Sembunyikanlah kebaikan yang kamu lakukan, seperti kamu menyembunyikan aib-aibmu!
✨✨✨
Azzam memperhatikan Helena dan lagi-lagi menghela napas berat. Melihat Helena yang tetap membantu mengecat dinding meski sudah berkali-kali dilarang olehnya membuat Azzam tau darimana ia mendapatkan sifat keras kepalanya.
Bukan ingin melarang Helena untuk membantu, Azzam hanya tak tega melihat Helena yang tidak pernah sekalipun bekerja keras seperti ini, sekarang sampai harus berpeluh keringat dan bajunya kotor terkena cat.
Waktu sudah menjelang siang. Terdapat tujuh ruangan di bangunan panti ini dan ada empat orang yang bekerja di setiap ruangannya. karena matahari sudah lebih meninggi, ruangan yang kini sedang dicat oleh Azzam, Kemal, Darwin dan Helena menjadi lebih panas dari pagi tadi. Azzam sungguh tidak bisa berdiam diri lagi melihat Helena melakukan pekerjaan ini.
Azzam pun meletakkan bambu panjang yang dipergunakannya untuk membantu mengecat dinding. Ia juga melepas sarung tangannya dan merogoh ponselnya sambil berjalan keluar, hendak menelfon.
Kemal yang melihat itu segera meneriaki Azzam. "Mau kemana, woy? Belum juga selesai kerjaan lo." Dan tentu Azzam tak menggubrisnya.
Beberapa saat kemudian, Azzam masuk kembali dan menghampiri Helena. "Udah, Mih. kita istirahat dulu. nanti abis dzuhur dilanjut lagi," katanya, sambil mengambil bambu milik Helena.
"Bukannya istirahat jam—"
"Iyah, kita istirahat dulu," Darwin menyela Kemal yang tidak peka dengan maksud Azzam.
Sebenarnya, sekarang baru pukul setengah sebelas. Dan harusnya, waktu istirahat jam setengah dua belas. Kemal tidak peka kalau Azzam hanya berkata seperti itu untuk menghentikan Helena.
"Oh oke, deh. Mami juga haus." Helena menyeka pelipisnya yang berkeringat.
Azzam tersenyum tipis dan menggandeng Helena untuk keluar dari sana. Di belakangnya Kemal dan Darwin mengikuti. Ketika melewati beberapa ruangan untuk keluar, Kemal dan Darwin sudah tak mendapati siapapun lagi bekerja. Sepertinya Azzam juga menyuruh mereka untuk berhenti agar Helena percaya. Kedua lelaki itu tersenyum, ia sangat kagum dengan Azzam yang begitu menyayangi Helena dengan caranya sendiri.
"Terlepas dari semua yang dia punya, gue yakin, cewek yang paham apa arti dari menyayangi, pasti bakal lebih meleleh saat tau perlakuan Azzam ke perempuan yang dia sayang," ujar Kemal. Darwin mengangguk setuju.
***
Azzam tidak tau bagaimana bisa mereka sedekat itu secepat ini. Yang dimakssud mereka oleh Azzam adalah Helena dan Aisyah. Mereka berdua seperti sudah berkenalan jauh sebelum hari ini. Mungkin karena memang Helena orangnya sok kenal dan sok dekat mereka jadi terlihat akrab. Dan Azzam suka melihatnya.
"Kamu sekelas sama Azzam?" tanya Helena pada gadis yang duduk di ayunan kayu ini bersmanya.
"Iyah, Tante."
"Dia nakal gak, di kelas?"
Aisyah bingung harus bicara apa. Tidak mungkin berkata jujur kalau Azzam sering usil ke teman-teman kelasnya dan sering mengusiknya. Akhirnya Aisyah hanya bisa tersenyum tipis dan menggelengkan kepala. Helena menganggukkan kepalanya sambil menatap bangunan panti itu. Helena pun tersenyum ketika menyadari sesuatu.
"Sekarang Tante tau apa yang Azzam lakuin sama uang sebanyak itu," Helena bergumam.
"Hm?" membuat Aisyah tidak mendengarnya dengan jelas.
Kini, wanita berparas cantik dengan rambut diikat cepol itu menatap paras Aisyah yang sangat sejuk di pandang olehnya. Wajah Aisyah begitu berseri dan bercahaya di penglihatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azzam [Republish]
Teen Fiction⚠BAPER STORY Cover by @jc_graphicc "Mulai sekarang lo harus biasa dipanggil Sya sama gue." "Terserah." "Tapi sama gue doang." "Terserah." "Tambahin Yang, yah?" "Hm?" "Sya ... Yang." *** Azzam adalah lelaki seribu modus. Lalu, suatu hari, takdir memb...