Rahasia? | 05

46 7 6
                                    

' 05 °

Matematika memang sulit untuk dipahami. Tapi mau tahu apa yang lebih sulit dari pelajaran itu? Jawabannya kamu.

   
"Pusiiiing," keluh Milka setelah menaruh pensilnya.

Sudah seminggu sejak kejadian dirinya dengan Stefan, sudah seminggu pula Milka berusaha untuk melupakan laki-laki itu.

Dan sudah seminggu ini, ia selalu bersama Jay jika Damia tidak ada.

"Bagian mana?" tanya Jay, yang sedang membaca buku selagi menunggu Milka menyelesaikan tugas matematika nya.

Sekarang mereka sedang berada di perpustakaan sekolah, selagi jam istirahat. Damia sejak tiga hari yang lalu sakit dan tidak masuk sekolah, membuat Milka hanya bermain dengan Jay. 

Milka menyodorkan buku nya. "Yang ini, gak ngerti."

Jay menggeser kursinya mendekat, mengambil pulpen lalu menuliskan rumus yang perlu digunakan. "Ini jawabannya, catet ulang."

Perempuan itu menurut, mencatat kembali semua rumus dan proses hitungannya ke dalam buku tugas.

"Akhirnya selesai," Milka merenggangkan tangannya, otaknya lelah jika harus berfikir rumus-rumus dan angka. "Lemah banget aku soal matematika."

Jay menatap Milka, entah ia harus merasa bingung atau kagum. Selama seminggu terakhir Milka tidak pernah terlihat sedih atau murung. Bahkan sebaliknya, ia selalu terlihat ceria. Jay tahu sekali kalau Milka hanya berusaha untuk menutupi kesedihannya, perempuan itu juga tidak pernah membahas kejadian waktu dengan Stefan.

Intinya, Milka adalah orang yang suka menyembunyikan perasaan aslinya.

"Hei, mau tahu gak?"

"Apa?" Milka menoleh ke arah Jay.

"Dibalik kata 'sunset', ada kata 'moonrise'," ucap Jay, yang mengundang tatapan bingung dari temannya. "Artinya, dibalik semua perpisahan, pasti selalu ada kebaikan yang menunggu."

Milka sempat terdiam sesaat, kata-kata itu seakan-akan menenggelamkannya dalam kesadaran. Ia lalu tersenyum, memukul pundak laki-laki itu pelan. "Ciee, bisa puitis juga ternyata."

"Dapet dari buku," Jay langsung berdiri dan membereskan barang-barangnya. Entahlah, sekarang ia malah merasa salah tingkah. Milka tertawa melihat reaksinya.

"Ikut beresin atau gua tinggal?" ancam Jay yang membuat Milka buru-buru membereskan barangnya.

Mereka berdua berjalan keluar dari perpustakaan menuju kantin. Milka melirik Jay yang fokus menatap ke depan.

Sesampainya mereka di kantin, Milka menyuruh Jay untuk duduk tenang sementara ia yang akan memesan makanan.

"Mau apa? Aku traktir nih," tawar Milka.

Baru saja Jay membuka mulut untuk menolak, ia keburu dipotong.

"No, gak ada penolakan," balas Milka. "Ini juga sebagai tanda terima kasih."

"Makasih?"

Milka mengangguk. "Selama seminggu terakhir, kamu selalu ada di samping aku hehe. Mungkin kamu udah tau, walaupun aku keliatan ceria, aku masih suka kepikiran Kak Stefan. Tapi gak lama, karena ada kamu yang bisa aku ajak ngobrol buat ngalihin pikiran-!"

Ketika Kita Bersama ; Baejin ft. MinjooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang