15. Pahlawan Yang Sembunyi

40.9K 4K 121
                                    

Dunia tidak perlu tahu apa yang sudah kamu beri.
Kamu juga tak perlu berteriak keras agar Tuhan-Mu tahu kebaikanmu itu.

Karena sesungguhnya Tuhan-mu Maha Tahu.

"Pagiii."

Mendapati salam semangat dengan mendadak di hadapannya membuat Aisyah reflek memegangi dadanya karena terkejut, dan tentu saja pelakunya sudah sangat ia hapal. "Saya kan udah bilang—"

Sebelum Aisyah berhasil menyelesaikan ucapannya, Azzam lebih dulu menyela, "jangan berdiri mendadak di depan saya!" Dengan meniru cara bicara Aisyah seperti biasanya. "Gue udah hapal dialog lo," lanjut Azzam.

"Terus kenapa masih dilakuin juga?"

Azzam mengedikkan bahunya dengan senyuman di wajah, "karena suka, mungkin."

Mendengar itu Aisyah hanya mendengus dan kembali berjalan menuju kelasnya. Karena Azzam juga ingin menuju tempat yang sama, akhirnya ia berjalan di sisi Aisyah.

"Kemarin ngobrol apa aja sama nyokap gue?" Azzam membuka percakapan dengan bertanya.

Namun Aisyah menjawab dengan singkat, "gak tau."

Azzam berdecak mendengarnya. "Lo nih jutek banget, sih."

"Udah tau jutek, tapi masih aja deket-deket."

Aisyah ada benarnya juga. Kenapa Azzam masih berusaha mendekati Aisyah? Padahal dirinya sudah tidak terikat taruhan lagi. Jadi, ia mendekati untuk alasan apa dan karena apa?

"Udah hapal?" Kali ini Aisyah yang bertanya.

Azzam yang tidak mengerti dengan pertanyaan tersebut pun bertanya balik, "hapal apa?"

Aisyah tiba-tiba berhenti berjalan. Dan tentu saja secara reflek Azzam menghentikan langkahnya juga.

"Do'a iftitah!" ujar Aisyah, gemas.

"Oh."

"Jadi?"

Bukannya menjawab, Azzam malah lanjut berjalan.

"Enggak, yah?" tanya Aisyah lagi, yang masih berdiri di tempatnya.

Azzam yang sudah berjarak dua langkah itu berbalik sambil berjalan mundur. Dia tersenyum dan menunjukkan dua jarinya yang membentuk huruf V. "Peace." Siapapun yang melihatnya pasti akan gemas. Tapi bukan gemas karena kesal, namun karena suka. Pasalnya wajah tampan Azzam terlihat begitu manis. Tapi di mata Aisyah, tidak ada yang spesial dari itu. Ya, tidak ada. Atau... belum ada?

Aisyah pun hanya menghela napasnya. Sedangkan hati kecilnya bertanya-tanya, kenapa ia peduli pada lelaki itu? Mau hapal atau tidak, itu harusnya tidak menjadi urusannya. Yang penting Aisyah sudah berusaha untuk membantu.

Namun hatinya berkata lain. Dan Aisyah tak yakin apa yang dikatakan oleh hatinya ini. Yang pasti, rasanya ia sudah sedikit menaruh perhatian pada Azzam. Hanya sedikit.

Ya, sedikit.

***

“Selamat pagi anak-anak!”

“Pagi, Bu.”

“Ibu absen dulu, sekalian untuk pembagian kelompok.”

Kelas langsung riuh. Entah ada pembagian kelompok apa. Tak ada yang bertanya, guru pun tak menjelaskan.

“Abel.” Yang dipanggil pun mengangkat tangan. “Adil, Anisa.” Kalian bertiga satu kelompok.

“Airin.” Tak ada sahutan. “Di mana Airin?”

Azzam [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang