Batasan yang Dilampaui

5.4K 379 21
                                    

Sasuke menarik tangan Naruto dengan paksa, menyeretnya menuju mobil yang sudah menunggu di lobi hotel. Di luar, suara mesin mobil berderu, seolah ingin melindungi mereka dari keramaian malam yang penuh dengan bisikan dan tawa. Namun, di dalam hati Naruto, suasana itu seolah berubah menjadi sunyi.

Naruto berjuang sekuat tenaga untuk melepaskan diri, tetapi tangan Sasuke bagaikan rantai besi yang mengikatnya. Tidak ada harapan untuk bebas dari cengkeraman itu. Ketika mereka sampai di depan mobil, Sasuke dengan brutal menghempaskan tubuh Naruto ke kursi belakang. Rasa sakit itu mengalir ke seluruh tubuh Naruto, tetapi lebih menyakitkan lagi adalah kenyataan bahwa ia tak bisa melawan.

Dengan cepat, Sasuke melangkah masuk ke dalam mobil, memerintahkan sopir untuk menjalankan kendaraan. Suara mesin mobil yang menggeram semakin menambah ketegangan di antara mereka.

"Apa maksudmu ini, Sasuke?" tanya Naruto, suaranya bergetar, tak percaya dengan perlakuan kasar tuannya.

"Kau tak suka?" tanya Sasuke dengan nada datar, tetapi ada kilatan kemarahan yang tersembunyi di matanya. Pertanyaan itu membuat keberanian Naruto mendadak surut, seolah ada beban berat yang mengikatnya.

"Bukankah sudah kukatakan padamu jika aku benci ada orang lain di antara kita?" Sasuke melanjutkan, suaranya dingin, membekukan setiap harapan yang ada di dalam hati Naruto.

"Maksudmu?" Naruto berusaha berpikir jernih, tetapi semua yang ada di pikirannya hanya kebingungan.

"Mengapa kau memikirkan orang lain saat kita sedang berkencan? Kau ingin dihukum?"

Tanpa bisa berkata-kata, Naruto hanya menundukkan kepalanya, menelan semua rasa bersalah yang memenuhi dadanya. Memang benar, semua ini salahnya. Bagaimana mungkin ia menghancurkan kencan ini hanya karena sebuah kesalahan yang tidak perlu? Ia tahu betul bahwa tuannya ini adalah orang yang tidak segan-segan menghukum siapa pun yang mengganggu keinginannya.

Betapa bodohnya aku, hanya kalimat itu yang terngiang dalam benak Naruto, berulang-ulang seolah menyakiti dirinya sendiri.

"Kau sudah memahami apa salahmu?" suara Sasuke kembali memecah kesunyian, kali ini lebih mengancam.

"......" Naruto terdiam, tidak tahu harus menjawab apa.

"Aku bertanya, NARUTO?"

Sasuke memandangnya dengan tatapan tajam, seolah bisa menembus jiwanya. Masih tak ada jawaban yang memuaskan, Sasuke segera menarik wajah Naruto agar mendekat.

"Kau benar-benar ingin dihukum, ya?"

Naruto berusaha untuk menjelaskan, tetapi kata-kata terputus di tenggorokannya. Sebelum dia bisa merespons, satu tamparan keras menghantam pipi kanan Naruto.

"PLAK!"

Rasa sakit itu begitu mendalam, membuatnya terkejut dan seolah seluruh dunia berputar. Otaknya seperti berhenti bekerja, tak tahu bagaimana harus merespon.

Tamparan itu membuatnya terjatuh ke dalam kegelapan yang tak berujung, menciptakan rasa sakit yang lebih dalam dari sekadar fisik. Dia merasa seperti terhempas ke lubang terdalam di hatinya.

"MASIH TIDAK INGIN MENJAWAB?" Suara Sasuke yang dingin membuat bulu kuduk Naruto merinding.

Air mata mulai mengalir di pipi Naruto. Matanya membelalak, dan kepalanya tertunduk lemas, tak mampu menahan kesedihan yang menggerogoti jiwanya.

Perlahan, ia menyentuh pipi kanannya yang terasa panas.

"NARU, KAU MEMBUATKU HILANG KESABARAN!" Suara dingin itu kembali bergema dalam mobil yang sunyi.

"Gomen, Sasuke....." ucap Naru lirih. Suaranya hampir tidak terdengar, seolah terperangkap di kerongkongan. Bibirnya terasa kaku.

"AKU TAK DENGAR!" Sasuke mendekatkan wajahnya, menarik paksa rahang Naruto. Sontak, Naru tersentak, ketakutan menggenggam hatinya.

"BUKANKAH SUDAH KUKATAKAN PADAMU? KAU MILIKKU. JANGAN PERNAH KAU KESEMBUNYIKAN APAPUN DI BELAKANGKU. KAU TAHU, AKU BISA MENGHILANGKAN SEMUA ORANG YANG KAU LINDUNGI."

"Apa maksudmu?"

"Sasuke, please, jangan lakukan ini," suara Naruto bergetar, dan dia merasakan ketakutan yang nyata.

"Pria bernama JUGO itu. Mungkin..... Kau tak akan lagi bertemu DENGANNYA," Sasuke menjawab, suaranya dingin seperti es.

Mata Naru terbelalak lebar. Air matanya kembali mengalir deras. Tubuhnya bergetar hebat, wajahnya memutih, seolah semua kehidupan mengalir keluar darinya.

"Apa yang kau lakukan padanya?" tanya Naruto dengan nada yang tak lebih dari bisikan.

Sasuke hanya diam, matanya menatap wajah Naru tanpa ekspresi, membuatnya semakin ketakutan.

Menyadari bahwa tuannya tidak akan memberi jawaban, Naruto merasa seolah semua harapannya hancur berkeping-keping.

"Kumohon, Tuan. Jangan lakukan apapun padanya. Aku mohon, Tuan. Aku yang salah. Aku yang bersalah. Dia tidak salah. Aku yang salah telah berbohong padamu, Tuan." Kata-kata itu terus mengalir dari bibir Naru, air matanya semakin deras, tak tahu apa yang bisa dilakukan untuk menolong sahabatnya.

"SAYANG SEMUANYA SUDAH TERLAMBAT." Senyum di wajah Sasuke membuat hati Naru hancur berkeping-keping.

"Apa maksud Tuan?"

Sasuke mendekatkan wajahnya, tersenyum sinis. Dengan lembut, dia mendekati telinga Naru dan berbisik, "DIA SUDAH MATI."

Dunia Naru runtuh seketika. Tubuhnya tiba-tiba lemas. Ucapan singkat Sasuke membuatnya kehilangan semua energi yang dimilikinya. Matanya kosong, seperti tidak bisa menerima kenyataan.

"Kau bohong! Kau tak mungkin melakukannya, kan?"

PLAK!

Tamparan keras itu kembali menghantam pipi kanan Naru. Rasanya tidak cukup hanya satu kali; setiap tamparan yang datang semakin menambah rasa sakit yang mengoyak hatinya.

Tak peduli sekeras apapun Naru menutupi wajahnya, Sasuke dengan kejam tetap menghantamkan tamparan ke wajahnya.

Setelah beberapa saat, Sasuke berhenti sejenak, memberi Naru waktu untuk merasakan dampak dari semua yang terjadi.

Tetapi hanya sebentar. Sasuke kembali menyerang, kali ini dengan pukulan ke tubuh Naruto. Berkali-kali pukulan itu menghujam tanpa jeda, seolah semua kemarahan dan kebencian mengalir dalam setiap serangan.

Darah segar mengalir dari hidung, mulut, telinga, dan pelipis Naru. Rasa sakit itu meresap dalam-dalam, mengubahnya menjadi kepingan kenangan yang menyakitkan.

Akhirnya, setelah menerima serangkaian pukulan yang tak terhentikan, Naru merasa kekuatannya perlahan memudar. Kesadarannya mulai menjauh, dan dalam kegelapan yang menanti, dia pun pingsan.

Please Untie Me .....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang