Shalom belum juga beranjak dari dalam toilet, ia masih terus memperhatikan dirinya lewat pantulan cermin washtafel yang melihatkan mata yang sangat kentara, sebesar cilok 500 rupiah-an di abang-abang cilok gerobak dorong.
Bagai mana jika hari ini ia bertemu Nael dan melihat kondosinya yang semenyedihkan ini. Oh iya, dari kemarin semenjak percakapan mereka di tangga rumah Shalom. Mereka berdua sama sekali belum juga bertatap muka hingga sekarang, Shalom bingung kenapa Nael tidak ada di seluruh penjuru kampus, hingga ruang musik yang biasanya tempat Nael membolos pun kini sepi dan sunyi. Kemana sebenarnya laki-laki itu.
Tring.
Satu notif membuyarkan lamunan Shalom, ia beralih melihat ke layar handponenya.
Memperlihatkan Chatting yang masuk dari seseorang.Braga.
Braga:Shal, hari ini ada waktu kosong ga?.
Shalom:gatau, gue blm liat agenda hari ini, nanti gue chat lagi ya Ga.
Setelah mengirimkan pesan singkat, Shalom membasuh kembali wajahnya dan keluar dari sana. Ia memantapkan hatinya untuk meminta maaf terlebih dahulu pada Nael, karena bagaimanapun juga, Nael tidak salah apapun.
Shalom terus mengitari koridor kampus, di ujung koridor ia melihat laki-laki berpostur tubuh sama seperti Nael, sedang berbicara dengan seorang perempuan yang sedikit lebih pendek darinya.
Shalom mendekat dengan ragu-ragu namun akhirnya sampai tepat di belakang Nael.
Ia mengetukkan jari telunjuknya ke bahu Nael, langsung saja Nael menoleh dan menghentikan pembicaraan dengan perempuan itu.'Yes, Gue masi jadi prioritas yuhuu' sorak Shalom dalam hati melihat Nael barusan mengakhiri percakapannya dengan wanita tadi.
Kira-kira seperti ini.
"Tapi nanti ak--""Ra, nanti kita lanjut bicaranya ya,"kata Nael langsung berbalik kearah Shalom, dan perempuan yang di panggil dengan sebutan "RA" ini hanya mendengus samar lalu mengangguk dan pergi entah kemana.
Nael mengangkat sebelah alisnya, Shalom langsung menundukkan wajahnya saat pandangannya bertemu dengan pandangan milik Nael.
"El, gue..."kata Shalom membuka percakapan. Seperti menyuruh Shalom untuk melanjutkan percakapannya, Nael diam tidak membuka suara sebelum Shalom selesai berbicara.
"Gue kesini cuma mau, minta maaf aja sama lo."kata Shalom masih menundukkan kepalanya, ada rasa malu dan juga sesal telah memusuhi Nael secara sepihak."Maaf? Emang lo punya masalah apa sama gue?"tanya Nael mendongakkan kepala Shalom dan menyatukan pandangan mereka.
"Karena gue udah cuekkin lo semingguan ini"kata Shalom langsung membuang muka.
"Yang lagi lo ajak ngobrol ada di depan lo, bukan di samping atau bahkan di bawah"kata Nael menengokkan kepala Shalom kearahnya lagi.
"Ih El, gue serius."kata Shalom.
"Iya Shal, iya sebelum lo minta maaf, gue udah maafin lo duluan ko. Dan maaf juga gue gabisa ada pas lo butuhin gue kemarin"kata Nael langsung merengkuh tubuh Shalom yang bingung akan pergerakan Nael yang terlalu tiba-tiba ini.
Lalu Nael melepas rengkuhannya pada tubuh Shalom. Nael mengeluarkan seringainya membuat Shalom menatapnya aneh.
Shalom memberi jarak untuk mereka "lo kenapa deh El?"Shalom mengerutkan keningnya, bingung.
"Ada satu hal yang belum lo tau Shal"kata Nael masih dengan senyumnya itu.
"Apa? Lo udah keluar dari band lo? Lo udah mengakui kalo gue cantik?" Tanya Shalom bertubi-tubi dan Nael hanya menggelengkan kepalanya.
"Gausa sok rahasia-rahasiaan sama gue, cepetan bilang"kata Shalom melipat tanganya kesal.
"Kalo gue cerita takutnya ada yang sakit hati"kata Nael jahil.
"Siapa yang sakit hati, ga jelas deh lo"kata Shalom kesal.
"Kan siapa tau gitu lo sakit hati kalo gue cerita tentang ini. yaudah-yaudah duduk dulu bentaran sini, gue ceritain"kata Nael mengambil posisi duduk di bangku panjang di ikuti oleh Shalom.
"Apaansi emangnya?"tanya Shalom penasaran.
Tiba-tiba tatapan Nael menjadi serius, dia menatap lurus kearah mata Shalom membuat Shalom sedikit kikuk di buatnya.
"Jadi Shal, selama seminggu ini ada banyak hal yang gak lo ketahui tentang gue"kata Nael serius, Shalom hanya mendengarkan sambil dalam hati menebak-nebak apa maksud Nael."Sebenernya gue, sama cewek yang lagi ngobrol barusan itu udah jadian" kata Nael membuat Shalom diam dibuatnya, lidahnya terasa kelu, ingin rasanya Shalom berlalu dari sana dan pergi ke rooftop untuk meneriakkan kekesalannya tapi itu tidak mingkin.
"M-maksud lo?"tanya Shalom terbata.
"Iya Shal, gue sebenernya udah naksir lama sama dia, jado pas lo diemin gue, gue alihin pikiran gue buat nembak dia"kata Nael mulai antusias bercerita.
"Dan lo tau jawabannya? Dia nerima gue dong bre, abis nerima dia langsung peluk gue gitu aja"kata Nael berbangga.Shalom tidak tau harus merespon setiap perkataan Nael bagaimana. Hatinya sudah hancur berkeping saat pertama mendengar pengakuan langsung dari Nael.
"Shal, ko lo diem ajasi? Guekan lagi cerita nih"kata Nael kesal.
"Eh iya sorry, ehm gue ke toilet dulu ya El, kebelet nih dari tadi"kata Shalom yang langsung di angguki oleh Nael.
Tidak-sebenarnya Shalom bicara seperti itu hanya sebuah alibi karena pada kenyataannya Shalom malah pergi dengan mobilnya entah kemana.
Ia teringat sesuatu, mungkin hanya dengan orang ini, Shalom bisa melupakan kejadian tadi.
Jadi ia melipirkan mobilnya ke pinggir jalan dan membuka handponenya untuk membalas Chatting seseorang.Braga.
Shalom:Ga, jadi ya nanti kita ketemuan di PIM sekitaran jam 7 malam.
~TBC~
Jangan lupa untuk vote & coment.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTONIM
Teen FictionPerbedaan kental diantara aku dan kamu, sebelum semuanya berubah menjadi kita. "Tapi El...." "Gabisa Shal, kita itu antonim" ~