One Saturday Afternoon

1.7K 292 139
                                    

Takdir emang nggak pernah main-main.

Gue sebenernya nggak pengen mengecap pertemuan ini sebagai takdir. Kayaknya belom sampe situ aja. Tapi kalo gue lagi-lagi ketemu dia di tempat yang sama sekali nggak terduga, gue akan berpikir ulang.

Mungkin pertama gue harus terima kasih sama nyokap yang udah ngomelin gue panjang lebar pagi ini karena gue udah jarang ngurusin Ben, anjing gue yang lebih sering gue titipin di rumah nyokap daripada gue rawat.

"Kamu nih keenakan, pergi-pergi mulu nggak pernah ngerasain ngebersihin tai-tainya si Ben. Urusin dia, sana! Dia udah butuh grooming. Kali-kali Mami juga mau grooming diri sendiri, bukannya grooming anjing."

Gue pengen ketawa tapi takut durhaka. Maka dengan nyawa yang bahkan belum kekumpul, gue mengambil Ben dari pelukan nyokap. Tapi cuma bertahan sedetik karena setelah itu Ben langsung ngeronta-ronta dan akhirnya lepas sendiri.

"Tuh, kan. Dia sampe nggak mau sama kamu," Mami masih saja mengomel.

Kalo udah gini, gue cuma bisa peluk-peluk manja dan nduselin Mami. "Hmmm nanti aku bawa dia ke salon terus ajak jalan-jalan deh."

Akhirnya gue pun membawa Ben untuk grooming. Dan di situlah gue ketemu dia, bidadari gue, sedang berjalan dari parkiran menuju pintu depan salon sambil menggendong anjing putih yang mungil.

Bener-bener deh. Di saat gue bahkan belum sempat hubungin dia selama seminggu sejak kita ketemu di premiere film Sehun waktu itu, gue malah dipertemukan duluan dengan dia secara nggak sengaja gini.

Jadi, ini namanya takdir atau bukan?

"Yoona!"

Nggak mau membuang kesempatan yang udah terlempar di muka gue, gue langsung memanggilnya. Dia sempat terhenyak dan menoleh bingung, terlihat mencari-cari siapa yang baru aja memanggilnya. Sampai akhirnya pandangan matanya berhenti di gue, dan matanya langsung melebar.

Cute.

"Chanyeol...?" Dia kayak masih nggak percaya gitu.

"Yep, terakhir cek, nama gue masih Chanyeol."

Dia langsung ketawa. Lalu dia mencondongkan tubuh ke arah gue. Gue sempet kaget, gue kira dia bakal meluk gue, tapi ternyata....

"Gemes banget siapa nih?"

Bangsul.

Tangannya yang bebas langsung mengusap-usap Ben dengan gemas. Woy, mbak, yang punya kek diusap-usap!

"He's Ben," gue pun langsung memperkenalkan anjing gue.

Lo utang sama gue ya, njing.

"Oooh hey, Ben," dia nggak berhenti mengusap-usap Ben yang kayaknya mulai keenakan. Tau aja dia barang bagus. "Toy poodle yah? Umur berapa?"

Oke jadi kita ngomongin anjing sekarang. Nggak papa deh, yang penting gue bisa liat dia ketawa. Dan denger suara gemesnya waktu dia mencoba ngobrol sama Ben, seolah-olah dia lagi ngajak ngomong bayi.

By the way, dia terlihat agak berbeda daripada terakhir gue ketemu. Kali ini dia terlihat jauh lebih santai, cuma pake jeans dan kaos putih garis-garis hitam. Wajahnya tanpa riasan. Dan dia pake kacamata.

Anehnya, dia masih sama cantiknya seperti waktu itu. Bidadari gue ini.

"Mau grooming juga?"

Kali ini kita udah jalan bareng menuju salon. Ternyata tanpa sepatu hak, dia cuma sepundak gue. Pas banget dong buat dipeluk?

Yoona mengangguk. Dia menimang-nimang si anjing putih di dekapannya yang keliatan nurut banget, anteng aja dari tadi. Ck. Ben can't relate.

"Ini Reo," dia menggerak-gerakkan kaki depan makhluk yang lebih mirip buntelan kapas itu ke arah gue.

Closer to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang