Part Four

718 306 580
                                    

Pagi ini moodku berantakan parah. Tugasku belum selesai, ditambah dapat omelan dari manager kemarin. Bisa-bisanya dia mengomeliku karena aku tidak ingin melayani om-om gatal yang mencoba menggodaku. Dasar bos gila, aku berdo'a semoga dia secepatnya di pindahkan ke cabang lainnya.

Pesan WhatsApp yang sudah kutunggu-tunggu pun tak kunjung datang, padahal aku sudah berharap lebih. Sakit.

Niawan yang baru hadir mengerutkan keningnya, "Kenapa, Dek? Jutek amat tuh muka morning-morning begini." Laki-laki itu duduk di sampingku.

"Lagi kesel."

"Kesel kenapa? Cerita sini sama, Abang."

"Ah males, kau nggak bakal ngerti."

"Bacod amat, Dek, kemarin putus sama Azam curhat sama Abang juga."

"Nia, apa tanggapanmu kalau balik sama mantan?"

"Nda, bisa nggak kalau manggil aku jangan pakai embel 'Nia' berasa perempuan aku dah," protes Niawan karena panggilan aneh yang kuberikan.

"Kau aja manggil aku pakek embel 'Nda' berasa ayah bunda kita," balasku sengit.

"Itu kan panggilan kesayangan sih, Nda."

Aku memutar bola mata malas, "Ah nggak ada kesayangan-kesayangan. Tai kucing itu semua."

"Gini ni efek disakiti," cibir Niawan.

"Yaudah ih jawab, gak usah banyak bacotmu, napasmu bauk."

Niawan memutar bola matanya malas. "Apa tadi pertanyaanmu?"

"Apa tanggapanmu kalau balik sama mantan?"

"Ibarat baca buku ya, Nda, kau uda baca itu sampai akhir, uda tau gimana akhirnya. Mau kau baca berkali-kali tetap begitu akhirnya nggak akan berubah 'kan? Jadi ya, buat apa balik ke mantan kalau uda tau akhirnya? Masih banyak ikan di laut."

"Tapi kan Nia, kalau kau putusnya secara baik-baik kan masih bisa kembali. Gini ya, menurut pandanganku, yang kau maksud tadi itu baca novel atau sejenis buku cerita lainnya kan? Oke, kau anggap posisimu pembaca, ya pembaca 'kan emang cuma bisa menikmati doang. Sedangkan penulis bisa ngubah apapun, baik alur maupun ending," jelasku

Aku menjeda---mengambil napas sebentar, "Terus juga, misalnya buku yang kau baca itu buku pelajaran, misalnya buku Promosi Kesehatan, kalau kau baca ulang pasti kau bakalan nemu sesuatu yang baru yang nggak kau temuin kemarin. Bahkan buku pelajaran juga gitu kan? Ada jilid satu, dua dan seterusnya? Ya sama kayak hidup dan hubungan."

"Pandangan orang 'kan beda-beda, Nda, menurut pandanganku ya gitu. Lagian ya , kenapa coba kau mau balik ke mantan? Belum move on? Hello Nda, kau pacaran sama Azam empat tahun dan kau belum move on sama yang lain? Jadi selama ini kau pacaran sama Azam buat apa?"

"Jujur, aku memang belum move on. Tapi bukan berarti aku nggak mau move on, panjang ceritanya otak kecilmu gak bakal ngerti. Masalah aku berpikir mau balik ke dia tuh bukan alasan karena belum move on. Tapi aku ngerasa mending aku balik ke dia, yang aku uda tau baik dan buruknya dia, begitu juga sebaliknya, daripada cari orang baru lagi. Aku capek harus jalani proses kenalan, pdkt, dan harus nerima sifat satu sama lain, capek banget aku tuh."

Niawan menghela napasnya, "Terserahmu, Nda, selama kau bahagia sih, lakuin aja. Bodo amat sama pandangan orang, lagian kau juga uda punya pandangan sendiri 'kan? Andai kau sama dia bakal balik lagi pun, kau uda mikirin semuanya."

Aku mengangguk mantap. "Makasih uda mau dengerin pandanganku, Nia, comel"

"Ya, ya ,ya," Niawan mengangukkan kepalanya, "Lagian sih Nda, kalau kau nanyak ke aku. Aku bakal balik ke mantan atau nggak, jawabannya pasti nggak."

COME BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang