20. Resah

17 2 0
                                    




Jika nantinya tembok yang kita bangun bersama retak hanya karena salah paham, maka sia-sia aku jatuh bangun untuk membangunnya sekokoh mungkin.

*****

Aneth membuka sebuah kilasan kenangannya dengan Jinka, ia membuka beberapa fotonya bersama Jinka di laptopnya. Betapa pahit rasanya ia baru mengetahui jika Jinka adalah sebab ia menderita. Ia baru sadar setelah banyak petunjuk yang datang.

"Aneth!!! Cuci piring! Pemalas!!"Aneth mendesah, ia lupa jika sekarang ia dijadikan pembantu oleh orang tuanya sendiri.

"Iya!"teriaknya lalu ia bergegas ke bawah.

*****

Dimas berjalan menuju ranjang Zacky dan berbaring disana, ia sedang bermain di rumah Zacky.

Ia pun memejamkan matanya lelah, ia merasa kehilangan sesuatu, harinya kini membosankan, dan ia tau apa sebabnya. Aneth. Ia rindu sosok itu, seorang yang membuatnya jengkel tapi juga membuat hatinya berdetak tak beraturan.

Fariz yang melihat pun menghampirinya.

"Kenapa Dim? Galau amat."komentarnya

"Ikut campur aja lo, punya hak apa buat ikut campur urusan gue?"Fariz menghela napasnya mencoba sabar.

"Gue sahabat lo Dim, wajar dong kalau gue nanyain lo, gue cuma khawatir. Mamih pernah bilang kalau sebagai sahabat kita harus mengerti satu sama lain."

"Bacot!"Fariz lagi-lagi menghela napasnya, ia memang sudah hapal dengan sikap Dimas.

Zacky pun datang dengan membawa stik ps nya yang tertinggal di kamar adik laki-lakinya yang masih berumur 12 tahun.

"Woah Dim, pusing lo? Tumben amat."Dimas kembali bangun dam merebut stik ps yang masih ada di tangan Zacky.

"Gue gak selera main ps. Mending lo bawain makanan buat gue."perintah Dimas seolah dia adalah raja.

"Gue udah bolak-balik anjay, lo seenak udel aja nyuruh gue."

"Lo keberatan? Oke, gue juga keberatan bagiin jawaban ulangan gue ke elo."Zacky menggeleng dengan cepat.

"Siapa bilang keberatan? Gue keringanan kok, saking ringannya sampai gue terhempas kesana kemari."ucapnya lalu berlalu meninggalkan mereka.

Dimas berubah pikiran, ia pun mengambil kunci motornya dan tanpa sepatah kata pun ia melenggang pergi membuat Fariz menggeleng dan mengumpat dalam hati.

****

Sudah bosan di rumah, Aneth pun memilih untuk sekadar jalan-jalan di taman sekitar komplek rumahnya ralat rumah orang tuanya.

Jika Aneth tak kuat, sekarang pasti ia sudah memilih untuk bunuh diri saja, sekarang ia butuh sandaran, butuh pendamping, dan butuh teman curhat.

Aneth jongkok di bawah daun-daun yang berguguran. Ia menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya, sungguh ia tak bisa menahan bebannya lagi, Si Misterius, orang tuanya, cinta segitiga dengan Jinka. Semuanya membuat pikirannya penuh.

Namun, tiba-tiba seseorang merengkuhnya, menenangkannya dengan dengan penuh kasih sayang.

Aneth diajak berdiri dan seseorang itu menenggelamkan wajah Aneth di dada bidangnya.

Aneth tau harum parfum itu, ia tau siapa orang tersebut namun ia terlalu ragu untuk mengungkapkannya, ia tak yakin.

"Lo anggep gue itu apa?"suara yang familiar, Aneth mendongak, dugaannya benar ia adalah Dimas.

Because I'm Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang