"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”
(Al-Hujurat: 12)✨✨✨
Aisyah Ar-Rasyi adalah seorang gadis dari keluarga sederhana. Dari kecil, ia sudah mencintai jilbabnya. Beranjak dewasa, ia sudah bisa menjaga pandangannya. Gadis manis ini, tinggal dengan keluarganya yang sederhana. Ibunya pembuat kue yang hanya dijual ketika ada yang memesan saja.
Sedangkan ayahnya, Aisyah bahkan tidak tahu bagaimana rupanya. Aisyah hanya bisa berdoa, dimanapun keberadaanya, semoga sang ayah selalu baik-baik saja. Dulu, ia sempat membenci ayahnya karena telah meninggalkan ia dan sang ibu begitu saja. Tapi kemudian, Aisyah berpikir, dengan membenci sang ayah, itu tak akan merubah keadaan. Yang ada, malah hatinya akan dihinggapi rasa sakit dan ia menjadi anak yang durhaka. Jadi, Aisyah belajar untuk menerima keadaan dan melanjutkan hidup sebagaimana adanya saja. Dan itu terasa lebih baik untuk ia dan hatinya.
Malam ini, ada kajian di masjid dekat rumah Aisyah. Dan Aisyah selalu datang untuk mendengarkan kajian yang disampaikan.
"Jadi untuk para Akhwat, jangan mudah tergoda sama rayuan lelaki. Para lelaki itu sudah memiliki bakat alami dalam mengumbar janji-janji dan memberikan harapan-harapan tak pasti. Tapi insyaa Allah, kalau memang dasarnya lelaki itu baik, ia tak akan mudah mengucap janji."
Itulah satu dari sekian banyaknya pesan yang Aisyah ingat dari kajian yang baru saja ia hadiri bersama dengan Aura. Kedua gadis itu kini sedang berjalan pulang.
"Pak Ustadz aja, yang notabenenya laki-laki, bilang kalau laki-laki itu punya bakat alami mengumbar janji sama harapan gak pasti," gumam Aura.
"Tapi laki-laki baik insyaa Allah gak kaya gitu."
"Tapi zaman sekarang udah jarang banget liat laki-laki baik. Yang cakep sih banyak. Kaya Azzam misalnya, tapi dia sering banget ngerayu cewek. Sering modus. Dikasih kelebihan ganteng, malah disalahgunain."
"Malah ghibah," sindir Aisyah sambil tersenyum geli.
Aura mendengus, "abisnya sayang banget gak, sih?! Dia ganteng tapi kaya gitu. Bahkan dia gak pernah keliatan shalat dzuhur di musholla sekolah."
Aisyah diam. Ia tidak mau memperpanjang pembicaraan mereka mengenai orang lain. Karena itu termasuk dengan ghibah. Untunglah Aura mengerti dengan diamnya Aisyah. Karena itu berarti Aura tidak boleh melanjutkan pembicaraanya lagi.
"Ghibah, yah?"
"Udah diingetin tadi."
Aura menghela napas. "Abisnya ini lidah rasanya gatel."
"Karena digoda syaitan."
Aura menyengir. Padahal dia sudah tau apa hukuman bagi orang yang membicarakan orang lain (ghibah).
Dalam sebuah hadits disebutkan, bahwa orang yang mengghibah diibaratkan memakan daging bangkai. "Demi Allah, salah seorang dari kalian memakan daging bangkai ini (hingga memenuhi perutnya) lebih baik baginya daripada ia memakan daging saudaranya (yang muslim)."
(H.R. Bukhari)Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.” (Al-Hujurat: 12)
KAMU SEDANG MEMBACA
Azzam [Republish]
Teen Fiction⚠BAPER STORY Cover by @jc_graphicc "Mulai sekarang lo harus biasa dipanggil Sya sama gue." "Terserah." "Tapi sama gue doang." "Terserah." "Tambahin Yang, yah?" "Hm?" "Sya ... Yang." *** Azzam adalah lelaki seribu modus. Lalu, suatu hari, takdir memb...