A Very Good Man

790 131 17
                                        

Sang surya tengah memancarkan cahaya terik seolah bagian dari tata surya itu sungguhan berada di atas kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sang surya tengah memancarkan cahaya terik seolah bagian dari tata surya itu sungguhan berada di atas kepala. Jihwan merasa gerah luar biasa selama berada di balkon, berharap dapat menemukan pemandangan yang menyenangkan tapi malah berakhir merasa terbakar sekaligus jengkel sebab di sekelilingnya hanya berdiri gedung-gedung pencakar langit yang tampak agung nan angkuh. Ketika dirinya baru hendak berbalik dengan niat kembali ke kamar, sepasang lengan tiba-tiba saja melingkari perutnya dan membuat ia menoleh cepat untuk melirik sosok usil yang telah menyerangnya lewat bahu.

Jihwan mengulas senyuman manis lantas berbalik cepat untuk menghambur ke pelukan pria yang tadi mendekapnya dari belakang. "Long time no see, Baby," katanya mendadak merasa bersemangat mendapati kehadiran Jungkook, sang kekasih.

"Do you miss me?"

Tawa Jihwan mengudara lirih di dada pria itu. "Jangan menanyakan hal yang pasti telah kau ketahui jawabannya." Jihwan sengaja mendengus di dada bidang yang menekan berlawanan ke wajahnya sehingga udara hangat dari hidungnya menembus ke balik kemeja katun berwarna hitam yang dikenakan Jungkook. Tangannya meraba ke belakang punggung sang lawan lantas memberikan usapan penuh hasrat.

"Malam ini kita akan pergi ke acara pernikahan temanku."

Dalam sekejap Jihwan langsung mengurai pelukannya yang terkesan manja dan berakhir mengerucut tak senang. "Kau baru kembali dari London. Memangnya tak lelah?"

"Aku lelah sekali," adu Jungkook sedih seraya menyapukan buku-buku jari kanannya yang berhias tato pada leher kekasihnya, menatap haus dan lapar lalu beralih menyorot wajah cantik Jihwan yang menentramkan. "Tapi aku tak mungkin absen dari acara itu. Sangat tak pantas." Jihwan mendengarkan dengan baik dan merasa tak punya pilihan selain menurut. Selang beberapa menit, keduanya memutuskan untuk masuk ke kamar dan menutup pintu akses balkon. Jihwan menyalakan AC untuk menyingkirkan rasa gerah lalu menempati sofa di dekat jendela ketika Jungkook tampak sibuk mencari sesuatu di dalam kopernya.

"By the way ... here's. I bought something for you." Jungkook menunjukkan sebuah paper bag kecil kepada Jihwan sehingga wanita itu mengernyit dan beranjak meninggalkan sofa lalu mengambil alih sesuatu yang ia sodorkan. Senyum pria itu merekah saat Jihwan merogoh ke dalam tas kertas tersebut lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna keemasan.

"Jungkook⸺" Bibir bawah Jihwan langsung menganjur dengan kedua bola matanya yang menyorot ke atas seperti orang marah. "Aku sudah bilang padamu berhenti membelikanku sesuatu yang mahal."

"Aku membelikannya karena tahu kau akan menyukai itu."

"Kali ini berapa banyak yang kau keluarkan?" tanya Jihwan sambil mengamati kalung emas dengan liontin berlian yang ia angkat ke udara.

"Jangan marah," kata Jungkook agak takut.

"Hm."

"Seratus tiga puluh tujuh juta." Jungkook ingin menelan air liurnya sendiri saat mengungkapkan nominal tersebut sebab Jihwan mengalihkan perhatian ke arahnya secara mendadak sambil menahan napas disertai rahang yang mengeras.

Honey LemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang