Jun Goo

1.8K 198 33
                                    

Sejak hubunganku dengan tunanganku berakhir, aku belum juga memutuskan untuk menjalin cinta dengan seorang pria

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak hubunganku dengan tunanganku berakhir, aku belum juga memutuskan untuk menjalin cinta dengan seorang pria. Aku tidak tahu apakah aku akan menemukan yang lebih baik dari Min Yoongi. Kami berpisah karena situasinya sudah terlalu rumit. Padahal aku dan Yoongi terlanjur bertunangan secara rahasia saat itu dan orang tuanya tak menyetujui hubungan kami. Menurut ayah Yoongi, dia lebih pantas jika bisa didampingi oleh seorang wanita yang telah lebih dulu dekat dengan keluarga mereka. Sementara aku dan Yoongi baru membina hubungan selama dua tahun, itu pun tak cukup sering bertemu, lebih parahnya lagi Yoongi belum pernah memperkenalkanku pada kedua orang tuanya.

Malam ini aku mendatangi sebuah kedai kopi dan langsung tersenyum tatkala penghidu berhasil menghirup aroma tajam sekaligus manis yang menguar dalam ruangan. Ketika memasuki kedai tersebut, lonceng angin akan bergerak dan menimbulkan suara menenangkan seolah-olah tengah menyambut kedatangan pelanggan.

Ini pertama kalinya aku berkunjung ke kedai ini. Seohee yang telah merekomendasikannya padaku. Dia bilang, kedai ini sangat menenangkan dengan nuansa serta musik klasiknya yang khas. Seohee benar. Aku mendadak langsung jatuh cinta pada kedai ini untuk sebuah kunjungan perdana.

Sekarang suasananya tak begitu ramai. Kulihat hanya ada beberapa pelanggan yang sedang berbincang di bagian sudut ruangan dan sepasang lansia tengah menikmati waktu mereka sambil membahas buku-buku tua berhalaman cokelat. Aku tersenyum sejenak sebelum akhirnya menuju bar dan menghampiri seorang barista pria yang tampaknya masih sangat muda⸺atau mungkin berusia sekitar dua puluh empat tahunan sepertiku.

"Selamat malam, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" Aku tersenyum manis saat barista itu menyapa ramah. Netraku sempat melirik ke arah name tag yang tertera di kemejanya kemudian beralih memandang pria itu lagi. Sempat tertarik untuk mengamati jari-jemarinya yang ditato, juga telinganya yang diberi piercing.

Namanya Jun Goo. Dia benar-benar masih muda dan terlihat bertalenta. Dengar-dengar, dia adalah pemilik kedai ini. Meski tempatnya tidak seluas kedai kopi lainnya, tempat ini tetap terlihat menarik sekaligus natural.

"Temanku merekomendasikan tempat ini karena dia bilang aku akan merasa tenang jika berkunjung kemari. Aku tidak suka kopi, bisa kau sajikan minuman hangat lain yang mungkin kusukai? Aku suka teh."

"Apa suasana hati Anda hari ini sedang baik?" tanya pria itu sambil memandangku lekat, tentu tanpa lupa mengulas senyumnya. Aku berpikir sejenak kemudian mendengus dalam desahan berat. Aku tidak yakin apakah hari ini suasana hatiku bagus, sebab yang kurasakan kini hanyalah kehampaan mendalam tiap kali mengingat nama Yoongi.

"Tak baik, tapi juga tak terlalu buruk," kataku kemudian menekuk tiap belah bibir. Pria itu memetik jarinya dengan antusias kemudian mulai meraih cangkir pendek bertangkai dengan kacanya yang bening. Aku mengamati gerak cekatan pria tersebut sambil mengamatinya yang sedang meracik sangat fokus.

Detik berikutnya, yang aku tahu pria itu sedang menuangkan air panas dari teko listrik ke dalam sebuah poci kecil, kemudian memasukkan setengah sendok besar serbuk bunga chamomile. Aku memperhatikan gerak-gerik Jun Goo yang kini sedang mengetuk-ngetukkan ujung telunjuknya pada tepi bar seolah sedang menghitung waktu. Setelah dua menit kemudian, pria itu meletakkan sebuah saringan kecil ke permukaan cangkir lalu menuang teh chamomile dari poci di tangannya.

Honey LemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang