9🍉Braga

2 0 0
                                    

Shalom sengaja memilih dress berlengan panjang namun tetap tampil santai untuk pergi dengan Braga malam ini, ia memadukan dressnya bukan dengan higheels atau flatshoes seperti kebanyakan wanita feminim di luaran sana, alih-alih memakai itu ia malah lebih memilih mengenakan sepatu vans oldskool keluaran lama yang sudah lumayan lusuh, sepatu kesayangannya. Meskipun jika sedang jalan bersama El ia akan di bilang perempuan dekil sekalipun, Shalom tidak peduli, ia akan tetap membela sepatu lusuh ini.

"Ah, iya tunggu ya, gue keluar sebentar lagi" langsung saja ia matikan sambungan telfonnya, dan bergegas mengenakan lipstick berwarna nude untuk hari ini.

Ia melihat dirinya sekali lagi di cermin, matanya sedikit memancarkan lingkaran hitam akibat bergadang semalam, saat terbangun Shalom tidak bisa tertidur lagi, ia malah mendengarkan musik dan bersembunyi di balik balutan selimut tebalnya.

Lupakan soal itu, sekarang waktunya untuk bergegas keluar rumah karena Braga sudah menunggunya sedaritadi.

"Hei, udah lama?"tanya Shalom memasang seatbelt nya, lalu sedikut merapihkan rambutnya.

"Ya lumayan lah, ngerti ko aku, dulu kan waktu kita masih--"

"Braga please"

"Oke Shal, udah kan?gaada yang ketinggalan?"

"Udah"

Dan mereka sibuk dengan fikirannya masing-masing, Braga sibuk mengutak-atik radio di mobil dengan lagu-lagu dari band kesukaannya.
Sementara Shalom sibuk memperhatikan padatnya jalanan ibukota saat sedang menuju weekend ini.

-braga

Shalom ternyata masih menjadi dirinya yang dulu, sama sekali ga berubah walaupun itu sudah terlewat bertahun-tahun yang lalu, gaya berpakaian dan caranya menghindari topik sensitif selalu membuat gue terkagum-kagum sama sosok perempuan yang ada di samping gue.

Gue memperhatikan tampilannya dari ujung kaki sampai ujung rambut, sangat-sangat sederhana dan bakalan kebanting dengan gaya fashion glamour gue, coba aja kalo bukan Shalom yang ada di samping gue pasti cewek itu udah gue tendang jauh-jauh dari hidup gue.
Entah kenapa kalo liat dia yang berpakaian seperti ini rasanya fine-fine aja buat gue.

Every things is matched with her~

Gue pernah membayangkan jika suatu saat gue dan Shalom beneran nikah dan mempunyai anak, entah nanti anak kita akan mewarisi sifat dominan gue yang gampang luluh sama price list atau Shalom yang cuek dengan gayanya sendiri.
Tapi fikiran itu udah lama gue tepis jauh-jauh karena jangankan nikah balikan aja belom tentu gue diterima sama dia.

"Shal..."gue coba panggil namanya, karena ya gak enak aja gitu satu mobil cuma berdua dan yang banyak ngoceh daritadi itu radio bukan manusianya.

Shalom noleh "hm?" Ngangkat sebelah alisnya.

"Kamu udah makan?"tanya gue sok perhatian, kenapa jiwa playboy gue yang biasa auranya bertebaran mendadak cacat kalo di depan Shalom.

"Hmm, belum"katanya sambil memegangi perut.

"Yaudah kita ketempat makan dulu ya"kata gue sambil senyum ke dia, tingkahnya ituloh lucu, bikin gue gemes buat ngangkut dia pulang.

🍉

Karena bingung mau makan dimana akhirnya sampailah kita di restoran berbau jejepangan ini, ini sih pilihan terakhir pas lo gatau harus makan dimana, tapi karena ini recomendnya Shalom, gue semangat banget buat makan disini.

Shalom sama gue memesan menu yang 180 derajat bedaaa banget.
Shalom memesan menu ramen spicy yang tadinya mau dia pesen level 6 tapi gajadi karena gue ancem gabakalan bayarin makanannya, ya gila aja lu, perut kosong terus tiba-tiba benih cabe masuk kedalem perut bagus sih kalo perutnya gak meledak ya.

"Kamu kan punya asam lambung Shal, makan sewajarnya aja atau kamu bayar makanan kamu sendiri"kata gue sambil melihat wajahnya yang udah bete gara-gara gak gue bolehin makan pedes.

"Ck, iyaiya! Gue pesen yang level 1 aja puas tuan?" Katanya melipat tangan di dada.

"Oh tentu, puas banget dong"kata gue beralih ke buku menu, gue melihat-lihat makanan yang ada harganya standar lah buat restoran ajaib ini.
Gue melambaikan tangan ke pelayan yang ada disekitaran meja gue dan Shalom, lalu menyebutkan menu yang kita berdua pesan.

Sambil nunggu pesanan kita dateng, gue perhatiin aja wajah si Shalom yang keliatan bete abis, bilang dong Shal kalo lu iyain ajakan gue buat keluar itu karena terpaksa. Daripada gue harus melihat secara langsung wajah ganyaman lo yang lagi jalan berdua sama orang brengsek kaya gue.

"Shal, kamu ga nyaman ya pergi sama aku?" tanya gue, karena mulut gue udah gatel banget buat bilang ini ke dia.

Dia mengerjap kaget, lalu membenarkan tatanan rambutnya "uhm, enggak kok El- eh..."dia langsung kicep pas salah manggil orang, haha Shal gue sebenernya tau lo itu ada rasa sama sahabat brengsek lo itu, cuma lo tau kan siapa yang lagi duduk di depan lo? Braga, iya gue gaakan biarin musuh gue merasa menang telak di atas gue.

"El? Sejak kapan Braga ganti nama jadi El?"kata gue memancing Shalom.

"Ehm, itu...gue udah kebiasaan bareng El jadi...uhm sorry ya"katanya menggaruk tengkuknya yang gak gatal sama sekali. Shalom-Shalom tingkah lu kenapa gapernah berubah si?.

"Ehm. Ga, lo masih sering dateng ke fashion weeknya zara?"tanya nya mungkin bermaksud memecah keheningan, tapi salah. Yakali model brand ambasador dior mampir ke zara tiap minggu hell-oo.

"Enggak, gue sekarang fokus di balenciaga sih sama yves laurent"kata gue sombong dan terlihat dari wajah Shalom yang kaget tapi berusaha dia sembunyiin.

"O-oh yves laurent," katanya menggaruk tengkuknya.

Tidak lama kemudian makanan gue sama Shalom dateng, kita berdua sibuk dengan urusan perut masing-masing. Dengan Shalom yang berusaha masukin wasabi sushi gue kedalem mie jejepangannya, ga ngerti lagi sama obsesi makan pedasnya itu, gue membiarkan dia ngelakuin itu karena gue gamau liat muka bete atau terpaksanya dia ngelakuin sesuatu di depan gue.
Sampe pusat perhatian gue teralihkan dengan lonceng angin yang bergantung di pintu berbunyi menandakan datangnya pelanggan baru, refleks gue dan mungkin juga Shalom menengok kearah pintu itu.

Gak gue duga-duga disana Nael lagi gandeng cewek bor!
Gila gue fikir Nael sama Shalom bakalan terjebak friendzone berdua, ternyata cuma -poor to Shalom yang merasakan pahitnya friendzone sendiri.
Tiba-tiba hal cemerlang memasuki akal dan fikiran gue, gue sengaja melambaikan tangan pada Nael yang dibalas senyum ringan dan ekspresi kikuk dari cewek di sebelahnya, mereka berdua jalan mendekat ke meja gue dan Shalom. Keliatan abis si Shalom canggung bukan main.

"Hai"sapa Nael pas udah ada di depan meja gue dan Shalom. Ceweknya cuma senyum dan ngeratin tangan si Nael.

"Join dong sini, biar double date"kata gue iseng menepuk bangku di sebelah gue yang kosong. Nael anteng-anteng aja dan keliatan dia lagi minta persetujuan ceweknya dan si ceweknya ini iyaiya aja.

Akhirnya mereka duduk di meja gue dan Shalom, posisinya adalah gue dan Nael bersampingan dengan Shalom dan ceweknya si Nael bersebelahan juga.

Hati gue puas rasanya ngeliat Nael udah punya yang baru, berasa dia ngasih gue jalan lebar-lebar buat dapetin Shalom.

-tbc-




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANTONIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang