(8) Sayang Papi

360 35 5
                                    


.
.
.
.
.
.


Waktu menunjukkan pukul 8 malam , dan sekarang aku sendiri disini , Andra pulang setelah berbincang bincang lumayan banyak denganku .

Beberapa jam sekali , perawatan datang untuk mengecek kondisi dan membawakan makanan , secara ini ruang VVIP pastilah pelayanan bagus , ya walaupun makanan yang dibawakan tetap bubur bubur juga .

Handphoneku berbunyi menandakan seseorang menghubungi , dan setelah ku cek ternyata Papa yang menelpon , tumben dia nelpon anaknya .

" Halo Pa "

" Halo Fi "

" Tumben telpon , ada masalah di kantor cabang "

" Nggak , semuanya baik baik saja . Emang salah ya Papa telpon anak sendiri "

" Ya enggak sih "

" Papa dapet info , tadi kamu nggak dateng rapat bareng perwakilan perusahaan dari Singapura " tuh kan... pasti nggak jauh jauh dari kerjaan

" Alergi Dhafi kambuh "

" Iya , Papa sudah dikasih tau Danu . Papa cuma mau bilang , jaga kesehatan , maaf nggak bisa nengokin kamu "

" Biasanya juga nggak pernah peduli "


" Papa pikir kamu udah maafin Papa. Ya  memang kesalahan Papa fatal banget , Papa minta maaf "

" Hmm.. "

" Ya udah , jaga kesehatan .  kamu kebanggaan Papa "

Tuut....

Jika kalian pikir aku dan Papa rukun rukun saja selama ini , maka salah besar , sejak kecil aku dan Papa sudah sangat jauh , Papa dulu selalu disekitar ku , tetapi entah mengapa hati dan raganya sangat sulit ku dapatkan .

Dulu saat aku hancur karena Dhafa dan keyra menikah, Papa memang ada di sampingku , tapi kurasa itu hanya formalitasnya saja . Yang jelas kami tidak baik baik saja.

Toktoktok...

Seorang suster muncul dari balik pintu kamarku , dengan membawa seseorang.

" Permisi pak Dhafi , saya disuruh untuk mengantarkan anaknya dokter Dhafa kesini "

Setelah itu , suster itu pun pergi dengan meninggalkan sesosok bocah yang sedang tersenyum kearahku.

" Kamu kok kesini , besok nggak sekolah apa ? "

Bocah itu berjalan menuju berankarku dan mencoba menaikinya , walaupun tetap aku membantunya.

" Nggak tau Pi , Ken cuma mau nemenin Papi disini . Pasti bosan kalau cuma sendirian disini "

Walaupun terkadang agak menyebalkan, tetapi memang Kenzie sangat peduli dan membuat sisi melowku muncul.
" Makasih Ken " ucapku sambil mengelus rambutnya.

" Papi boleh nggak Ken tiduran samping Papi "

Aku memperbolehkannya berbaring di sampingku , bahkan dia memelukku , sudah seperti ayah dan anak.

Kan emang harusnya udah punya anak , kalau nggak ketikung :")

" Pi "

" Hmm ... "

" Papi tadi kok garuk garuk sih , liat tuh mukanya jadi jelek banget , ada bekas garukannya "

" Papi tadi alergi "

" Alergi itu apa ?"

" Alergi itu , hmmm... Kayak perubahan reaksi tubuh gara gara terkena atau memakan sesuatu " aku mencoba memilih kata yang mudah dia cerna , tapi entah dia mengerti atau tidak.

" Ohh.. gitu "

" Kamu ngerti maksud Papi ?" Tanyaku , yang dia jawab dengan gelengan kepala.

" Intinya , Papi nggak bisa makan kentang "

" Oh.. gitu " setelah itu tidak ada obrolan diantara kami.

Aku melirik kearahnya siapa tau dia tertidur , dan ternyata matanya masih terbuka . Dia terlihat mengamati ruangan ini .

" Tadi waktu Ken mau kesini dibolehin nggak sama Mama ?"

" Nggak dibolehin , tapi Ken tadi pura pura nangis jadi Mama ngijinin deh "

" Nangis beneran kali , jadi Mama ngebolehin "

" Pura pura Papi , mana pernah Ken nangis"

" Iya iya Kenzie ponakan Papi yang nggak pernah nangis "

" Ken kok sering sama Papi sih , Papi kan galak " tanyaku lagi.

Ken berpindah dari yang tadinya berbaring di sampingku menjadi duduk di perutku.

" Ya karena Papi baik , suka beliin Ken mainan "

" Oh.. karena dibeliin mainan , emang Papa kamu nggak beliin "

" Ya beliin sih , tapi kadang-kadang . Kalau Papi setiap hari , pokoknya Ken suka sama Papi "

" Halah modus "

" Pi , ada permainan nggak , bosen nih apalagi Papi sibuk sendiri " ucapnya ketika aku sedang mengecek email dari beberapa kolega Bisnisku , kasihan juga sih dia dari tadi duduk di perutku tanpa melakukan apapun.

" Papi cuma bawa satu handphone , ini masih buat kerja "

" Yah... " Ucapnya cemberut.

" Ya udah nih , nggak ada permainannya juga " ucapku sambil menyodorkan handphoneku.

" Kan bisa donlot "
Sementara dia mengotak Atik ponselku , aku sibuk memperhatikan wajahnya . Dia sedikit agak mirip denganku , secara bapaknya dia kembaran seiras gue , tapi secara keseluruhan wajahnya lebih ke keyra dari pada Dhafa .




" Pi , kok banyak foto Mama disini ?"

___________________________________________

Maaf udah lumayan lama nggak update 🤗  karena kebagian bagi sama beberapa cerita yang lain yang juga harus di up  , jadi ya agak lama updatenya .

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian
👉⭐
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Terimakasih ....

DONATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang