6🍉REST IN PEACE DAD

4 0 0
                                    

Shalom sedaritadi sama sekali tidak bisa tenang saat mendapat kabar bahwa Papanya terkena serangan jantung saat mengadakan rapat meeting di kantornya, sedaritadi ia Tidak berhenti merapalkan doa untuk keselamatan Papanya.
Sambil air mata mengalir di pipinya cemas takut dan penasaran kini bercampur menjadi satu.

Nael yang datang dari pintu masuk langsung berjalan cepat kearah Shalom, namun sayang ia kalah cepat dengan Braga yang datang dari lawan arah dan langsung duduk di sebelah Shalom mengusap lembut bahu Shalom tanda menguatkan.
Nael melihat tidak ada penolakan sama sekali dari Shalom atas perlakuan Braga. Nael memutuskan mengambil tempat duduk agak jauh dari mereka berdua, Nael tidak menyukai Shalom tapi kenapa perasaan kesal itu muncul saat Shalom bersama Braga? Ah tidak mungkin ini semua hanya karena ia kesal dengan Braga jadi ia tidak suka Shalom sahabatnya berdekatan dengan Braga. Ah iya mungkin itu.

Shalom menyandarkan kepala ke bahu Braga, bukan, bukan ia sedang memberi akses untuk Braga mengobrak-abrik hatinya kembali bukan, tetapi saat ini Shalom sangat membutuhkan sandaran dan kebetulan hanya ada Braga disini.

"Shal, kamu yang tenang ya, doain aja Papa kamu supaya beliau cepat sadar dan pulih"Braga mengusap bahunya sekali lagi. Mencoba membuat Shalom merasa tenang dan nyaman.

"Thanks ya Ga, udah mau ke sini, gue gatau harus telfon siapa lagi. Gue udah coba hubungi Nael, tapi sama sekali gaada respons"kata Shalom menunduk, ia baru menyadari ternyata Braga masih punya hati sebaik ini, padahal baru kemarin ia campakkan begitu saja.

"My pleasure for u Shal"kata Braga membuat Shalom menunduk.

Nael yang mendengar bahwa Shalom sudah mencoba menelfonnya sebelum Braga langsung mengecheck ponselnya dan benar saja, ada sekitar 10 missed call dari Shalom.
"Im so sorry Shal"kata Nael bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja dari sana tanpa niat untuk sekedar menyapa.

Tidak lama setelah itu, dokter keluar dengan wajah lelahnya, langsung saja semua yang ada di ruang tunggu berdiri. Mama Shalom yang paling dulu mendekat. "Dok, bagaimana keadaan suami saya Dok"dengan wajah lesunya Mama Shalom masih berharap ada secercah keajaiban untuk suaminya.

Dokter menghela nafas perlahan, "maaf bu, saya sudah berusaha sesuai kemampuan saya, tapi tuhan berkehendak lain, Pasien atas nama Farhan Wijaya tidak dapat kami selamatkan" kata Dokter terlihat tidak tega mengatakan hal yang sebenarnya terjadi.

Sontak saja Shalom menangis, Mama Shalom langsung tidak sadarkan diri dan dipapah ke ruang rawat oleh suster disana.

"PAPA!!"Shalom langsung menerobos masuk kedalam ruangan, disana terlihat wajah damai Papanya yang sedang tertidur pulas untuk selamanya.
Shalom terisak di sampingnya, "PAPA BANGUN PAH, BANGUN"katanya sambil mengguncang tubuh Papanya yang sudah tiada, Braga yang melihat itu langsung memeluk erat Shalon guna memberikan sedikit rasanyaman dan tenang, Shalom berhasil di taklukan oleh Braga, ia hanya menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan Braga.

"Udah ya, ikhlasin Shal, biarin Papa kamu tenang disana. Kamu harus banyak berdoa untuk Papa kamu."katanya sambil memeluk dan mengusap lembut rambut Shalom.

"Gue gatau lagi Ga, bakal jadi apa gue sama Mama gue tanpa Papa. Dia penyemangat hidup gue sama Mama gue dan sekarang dia udah pergi buat selama-lamanya,"kata Shalom.

Braga menghela nafas, ia tidak tega melihat Shalom seperti ini, "iya Shal aku tau, aku juga pernah ada di possisi kayak kamu, waktu nyokap aku pergi ninggalin aku dan bokap aku buat selama-lamanya, aku juga hancur banget, tapi kamu bilang ke aku hidup aku harus berlanjut dengan ada atau gaadanya Mama, dan kamu juga bilang Mama bakalan sedih kalo aku murung terus." Braga tersenyum mengatakan itu sambil ingatannya mengajaknya bernostalgia.

"Iya Braga gue bakal coba buat ikhlasin Papa"katanya tidak sadar memeluk balik Braga, rasanya masih sama, nyaman dan hangat namun detak itu tidak lagi terasa seperti dulu.

ANTONIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang