13. Campur tangan Helena

44.7K 4.3K 179
                                    

Tuhan menciptakan "senja" yang begitu cantik

Cantiknya"senja" membuatku lupa kalau aku sudah memandangnya terlalu lama

-AZZAM-

Azzam sangat keheranan. Bukankah biasanya dan memang seharusnya, setiap wanita jika dipuji pasti akan merasa senang dan tersipu?! Jika pun memang tidak merasakan itu, setidaknya ada senyuman manis yang menghiasi bibirnya. Namun tadi siang, ketika Azzam memuji Aisyah dengan segenap kejujurannya, yang ia dapati malah hening dan lagi-lagi ia ditinggal pergi tanpa sepatah kata. Kenapa Aisyah suka sekali pergi meninggalkannya? Azzam jadi penasaran dengan gadis yang kini sedang ia perhatikan dari kejauhan.

Gadis yang berhasil menyita perhatiannya itu sedang berbincang dengan sahabatnya, Aura, di teras panti asuhan yang sudah dibersihkan. Maka yang harus dikerjakan besok adalah mengecat dan mendekornya. Azzam sendiri kini sedang duduk di sebuah ayunan kayu panjang yang dua jam lalu datang diantar oleh orang suruhannya. Azzam memintanya bukan karena ia ingin duduk di ayunan. Ia membeli ini untuk anak-anak panti nanti. Dan kemungkinan akan menambahkan satu lagi besok.

"Lo liatin siapa, sih?"

Azzam terperanjat dengan pertanyaan tiba-tiba itu. Lagipula, sejak kapak Kemal duduk di sebelahnya? Kenapa Azzam tak merasakannya? Padahal ayunan yang ia duduki kini bergoyang. Apa ini efek karena Azzam terlalu fokus memperhatikan Aisyah? Entahlah. Yang pasti, ia harus menyentil Kemal dulu.

"Aaww."

"Gue gak suka dikagetin!"

"Siapa juga yang ngagetin elu sih, Kampret?! Lo nya aja yang ngelamun. Gue duduk di sini sejak beberapa menit yang lalu," Kemal lupa tepatnya berapa menit ia sudah berada di situ. Yang pasti, sudah cukup lama sehingga menyadari kalau Azzam sedang mengamati sesuatu.

"Lagi liatin langit senja. Cantik," kilah Azzam, sembari mendongak ke atas.

"Lo pikir gue bego? Tadi lo gak nyangak-nyangak ke atas!"

Azzam tidak menyangka kalau akhirnya Kemal bisa menemukan kecerdasannya.

"Darwin mana?" Azzam mengubah topik pembicaraan.

"Tadi sih lagi ngangkutin kaleng cat ke gudang. Gak tau deh sekarang dimana."

Syukurlah kecerdasan Kemal memudar, karena kini akhirnya ia lupa dengan topik sebelumnya. Tak lama kemudian, suara kumandang adzan maghrib terdengar. Entah mengapa, Azzam reflek menegakkan tubuhnya. Ia seperti mendapat sebuah panggilan. Namun masih ada yang memungkiri dalam sisi lain dirinya. Ia masih merasa berat untuk menjawab panggilan itu.

"Masuk yuk, ah, maghrib. Kesambet nanti," ajak Kemal, yang sudah berdiri dan mengambil langkah pergi.

Ketika Azzam berdiri, ia kembali melihat gadis yang sedari tadi sudah mencuri perhatiannya. Gadis itu sudah beranjak dari tempatnya dan terlihat membawa sebuah tas kecil di tangannya. Azzam tau kalau isi dari tas kecil itu adalah mukena yang biasa digunakan wanita untuk shalat.

Beberapa orang yang berjalan hendak ke masjid melewatinya begitu saja. Aisyah yang berjalan dengan Aura pun kini menuju ke arahnya. Azzam masih memperhatikan. Saat sudah dekat, Aisyah terlihat menoleh dan mengangguk pelan padanya, lalu gadis itu menunjuk ke arah masjid dengan wajahnya. Azzam mengerti dengan isyarat yang Aisyah berikan.

Ada getaran dalam hatinya. Seperti rasa ingin pergi dan mengikuti orang-orang yang menjawab panggilan Tuhan untuk segera mendatangi-Nya. Namun di sisi lain dalam dirinya, ada bisikan yang membuat seluruh tubuh Azzam terasa berat untuk melakukannya. Shalat ashar tadi pun, Azzam tidak melaksanakannya. Ia malah menghindari Aisyah karena takut disuruh shalat lagi dengan sindiran halus yang membuat Azzam merasa malu dan mau tidak mau jadi menurutinya.

Azzam [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang