Kematian di Mansion

12.8K 890 29
                                    

Pagi itu, mansion keluarga Uchiha tampak berbeda. Langit yang biasanya cerah kini diselimuti awan kelabu, seolah mencerminkan kegalauan yang menyelimuti setiap penghuni rumah. Bekas-bekas pemeriksaan polisi masih terlihat jelas; garis-garis kuning di sekitar lokasi kejadian membuat suasana semakin mencekam. Dua mayat pemuda yang ditemukan tergeletak tak berdaya telah dibawa pergi untuk diotopsi, meninggalkan jejak ketakutan di hati semua orang.

Suasana mansion terasa hening, seolah waktu berhenti. Para pelayan yang biasanya sibuk dengan rutinitas pagi memilih untuk bersembunyi di balik pintu kamar mereka. Tak ada suara tawa, tak ada aktivitas biasa yang menggembirakan. Semua orang terjebak dalam ketakutan dan kecemasan akibat tragedi mengerikan yang baru saja menimpa mereka. Perintah dari Fugaku-san, kepala rumah tangga yang juga ayah Sasuke, membuat semua pelayan tetap berada di dalam kamar, menunggu kabar dari polisi tentang pembunuhan yang mengguncang rumah mereka.

Di sebuah kamar yang jauh dari keramaian, Sasuke dan Naruto terbaring dalam pelukan satu sama lain. Keheningan malam sebelumnya masih membekas dalam pikiran mereka, mengingatkan pada kesedihan yang menggelayuti jiwa. Sasuke, dengan surai hitamnya, terlihat tenang, meski bibirnya menyiratkan kekhawatiran. Di sisi lain, Naruto, dengan rambut kuningnya yang berkilau, terlihat berusaha menguatkan diri, meskipun hatinya bergetar.

Mata Sasuke perlahan terbuka, dan senyumnya mengembang saat melihat sosok pria di sampingnya. Ia membelai lembut rambut Naruto, mulai dari ujung rambut, menurun ke pipi, dan akhirnya menyentuh bibirnya yang lembut. "Pagi, Dobe," ucapnya dengan nada hangat.

Naruto terbangun dengan senyuman, namun saat ia melihat jam dinding, matanya membelalak. "Sasuke! Kenapa kau tidak bangun lebih awal?" serunya, sedikit menggerutu. Namun, di dalam hatinya, ia merasa bahagia bisa melihat Sasuke di sampingnya.

"Senyummu itu membuatku ingin tetap di sini lebih lama," balas Sasuke dengan nada menggoda, mencoba meredakan ketegangan di antara mereka.

Namun, saat Naruto hendak berdiri untuk melakukan aktivitas pagi, tangan Sasuke menariknya kembali. "Kau tidak boleh keluar! Situasinya masih berbahaya. Kita harus tetap di sini sampai polisi memberi kabar."

"Ini tidak adil, Sasuke! Aku harus bekerja!" protes Naruto dengan penuh semangat.

"Tenanglah, tetaplah di sini bersamaku. Kita bisa bicara atau mungkin beristirahat sejenak?" kata Sasuke, matanya lembut memandang Naruto, berusaha meyakinkan sahabatnya.

Di tengah perdebatan kecil mereka, ketegangan mendadak menyelimuti mansion. Suasana menjadi mencekam, dan ketakutan kembali mengisi hati Naruto. Ketika mereka berjalan di lorong menuju kamar Naruto, tiba-tiba teriakan nyaring menggema dari arah kamar pelayan.

"Naruto! Ayo cepat!" Sasuke berteriak, menarik tangan Naruto untuk berlari menuju sumber suara.

Ketika mereka tiba di pintu kamar, pemandangan yang mereka saksikan sangat mengerikan. Seorang pelayan muda terbaring tak berdaya di lantai, tubuhnya penuh dengan luka tusuk. Suara jeritan itu berasal dari salah satu pelayan wanita yang berlari keluar dengan wajah pucat, sementara Naruto tertegun di tempatnya.

"Sasuke, lihat! Apa yang terjadi?" Naruto bergetar, wajahnya memucat saat melihat tubuh penuh darah itu.

Sasuke, dengan cepat, memeriksa denyut nadi pelayan yang tergeletak di lantai. "Dia sudah tidak bernyawa!" kata Sasuke dengan suara penuh kepanikan. "Kita harus segera melaporkannya!"

Sebelum mereka sempat beranjak, suara teriakan lainnya menggema di dalam mansion. "Yuki!" suara itu familiar, suara sahabat Naruto yang sangat ia sayangi.

Tanpa berpikir panjang, Naruto berlari menuju kamar Yuki. Ketika sampai di depan pintu, ia mendapati pintu terkunci. Dalam detik-detik yang terasa seabad, Naruto menendang pintu itu hingga terbuka. Namun, pemandangan yang ia lihat membuat jiwanya seakan melayang.

Yuki terbaring di kasur, tubuhnya penuh dengan luka, sebuah pisau menancap di perutnya. "Yuki!" Naruto berlari ke arahnya, menahan air mata agar tidak jatuh. "Bangunlah! Tolong!"

"Sasuke, cepat! Bantu dia!" teriak Naruto, panik.

Sasuke berlari ke arah Yuki, memeriksa keadaannya dengan cepat. "Dia masih hidup! Kita butuh bantuan medis secepatnya!"

Dengan suara bergetar, Naruto berdoa agar sahabatnya itu bisa selamat. "Yuki, kumohon, jangan pergi! Aku tidak bisa kehilanganmu!"

Suasana menjadi semakin mencekam ketika para pelayan lain berlarian ke arah mereka. Ketika ambulans akhirnya tiba, waktu terasa berjalan lambat. Narasi penuh ketegangan melingkupi mereka saat Yuki dibawa pergi, dan Naruto merasa hancur.

Rumah Sakit

Selama berjam-jam, Naruto menunggu di ruang tunggu, matanya tidak lepas dari pintu ruang perawatan. Tangannya menggenggam rosario yang ia bawa, berdoa dengan sepenuh hati. Air mata mengalir di pipinya, menandakan betapa dalamnya rasa sakit yang ia rasakan.

Sasuke duduk di sampingnya, berusaha memberikan kenyamanan. "Naruto, tenanglah. Yuki pasti akan baik-baik saja. Dia kuat."

"Kalau bukan karena aku, dia tidak akan seperti ini! Seandainya aku tidak mendorongnya untuk keluar malam itu..." suara Naruto bergetar penuh penyesalan.

"Jangan menyalahkan diri sendiri. Kita semua mengalami hal ini bersama," kata Sasuke dengan lembut, berusaha menenangkan sahabatnya.

Setelah berjam-jam menunggu, dokter akhirnya keluar. Wajahnya tampak tenang, dan Naruto merasakan harapan baru. "Dia baik-baik saja. Luka-lukanya tidak parah, hanya kehabisan darah. Dia akan segera sadar."

Naruto hampir tidak bisa mempercayainya. Semua beban berat di hatinya seolah terangkat. "Syukurlah!" jeritnya, merasakan kebahagiaan yang mendalam.

Ketika mereka memasuki kamar perawatan, Naruto melihat Yuki terbaring dengan wajah pucat. "Yuki!" serunya, berlari ke samping ranjang sahabatnya.

"Naruto..." Yuki berusaha tersenyum meski terlihat lemah.

"Kau selamat! Kumohon, jangan pernah pergi lagi!" seru Naruto, memegang tangan Yuki erat-erat.

Mereka semua merasa lega, tetapi dalam hati mereka, ketegangan masih ada. Sasuke segera bertanya, "Yuki, siapa yang melakukannya?"

"Aku... tidak tahu. Semuanya terjadi begitu cepat. Aku melihat sosok pria dan kemudian merasakan sakit," jawab Yuki, suaranya nyaris tidak terdengar.

Naruto menggigit bibirnya, mencoba menahan air mata yang hampir menetes. "Sosok pria? Siapa?"

Yuki terdiam sejenak, berusaha mengingat. "Dia menyebut namamu, Sasuke. Aku tidak tahu siapa dia, tapi dia terlihat sangat marah."

Sasuke terdiam. "Apa? Kenapa dia menyebut namaku?"

"Ini semua mungkin ada hubungannya dengan pembunuhan yang terjadi di rumah kita," tambah Fugaku, ayah Sasuke yang tiba-tiba muncul di pintu. "Kita harus mencari tahu siapa yang bertanggung jawab."

Selama beberapa minggu ke depan, rumah itu menjadi medan perang antara ketakutan dan harapan. Setiap malam, suara-suara aneh terdengar, dan setiap pagi, berita tentang pembunuhan baru muncul. Naruto tidak merasa aman. Ia merasa seperti menjadi target berikutnya, terus-menerus merasa terancam.

Malam yang Menakutkan

Suatu malam, ketika hujan deras mengguyur mansion, Naruto terbangun oleh suara langkah kaki di atas lantai kayu. Dalam kegelapan malam, ia merasakan sesuatu yang tidak beres. Ketika menatap ke sekeliling, ia melihat sosok misterius yang tertutup bayangan.

"Naru-chan..." Suara itu lembut namun menakutkan, membuat tubuh Naruto membeku.

"S-siapa kamu?" tanyanya, suaranya bergetar.

"Hihihi... Jangan takut, sayang. Aku datang untuk mengajarkanmu... bagaimana cara merasakannya..." Suara itu semakin mendekat, dan Naruto merasa terjebak dalam ketakutan.

"Berhenti! Jangan dekati aku!" teriaknya, tetapi sosok itu hanya tertawa, semakin mendekat.

"Aku tahu semua tentangmu, Naruto. Sekarang, aku akan membawamu bersamanya..."

"Jangan!" teriak Naruto dengan keras, berusaha berlari ke pintu.

Namun, sosok itu terlalu cepat. Dalam sekejap, Naruto merasa sesuatu mencengkeram pergelangan tangannya, menariknya kembali ke dalam bayangan. "Selamat tinggal, sayang..." dan dalam gelapnya malam, Naruto merasakan kepanikan meresap ke seluruh tubuhnya.

Please Untie Me .....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang