Are We Over

234 37 3
                                        

🎶 SZA — Nobody Gets Me


Menangis sebanyak enam kali dalam sehari terdengar konyol. Menghabiskan setengah kotak tisu dalam sehari terdengar boros. Memikirkan pria yang memutuskanmu merupakan tindakan tolol. Mendengar pesan suara terakhirnya berulang kali lebih tolol lagi. Shin Jihwan menangis lagi untuk kali ketujuh. Bibir keringnya bergetar hebat, berusaha menyangkal dengan mengatakan bahwa insiden ini hanya mimpi. Tapi mimpi tak akan sesakit ini. Dadanya sakit dan sesak, bertanya-tanya apakah mereka benar-benar sudah berakhir.

"Aku harus menyusul orang tuaku ke Kanada. Mereka membutuhkanku."

Tiga tahun, pikir Jihwan. Mungkinkah Jeon Jungkook tidak pernah benar-benar mencintainya? Tiga tahun. Dia terus memikirkannya. Dua kata itu membuatnya pusing.

"Tidak ada jalan bagi kita berdua. Kepribadianmu dan kepribadianku tidak cocok sama sekali."

Tapi Jungkook memujanya. Selama ini pria itu tidak pernah mengutarakan kata-kata kejam. Jungkook bersikap sangat manis dan perhatian, senantiasa mencairkan suasana hatinya yang kacau dengan kata-kata cinta. Jihwan membiarkan ibu jarinya mengusap layar ponsel berkali-kali, menantikan pesan baru dari pria itu. Jungkook mungkin saja berubah pikiran. Ini awal April, batinnya. Mungkin Jungkook sedang mengujinya, melakukan April Fools. Tapi Jungkook tidak pernah tertarik melakukan April Fools. Jungkook pria konyol, tapi April Fools merupakan hal memuakkan baginya.

"Ayolah, kumohon," bisik Jihwan. Air mata menggenang, membanjir lagi di belah pipinya. Matanya bengkak, hidungnya memerah seperti tomat. Tubuhnya hampir menyerah karena belum mendapat asupan makanan. Jihwan beringsut, meringkuk di atas ranjang ketika mendengar suara ketukan di pintu. Saat pintu didorong dan menciptakan suara berderit, Jihwan memejamkan mata, berpura-pura tidur selagi tangan kanannya mencengkeram ponsel.

"Mau kuantar makan malammu ke kamar?" tawar Shin Jiae dengan raut wajah khawatir. "Kakak belum makan apa pun sejak pagi," katanya lagi mengingatkan. Sepertinya menipu Jiae bukan tindakan tepat. Jihwan akhirnya menyingkap mata dan membalas lewat gelengan lemah.

"Akan kutonjok wajah jeleknya kalau dia sampai kemari."

Jungkook tidak jelek sama sekali, pikir Jihwan. Jiae bahkan sering menyanjung pria itu, tapi kemudian melontarkan kata-kata pedas jika Jungkook berubah menjengkelkan. "Aku mau tidur saja. Tolong matikan lampunya," pinta Jihwan dengan suara serak. Jiae merasa makin khawatir. Jihwan sama sekali tak mengisi perutnya.

"Mau kubuatkan sesuatu? Kakak harus mengisi perut. Memangnya tidak merasa lapar?"

"Soju kedengarannya enak."

Jiae langsung merotasikan bola matanya karena jengkel. "Dia belum terbang ke Kanada kan? Kalau aku memberitahu pacarku sekarang, dia benar-benar tidak akan selamat. Kupastikan dia dimakamkan di negara kelahirannya." Jihwan membenamkan wajah ke bantal. Ide yang Jiae utarakan kedengaran sangat buruk, membuat Jihwan membayangkan Jungkook mati di tangan kekasih adiknya. "Kau mau aku mengiriminya pesan?"

"Jangan. Dia mungkin merasa sangat terganggu mendapat pesan-pesan dariku. Aku juga sudah berhenti mengiriminya pesan. Jangan ganggu dia lagi," kata Jihwan letih.

....

Jihwan sering mencuri dengar orang-orang membicarakan dirinya, kemudian melepas senyum, menganggap bahwa topik mengenai dirinya hanya omong kosong dan angin lalu.

Dia benar-benar menyendiri selama dua tahun?

Dia tidak mungkin menunggu mantan kekasihnya kan?

Dia sungguh menolak pria setampan dirimu? Dia bahkan tidak secantik itu.

Peduli setan. Jihwan sudah melepaskan Jungkook. Dua tahun sudah berlalu. Meski awalnya terasa begitu berat, namun kini dirinya sudah dibebaskan dari rasa sakit yang mendera selama puluhan bulan lamanya. Jihwan menolak pernyataan cinta dari beberapa pria demi memusatkan perhatian terhadap dirinya sendiri. Sementara ini tidak akan ada pria mana pun, janjinya. Jihwan muak dengan hubungan romantis dan percintaan sejak Jungkook meninggalkannya, bukan berarti dia tidak menghendaki kelanjutan atas hidupnya. Jihwan hanya ingin membuat dirinya damai, sepenuhnya, hingga akhirnya perayaan ulang tahun Kim Seokjin menghancurkan seluruh tekadnya.

Honey LemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang