6. Mulai merasa

50.4K 5.4K 110
                                    

Mulai merasa kalau bukan dia yang akan jatuh lebih dulu. Melainkan aku.
-AZZAM-

✨✨✨

Sepulangnya ke rumah, Aisyah segera memberitahukan Sarah kalau semua kuenya habis. Tentu saja Sarah bahagia dan bersyukur mendengar itu. Tapi Aisyah tidak bercerita kalau lelaki bernama Azzam yang membeli satu box kuenya.

Ah iya, masalah perkataan Azzam di koridor sekolah tadi siang, membuat Aisyah terus memikirkannya sampai menjelang malam. Kenapa Azzam berkata seperti itu? Kenapa Azzam ingin agar Aisyah mencintainya?

Jujur saja, Aisyah memang tak tahu seperti apa detilnya paras Azzam. Ia hanya mendengar kalau Azzam lelaki yang tampan, hidungnya mancung, alisnya tebal dan hitam, garis rahangnya tegas dan ya, kriteria tampan lainnya yang sering ia dengar. Tapi Aisyah bahkan kesulitan membayangkannya. Lagi pula, Aisyah tidak akan jatuh cinta sebelum waktunya. Cintanya di usia sekarang tidak bisa ia percaya. Aisyah takut malah terjebak ke sesuatu yang buruk. Ia takut terjebak dalam fitnah dan zina. Itulah mengapa Aisyah bersikeras untuk menjaga pandangannya agar tak terjabak cinta yang belum seharusnya.

✨✨✨

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Namun Azzam belum ada niat untuk beranjak dari sofa hitam itu.

"Gak balik, Zam?" tanya Kemal.

"Balik. Tapi nanti." jawab Azzam, tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Dicariin mami lo nanti," peringat Kemal, yang diberi kekehan oleh Darwin.

Azzam pun tersenyum geli, "kalo udah ditelfon, gue balik."

"Anak mami ye."

Azzam sudah biasa dengan ejekan yang Kemal lontarkan. Dan ia tak menampik itu. Karena pada dasarnya, dirinya memang anak mami. "Kalo gak ada mami, lo gak akan lahir ke dunia," begitulah jawabnya.

"Heran deh, lo sayang banget sama mami lo. Tapi tetep aja sering mainin cewek. Padahal mami lo juga cewek," ujar Darwin.

Azzam pun berkilah, "yah beda lah. Meskipun sama-sama cewek, tapi mami gue ya mami gue. Salah aja ceweknya mau gue mainin. Udah tau gue gak pernah serius."

Kedua orang tersebut malah bertepuk tangan. "Kadang-kadang lo bener," kata Kemal.

"Tapi gue yakin kalo Aisyah beda," ucap Darwin.

Azzam tak setuju. "Bukan beda. Dia cuma belum cinta aja sama gue. Liat aja nanti kalo udah cinta. Gak akan ada bedanya."

Kedua lelaki yang mendengarkan ucapan Azzam hanya menganggukkan kepala saja. Ya lagi pula, mereka tidak akan menang menentang lelaki keras kepala itu.

Mereka bertiga kini sedang berada di apartemen miliki Azzam yang memang dijadikan tempat berkumpul untuk ketiganya. Namun Azzam tak pernah menginap disitu, ia akan pulang karena sang ibu selalu khawatir padanya.

Setelah berjam-jam meng-scroll layar ponselnya dan tak kunjung menemukan apa yang ia cari, Azzam pun bertanya pada penghuni ruangan itu. "Aisyah gak punya sosmed, yah?"

Sontak saja kedua manusia yang sibuk dengan stick game di sana menoleh bersamaan seraya berkata, "lo jadi stalker?"

Azzam mendengus mendengar kekompakan mereka. "Gue cuma mau tau."

"Yah apa bedanya sama stalk?!" Darwin tak mau kalah.

"Ya ya ya, terserah! Jadi, dia punya akun sosmed apa?"

Dan setelah mengakui itu, Azzam malah hanya mendapat jawaban berupa kedikan bahu dari keduanya. Alhasil, bantal sofa pun melayang ke kepala dua manusia itu, disertai makian kesal dari Azzam.

Azzam [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang