I'm Here

7.9K 552 27
                                    

SEKEMBALINYA ke rumah, Jungkook hanya menunjukkan wajah masam sembari melonggarkan dasi, melemparkan tas jinjing ke atas sofa lalu mendengar seruan dari seorang bocah laki-laki yang berlari dari arah ruang tengah sedang menujunya.

"Papa pulang!" kata bocah itu gembira sehingga membuat Jungkook mendongak lantas menghentikan kesibukannya, tersenyum lebar menyambut jagoannya berlari tergesa sambil membawa sebuah robot besar dalam pelukan. Pria itu lekas berjongkok seraya merentangkan tangannya dengan lebar―menangkap tubuh kecil Jeon Aron yang langsung menerjang kuat ke arahnya. "Hei, Boi. Sudah makan belum?"

Aron mengangguk cepat sekaligus antusias. "Sudah! Disuap oleh Mama. Mama membuatkan Aron pasta yang sangattt lezat. Papa mau? Mama sedang memasakkan bagian untuk Papa." Jungkook tersenyum kecil kemudian bangkit sambil menggendong putranya.

"Honey," panggil Jungkook selagi tungkainya melangkah lebar, menuju ke dapur dengan langkah panjang, pun mendengarkan putranya bercerita dengan riang. Begitu sampai di dapur, pemandangan akan sosok wanita yang kini tengah sibuk memasak langsung memanjakannya.

Menyadari bahwa suaminya telah pulang, Jihwan lekas mengalihkan pandangan dan mematri senyum, mendapati Jungkook semakin mendekat sebelum akhirnya mendaratkan kecupan pada bibir Jihwan, lalu melakukan hal serupa pada buah hatinya. "Mau secangkir kopi, Tuan?"

"Boleh," sahut Jungkook sambil menurunkan Aron yang mulai tak bisa diam. Bocah itu langsung berlari meninggalkan dapur saat telah dilepaskan, memekik riang menuju ruang tengah karena mendengar soundtrack film kartun kesayangannya dimainkan. "Kau baru pulang dari butik?"

"Mm. Tadinya ingin lembur, tapi kasihan Aron. Tadi siang Aron sempat muntah-muntah, dia juga jadi susah makan. Karenanya aku membuatkan pasta."

"Kerja bagus. Mungkin dia masuk angin?"

"Kurasa," sahut Jihwan, kembali menyibukkan diri, menggenggam gagang teflon lalu mematikan api kompor dan menyajikan sepiring pasta untuk Jungkook―meletakkan beberapa garnis untuk mempercantik. "Duduklah. Akan kubuatkan secangkir kopi." Tangannya meletakkan piring berisi pasta itu ke atas meja makan, bergerak cekatan ke sisi lain, membuka kabin dan mengeluarkan toples gula serta kopi.

Menyadari bahwa Jungkook tak mengatakan apa pun hingga suasana terasa cukup hening, Jihwan pun lekas berbalik dan menemukan pria itu melamun dengan pinggul bersandar pada pantri. Sesaat Jihwan mengernyit lalu mendekat. "Hei, ada apa? Kenapa melamun begitu, hm?" tanyanya lembut, kontan membuat Jungkook tersadar dan menatap teduh lalu menggapai dirinya, melingkarkan sepasang lengan ke belakang lekuk pinggang. "Kegelisahanmu itu cukup mencolok tahu," kata Jihwan sebal. Ujung jari telunjuknya mencolek pucuk hidung Jungkook usil.

"Mau cerita padaku?" tawar wanita itu lantas mengalungkan lengan pada tengkuk suaminya. Jungkook terkekeh gemas. Memandang wajah istrinya dari jarak sedekat ini mampu membuat perasaannya menjadi jauh lebih baik. Jihwan menampilkan ekspresi selucu mungkin demi menghibur lalu tiba-tiba merasakan tubuhnya ditarik kelewat cepat ke dalam pelukan hangat.

"Maaf ya," bisik Jungkook, seketika membuat Jihwan merasa bingung lalu memutuskan untuk bertanya.

"Maaf untuk apa, Honey?" Jungkook semakin mempererat pelukannya―memejam rapat karena rasa bersalah.

"Proyeknya gagal. Aku mengacaukan segalanya," sesal Jungkook, terdengar seperti akan terisak namun masih berjuang menahannya sekalipun sesak terasa menghimpit dada. Jihwan terdiam sesaat, untuk sementara merasa bingung dan mencari opsi agar dapat menenangkan pria perfeksionis ini. Jihwan memejam, lalu tangannya memberi tepukan pelan di punggung Jungkook―hati-hati agar membuat prianya merasa nyaman. Paling tidak, pelukan hangat ini bisa membuat Jungkook merasa aman dari segala hal buruk yang mengganggu benak.

"Tidak apa-apa. Tidak semua proses mesti berhasil. Kalau kali ini gagal, mungkin memang belum waktunya. Jadikan sebagai pengalaman untuk senjata proyek berikutnya. Jungkook-ku tidak akan menyerah semudah itu kan?" kata Jihwan sambil melepas dekapan dan menatap sepasang manik milik Jungkook dalam-dalam. Bibirnya yang ranum menyulam senyum tulus bersama kedua tangan yang memeluk belah pipi sang lawan. Jungkook menghela napasnya, masih tampak kecewa. Jihwan melipat bibirnya, berpura-pura sedih saat tahu Jungkook masih saja murung. "Ayo semangat. Semangat! Aku jadi sedih kalau melihatmu murung begini. Ya, ya? Tersenyumlah. Jangan terlalu dipikirkan, aku dan Aron akan selalu ada untuk mendukungmu. Mm?" Jungkook melepaskan tawa pasrahnya lagi, bergegas mengecup bibir istrinya kilat.

"Terima kasih, Hwanie. I love you to the moon and back."

"Aku mencintaimu lebih dari apa pun, Mine," bisik Jihwan dan dalam sekian detik berikutnya merasakan hidung mereka bersentuhan, disusul bibir yang saling bertemu. []

Honey LemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang