Part Five

664 285 440
                                    

Hari ini ruangan kelas satu sedikit bahagia, penyebabnya apalagi kalau bukan kabar gembira yang diberikan komting berisi 'mata kuliah pertama, dosennya gak masuk' sontak seluruh mahasiswa bergembira, termasuk aku. Setidaknya kuis hari ini dibatalkan, aku bisa menyiapkannya untuk minggu depan walau faktanya aku tidak akan pernah ada persiapan saat kuis.

Aku sibuk memainkan ponsel, membuka aplikasi WhatsApp kemudian menutupnya. Pesan yang kutunggu dari kemarin tak kunjung datang.

Kemarin saat aku mengulangi pertanyaanku tentang menunggunya, Rean tidak pernah menghubungiku lagi. Bahkan saat pamit pulang pun Rean hanya berkata 'aku pulang'. Padahal aku berharap dia bertanya apakah dia diizinkan masuk untuk sekedar mampir sebentar atau tidak.

Aku berpikir apa ada yang salah dengan pertanyaanku? Atau karena aku tidak memanggilnya dengan sebutan kakak? Atau sikapnya sekarang merupakan jawaban dari pertanyaanku? Begitu banyak pertanyaan yang berkeliaran di pikiranku ini, dan tak kutemukan satu jawaban pun.

"Kau kenapa sih? Kusut mulu tuh muka, lupa di gosok tadi pagi?" tanya Niawan yang duduk di sampingku.

Mengapa laki-laki ini selalu hadir di saat wajahku kusut dan moodku buruk?

"Nia, laki-laki tuh lebih seneng dikejar apa mengejar sih?" Aku memasang wajah serius..

"Kau beneran uda jatuh cinta lagi, Nda? Secepat itu?"

Aku mendengus kesal, "Ish, orang nanyak itu ya dijawab dulu baru nanya balik."

"Oh oke. Apa tadi pertanyaanmu?"

"Laki-laki lebih senang dikejar apa mengejar, ganteng?"

"Iya, aku ganteng, makasih, ya. Jawabannya, tergantung."

"Tergantung gimana maksudmu?"

"Tergantung wajahnya cakep atau nggak hahaha...." Tawa Niawan pecah, padahal menurutku tidak ada yang lucu sama sekali.

"Aku serius Nia ...., jangan bercanda, ah."

Niawan menghentikan tawanya yang menjengkelkan menurutku. "laki-laki lebih senang mengejar, ada sensasinya. Dia ngerasa perempuan itu nggak mudah di dapatkan."

Aku tampak berpikir mendengar jawaban Niawan, kalau laki-laki suka mengejar, apa berarti Rean tidak menyukaiku? Karena selama ini, aku yang mengejarnya.

🍁🍁🍁

Siang ini, Ilwan menungguku di depan Fakultas Kesehatan. Berdiri dengan cool di samping motor beat kesayangannya itu. Tadi, dia mengabariku untuk mengajak makan siang bersama. Memang sudah lama kali tidak keluar bersama, selain karena aku sibuk di cafe aku juga sibuk mengerjakan tugas yang tak ada hentinya.

"Uda lama nunggu?" tanyaku begitu sampai di depan Ilwan.

Aku memperhatikan sekitar, banyak mata yang memperhatikan kami---bukan, lebih tepatnya Ilwan. Kuakui siang ini penampilan Ilwan memang sedikit berbeda, dia mengenakan celaan jeans cream, kaos oblong bewarna hitam, dan rambut yang ditata rapi. Seperti ingin berkencan saja.

"Baru aja sampai, langsung berangkat ni?"

"Iya deh, temenku juga ada kegiatan lain. Jadi, kebetulan lagi free siang ini."

Ilwan memasangkan helm di kepalaku, kegiatan ini sering dilakukannya kalau kami hendak bepergian jika menggunakan helm. Padahal aku sangat benci menggunakan helm, entah mengapa kepalaku selalu pening jika berlama-lama memakai benda bulat itu.

Sepanjang perjalan menuju tempat makan, kami tidak mengobrol. Aku lebih asik dengan ponselku, mengecek apakah Rean sudah mengirimiku pesan atau belum, dan sampai sekarang jawabannya adalah belum.

COME BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang