Suara ketukan pintu membangunkan tidur seorang gadis. Gadis itu mengerjapkan matanya mengumpulkan kesadaranya sedikit demi sedikit. Gadis itu berjalan dengan rasa malas ke arah pintu. Terlihat laki-laki berusia 20 tahun dengan koko dan sarung berdiri di hadapan gadis itu.
“Bi cepet ambil air wudhu nanti ketinggalan waktu subuh. Dari tadi abang bangunin gak nyaut-nyaut.”
Gadis tersebut mengangguk lalu berjalan menuju kamar mandi mengambil air wudhu.Setelah selesai sholat gadis itu tengah membuat dua porsi sarapan nasi goreng. Di taruhnya di dua piring nasi goreng di atas meja meja makan. Lalu seorang laki-laki duduk di sampingnya dan melahap nasi goreng tersebut.
“Hanbi besok subuh pagi abang ada projek syuting reality show di Jogja kamu jaga diri dirumah pulang sekolah gak boleh main kalok main di rumah aja suruh temen mu ke rumah aja.”
Gadis tersebut mengangguk lalu berjalan menuju kamar mandi mengambil air wudhu.Setelah selesai sholat gadis itu tengah membuat dua porsi sarapan nasi goreng. Di taruhnya di dua piring nasi goreng di atas meja meja makan. Lalu seorang laki-laki duduk di sampingnya dan melahap nasi goreng tersebut.
“Hanbi besok subuh pagi abang ada projek syuting reality show di Jogja kamu jaga diri dirumah pulang sekolah gak boleh main kalok main di rumah aja suruh temen mu ke rumah aja.”
Gadis bernama Hanbi memangunggutkan kepalanya sambil mengunyah nasi goreng buatannya.“Oh ya kamu udah nentuin mau kuliah dimana ambil jurusan apa ?.” Hanbi menatap abang nya lalu menggelengkan kepalanya.
“Kamu harus mulai berfikir mau jadi apa kedepan. Abang mau kamu kuliah dek abang kerja buat hidupin kita berdua juga buat sekolahin kamu.” Hanbi pun menantap abangnya, saat ini tengah menatapnya.
“Aku pengen kerja bang aku gak mau nyusahin abang.” Pandangan Hanbi kembali ke nasi gorengnya.
“Hanbi sekarang abang mu udah kerja dan udah diangkat jadi karyawan tetap jadi abang ada penghasilan tetap yang lumayan buat biaya kita sama pendidikan kamu. “
“Hanbi kamu gak perlu khawatir gaji abang alhamdulillah lebih banyak dari pas abang magang. Jadi abang harap kamu mau ya lanjut kuliah?.” Lanjut abang Hanbi.
“Iya bang Bi mau kuliah. Tapi Bi bingung mau ambil apa. Lagian Bi tuh pengen kaya bang Paksi kuliah dapet beasiswa total dapet uang saku lagi. Bi pengen buat bangga abang.”paksi terkekeh lalu mengelus rambut sang adik.
“Dengan lulus dapat nilai baik itu udah cukup buat abang bangga.” Mendengar jawaban Paksi Hanbi memeluk Paksi.
“Sekarang kamu harus mulai mikir mau ambil jurusan apa. Kalau bisa sesuai dengan minat sama kemampuan kamu biar jalaninnnya enak. Nanti kalau udah ngampus jangan mau di ajak nongrok sama temen di cafe biarpun alasanya ngerjain tugas tapi kebanyakan makan disana dan tugas gak pasti selesai jadi gk usah ikut ikut temen ya.” Hanbi mengangguk paham dengan perkataan Paksi.
“Iya abang. Jangan – jangan itu pengalaman abang sendiri ya.” Goda Hanbi.
“Ye mangkanya abang ngomong itu karena abang udah perbah ngalamin sendiri.” Ucap Paksi lalu melepas pelukan sambil menononyor kecil jidat Hanbi. Hanbi pun terkekeh.
***
***
Bel berbunyi semua siswa bersorak gembira pasalnya bel berbunyi lebih dari tiga di jam sepuluh pagi. Semua siswa berhamburan keluar dari sekolah mengembil sepeda motor, ada juga yang tengah menunggu angkot. Hanbi menunggu bus rencananya Hanbi ingin berjalan-jalan di sebuah mall di Jakarta ia ingin membeli beberapa buku. Semalam Paksi memberikan uang jajan selama dua minggu karena Paksi akan di Yogja selama dua minggu. Sudah biasa Hanbi pergi kemenapun sendiri Paksi terlalu sibuk bekerja di salah satu stasiun televisi ia banyak menghendel program acara yang cukup sukses sehingga membuat Paksi lebih sering menginap di kantor kadang juga pernah tidak pulang seminggu.
Hanbi sangat kesepian, ia juga tak punya teman dekat untuk diajak jalan-jalan. Walaupun ada teman sekolahnya mengajaknya nongkrong shoping namun Hanbi menolak lantaran Hanbi merasa sangat boros jika mengikuti ajakan teman - temanya walau kadang ia juga pernah ikut nongkrong. Setibanya di halte yang letaknya seberang mall hingga Hanbi harus menyebrang jalan raya yang tengah ramai. Sejujurnya Hanbi takut jika menyebrang sendiri. Hanbi menoleh kekanan kekirio mencari apakah ada orang yang mau menyebraang namun tak ada orang. Hanbi pun mulai berjalan sambil menoleh ke kanan melambaikan tangan memberi kode pada pengemudi ia untuk lebih pelan ia pun hampir sampai di trotoar depan mall itu Hanbi terserempet sebuah mobil membuat Hanbi mental tak jauh dari mobil. Mobil itupun berhenti terun pemuda berpawakan tinggi dengan seragang loreng merah berlari kecil menuju ke arahnya.
“Dek kamu gak apa-apa.” Ucap laki – laki itu sambil menepuk pipi Hanbi yang mulai kehilangan kesadaran. Laki-laki tersebut menggendong Hanbi ke mobilnya. Di taruhnya di jok samping pengemedui lalu memasang selfbetnya. Mobil tersebut berjalan menuju rumah sakit terdekat.
***Hanbi terbaring di brangkar dengan luka di lutut dan siku yang sudah di obati, kini ia tengah di periksa oleh dokter.
“Adeknya hanya syok dan luka ringan saja lebihnya tidak ada yang di khawatirrkan.” Ucap dokter tersebut.
“Kapan ia sadar dok ?.” tanya laki-laki berpakaian loreng merah tersebut.
“Mungkin sebentar lagi ditunggu aja. Kalau begitu saya permisi.” Pamit dokter tersebut.
“Silahkan dok.” Balasnya.
Tak lama kemudian Hanbi mulai membuka mata hal yang ia rasakan pertama kali adalah badanya terasa remuk seperti di hantam mobil dan pusing. Melihat gadis itu membuka mata laki – laki berpakaian loreng merah tersebut mendekati Hanbi.
“Ada yang sakit dek?.” Tanyanya pada Hanbi. Hanbi yang tengah menormalkan pandanganya menoleh ke arah suara di lihatnya lakil – laki tersebut membuat Hnbi sesaat terkagung wajahnya terlihat seperti boy band korea dengan kearifan lokak seakan menghipnotis Hanbi sesaat. Namun suara deheman dari laki – laiki tersebut menyedarkanya.
“Badan aku rasanyaa remuk kak kayak habis di hantam mobil sama pusing dikit sih sisanya rasa perih di lutut sama siku.” Ucap Hanbi sembil memegang kepalanya yang masih terasa pusing.
“Maafkan saya dek karena sudah menabrak kamu. Gara – gara saya kamu jadi luka.” Ucap penyesalan laki – laki tersebut.
“Tidak apa – apa kok kak lagian aku juga salah udah tau mobil mau lewat malah nekat lari jadinya ketabrak deh. Palingnya juga nanti lukanya tigahari sembuh kok kak gak perlu khawatir.” Balas Hanbi dengan senyum.
“Kalau begitu saya anterin kamu pulang. “ ajak nya.
Kakak ini enggak tahu apa lutut ku tuh perih kalok digerakin. Batin Hanbi.
Seolah tahu isi hati Hanbi laki-laki tersebut membalikan badanya dan sedikit membungkuk. Hanbi menautkan alisnya.
“Ayo saya gendong. Saya tahu pasti susah buat jalan.“ Hanbi pun dengan ragu mengalunkan tanganya. Mereka menjadi pusat perhatian semua orang membuat Hanbi menyembunyikan wajahnya di punggung laki-laki tersebut.
“ Dimana kamu tinggal?.” Tanyanya sambil melangkah menuju parkiran.
“Perumahan Puri Mustika kak.”
Jawab Hanbi dibalas dengan anggukan. Sampainya di parkiran Hanbi duduk di dekat pengemudi. Selama perjalanan tak ada percakapan membuta Hanbi tidak nyaman. Kini mobil tersebut berhenti di depan rumah berwarna biru langit. Hanbi mengucapkan terimaksih lalu membuka pintu mobil. Saat hendak melangkah laki –laki tersebut memegang lengan Hanbi membuat Hanbi menoleh.“Kamu dirumah sama siapa ?”
“Sendiri kak.”
Mendengar jawaban gadis tersebut laki – laki tersebut turun dari mobil lalu menuntun Hanbi menuju rumah.
“Mana kuncinya biar saya yang buka.”
Hanbi pun mengambil kunci rumah dan pagar yang dibendel satu pada laki – laki itu. Gerbangpun terbuka lebar lalu dituntunya Hanbi kearah pintu masuk. Kini mereka sampai di ruang tamu. Melihat rumah sepi membuat laki – laki tersebut penasaran.
“Kamu hubungi orang tua kamu biar ada yang nemenin.” Usul laki – laki tersebut.
“Saya tinggal sama kakak saya dan sekarang lagi di luar kota kak.” Jawab Hanbi.
“Orang tua kamu ?.” mendengar pertanyaan tersebut membuat wajah Hanbi murung. Merihat perubahan wajah Hanbi membuat laki – laki tersebut merasa tak enak.“Udah gak....”
“Mama Papa saya udah meninggal kak jadi saya tinggal sama kakak saya tapi kakak saya sering keluar kota buat syuting program tv kak.” Potong Hanbi.
“Kalau begitu saya permisi dek. Dan maaf karena nabrak kamu.”
“Iya kak makasih udah di anterin pulang.”“Itu memang tanggung jawab saya dek.”
Laki – laki tersebut berjalan meninggalkan Hanbi. Hanbi berjalan tertatih – tatih ke teras dilihat mobil yang di tumpanginya berjalan menjauh dari rumah Hanbi. Entah mengapa Hanbi merasa sedih di tinggal laki laki asing tersebut. Hanbipun berjalan dengan tertatih – tatih menuju kamarnya dengan memebawa ransel.
Ini cerita baru aku yang Jaga Cinta ku Untuk mu Kapten sedang proses revisi rencana aku mau terbitin tuh cerita tapi masih dalam revisi.
Aku fokus yang ini dulu ya yang refrain file nya hilang jadi harus ngulang lagi dari awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
As if it's your last (On Going)
General FictionHanbi hanya punya Paksi sebagai keluarga. Kesibukan Paksi sebagai Creativ sebuah program acara di salah satu televisi membuat Hanbi sering berada di rumah sendiri. Pribadi Hanbi yang tertutup membuat dia tidak memiliki teman apalagi jatuh cinta. Sem...