Dari awal aku memang menjadi pihak yang bersalah.
Mencintaimu dalam rapatnya belah bibir, mengagumimu dibalik rimbunnya pepohonan.Awalnya kukira itu semua cukup.
Sampai akhirnya aku menjadi egois. Ingin memilikimu seutuhnya. Merasa menjadi satu-satunya orang yang bisa mencintaimu sepenuhnya.
Namun aku tidak siap.
Bagaimana jika kamu membenci rasaku? Kamu yang awalnya serupa titik diantara garis, lama-lama menjadi bayangan dan menghilang.Lalu kemudian kamu memilih dia. Mengapa kamu memilih dia disaat aku benar-benar mencintaimu. Apa dengan bertahan pada perasaan ini bertahun-tahun masih membuatmu ragu?
Namun aku sadar. Aku yang bersalah. Dari awal aku hanya memendam rasa tanpa mengungkapkan. Dan kini tersisa sesal.
Kamu tidak tau apa-apa tentangku karena aku tidak pernah menunjukan. Jadi aku tidak bisa menyalahkan mu, apalagi dia.
Jadi selamat berbahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetesan Pena Tak Bertuan
PoetryBanyak kalimat yang tidak bisa disampaikan, atau bahkan tidak sempat tersampaikan, bahkan ketika kalimat itu berada di ujung lidah. Sebagian manusia memilih diam, berjalan sesuai takdir, mengalir bagai air. Berharap bahwa waktu dapat menyampaikannya...