Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jeon Jungkook selalu tiba di apartemennya disambut sunyi. Hubungan romantisnya yang berakhir enam tahun lalu membuat hatinya mengeras lantas memilih untuk melupakan persoalan cinta. Tapi kemudian Shin Jihwan hadir dalam hidupnya, gadis muda berusia dua puluh tiga tahun, seorang mahasiswa jurnalistik yang dikenalnya dari seorang teman. Jihwan tidak pernah menawarkan hubungan romantis, namun berani menawarkan tubuh molek untuk ditiduri dengan imbalan sejumlah uang dan bersedia menurut, memanggilnya 'Tuan', menjadi jalang di kasur.
Pukul sembilan malam, Jungkook tiba di apartemennya, sejenak menyorot tajam ke arah pintu besi di hadapannya. Ini adalah hari pertama, di mana ia akan melihat Jihwan berkeliaran di wilayah apartemennya. Seorang gadis muda menggiurkan, yang bersedia mengikatkan diri padanya atas nama uang. Jungkook menarik napas dalam kemudian menekan beberapa kombinasi angka lantas menarik tuas pintu. Tangannya berkeringat lalu buru-buru menutup rapat pintu saat mendapati sosok Jihwan sudah berbalut seragam maid kelewat terbuka, memaparkan lengan telanjang dan belahan payudara seraya bersimpuh. Jungkook mengepalkan tangan tatkala menangkap segaris senyum menggoda merekah di wajah gadis itu. Jihwan terlihat begitu polos, raut wajahnya tenang sekaligus manis.
"Selamat datang, Tuan."
Menyingkirkan perasaan gugup, pria itu kemudian beranjak hingga pantofelnya menciptakan suara ketukan di permukaan lantai. Netra Jihwan mengikuti ke mana pria itu bergerak, namun tubuhnya menetap. Jihwan menegakkan kepala ketika rungunya menangkap suara berdebuk keras, berasal dari tas jinjing sekaligus jas yang menghantam sudut sofa. Kelopak matanya kemudian mengatup, kembali mendengar suara gesekan bahan kain mahal saat Jungkook melonggarkan dasi. Jihwan bisa merasakan pria itu tengah mengawasinya. Suara ketukan dari pantofel yang Jungkook kenakan membuat jantungnya berdebar begitu mengetahui pria itu berjalan mendekat ke arahnya.
Rambut cokelat sebahu, manik keemasan, bibir merah muda tanpa polesan, kulit putih sehalus porselen. Jihwan tidak terlihat seperti jalang yang pernah ia jumpai. Jihwan justru terlihat bak bidadari di matanya. Jungkook menyorot dalam seraya membiarkan satu lututnya bertumpu mengenai lantai, kemudian dua jarinya mencubit dagu gadis itu, menariknya dengan lembut. Jungkook menyeka bibir bawah Jihwan menggunakan ibu jarinya, merasakan kelembapan dan kelembutan bibir gadis itu dan menangkap napas tercekik.
"Boleh aku bertanya sedikit?" tanya pria itu tiba-tiba. Jihwan hanya mengangguk pelan sebagai jawaban, lalu mendapati Jungkook menyipit ke arahnya, membuat jantungnya berdentam lebih kuat. "Ini kali pertama, benar? Kau baru mencoba-coba pekerjaan ini, ya?" Pertanyaan itu membuat kedua tangan Jihwan refleks terkepal di atas pangkuan. Bagaimana mungkin pria itu bisa dengan mudah menyadari gelagatnya?
Jungkook mendengus kecewa saat menangkap raut gelisah di wajah gadis itu, lalu menyingkirkan tangannya. "Harusnya aku tahu dari awal. Kau begitu canggung, bibirmu berkedut setiap kali tersenyum. Kau berusaha terlalu keras, tapi mudah bagiku untuk mengetahui gerak-gerikmu." Jungkook bergegas bangkit, mengurai simpul dasinya dengan gerakan begitu seksi kemudian membuka tiga kancing teratas kemeja putihnya. "Apa orang tuamu tahu mengenai ini?" Nada gusar dalam suara pria itu membuat Jihwan mendongak sambil mengerutkan kening.