tangan laki-laki itu.
"...Kak?"
"Maaf, Mil," ucap Stefan. "Tara yang selalu ada di dekat aku, yang selalu nge support aku pas kamu gak ada. Hubungan kita sampai di sini aja ya?"
Milka mengerti. Mereka sudah berpacaran, inilah sebabnya Stefan mau bertemu dengan Milka. Laki-laki itu ingin putus dengan dirinya.
Sumpah, Milka ingin menangis, tapi sebisa mungkin ia tahan. Setidaknya, sampai ia keluar dari kafe ini.
"Brengsek," desis Milka sebelum akhirnya berdiri dan berjalan cepat keluar dari kafe. Air mata nya sudah keburu turun, ia menunduk sambil berusaha untuk mencari arah ke toilet. Untung saja toilet di lantai itu sepi, Milka langsung masuk ke salah satu biliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Kita Bersama ; Baejin ft. Minjoo
Fanfiction[sudah dihentikan karena karena author sendiri bingung dengan jalan ceritanya] hanya sebuah lukisan kata, dari Milka untuk seorang Bagaskara. berpadu kenangan, ia tumpahkan semua rasa yang tersembun...