21. Rasa Sesak

3.3K 141 3
                                    

"Kamu tahu, kemarin Mama terus aja nangis setelah lihat keadaan kamu kayak kemarin. Mama bingung harus ngapain kamu, kemarin aja dia nggak bisa tidur, tapi dia beruntung bisa tidur nyenyak walaupun baru jam satu. Dila, papa tahu sekali kalau kamu lagi ada masalah. Kalaupun kamu mau masalah yang kamu rasain itu buat kamu sakit, lebih baik kamu cari kesibukan lain supaya kamu bisa ngelupain masalah itu," ujar papa Dila.

Dila terdiam kemudian menghebuskan napasnya panjang. Ia dapat merasakan tangan papanya yang mengusap kepalanya. Ia menoleh dan melihat senyuman papanya yang membuatnya lebih tenang. "Apa Dila perlu lakuin itu?" tanyanya membuat papanya mengangguk.

"Itu harus Dila," ujar papa Dila yang tadinya fokus dengan jalanan kemudian menoleh ke anak semata wayangnya.

Dila mengangguk kemudian meremas kedua tangannya. Saat itu ia berpikir jika melakukan hal ini, menjauh dari Kevin itu akan mudah. Namun sekarang? Boro-boro mudah, yang ada di pikirannya hanya Kevin dan Kevin. Kesempatan untuk kembali dekat dengan Kevin hanya beberapa persen saja.

Setibanya di depan gerbang sekolah, Dila segera turun dari mobil, namun sebelum itu ia mencium tangan papanya. Setelah menutup pintu mobil, ia segera berjalan menuju kelasnya. Entah karena apa, rasanya kepala Dila ingin menoleh. Hal pertama yang ia lihat adalah Kevin yang berjalan dengan sedikit kesusahan.

Saat jarak antara keduanya hanya tinggal beberapa langkah saja, bibir Dila membentuk sebuah senyuman. Namun Kevin malah tidak mau menatap Dila, pria itu memilih untuk lurus ke depan. Saat keduanya sudah dekat, Dila masih saja mempertahankan senyum ramahnya. "Kakak perlu bantuan?" tanyanya sambil mendekatkan tangannya ke Kevin.

Bukannya menolak dengan halus, Kevin malah menepis tangan Dila kemudian melanjutkan jalannya. Dila yang diperlakukan seperti itu hanya bisa menghela napasnya panjang kemudian menatap ke arah lain. Saat itu juga matanya tak sengaja bertemu dengan mata milik Darren. Pria itu tersenyum kemudian menghampiri Dila.

"Lo kenapa berdiri terus di sini? Emang lo mau terus di sini sampek pulang nanti?" tanya Darren berniat bercanda dengan Dila.

Dila tersenyum kecil kemudian menggeleng. "Nggak kok, emm, gue ke kelas dulu ya?"

Belum sampai Darren mengangguk, Dila langsung pergi begitu saja. Namun bagi Darren, ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan kecil seperti ini. Dengan cepat pria itu berlari kemudian menyamakan langkahnya dengan langkah Dila. Saat Dila menoleh ke dirinya, ia hanya memberikan sebuah senyuman manis.

"Lo kenapa ikut gue? Kan kelas lo udah lewat," ujar Dila kemudian melirik Darren.

Darren mengangkat bahunya acuh kemudian menatap Dila. "Emang salah ya kalo gue mau nganterin lo?" tanyanya membuat langkah Dila terhenti secara mendadak. Darren menghela napasnya kemudian menggenggam tangan Dila. "Nggak seratus persen gue nganterin lo, gue juga mau nemuin temen lo, cowok, ada urusan sama dia," jelasnya.

Dila mengangguk kemudian melepas tangan Darren yang menggenggam tangannya. "Maaf," ujarnya kemudian melanjutkan jalannya.

Darren mengernyit, namun ia tetap memilih untuk menyamai langkah dari Dila. Keduanya berjalan masuk ke dalam kelas dengan bersamaan membuat banyak pasang mata yang berada di dalam kelas langsung menoleh ke Dila dan Darren.

Dila berjalan duduk di bangkunya kemudian menaruh tasnya di atas meja. Matanya menatap Darren yang tampak berbicara serius dengan salah satu temannya. Tak lama kemudian Darren keluar, namun sebelum pria itu keluar dari kelasnya, Darren menyempatkan untuk tersenyum ke arahnya.

"Lo ada hubungan ya sama si Darren itu? Katanya temen tadi, lo nggak kayak biasanya sama Kak Kevin, lo ada masalah sama dia?" tanya Nisma yang secara tiba-tiba sudah ada di sampingnya.

My Cengeng Girlfriend✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang