🌺langit yang berbeda

1.8K 160 10
                                    

Jangan lupa vote and comment juseyo, sebagai warga +62 yang baik hati.
Happy reading



Pemuda itu berlari tergesa gesa, tak memperdulikan seberapa banyak orang yang menatapnya, dengan menggenggam erat ponselnya nyatanya sama sekali tak mengurangi rasa cemas yang kini melanda.

Ia bahkan menekan bel dengan terburu, seakan ada monster yang mengejarnya, tapi keadaan ini lebih buruk dari sekadar dikejar monster, setelah pintu terbuka, tanpa basa basi ia berjalan cepat kedalam.

" Apa kau baik baik saja?".
Yap, itu varrel, sedang mengatur nafasnya setelah berlari maraton.

"Aku baik baik saja, tap---tapi bajingan itu berhasil menangkap alisa, sial". Sehun memijit pelipisnya, matanya berkunang kunang, semua benda disini terlihat ganda dimatanya.

"Kenapa bisa kecolongan huh?".
Varrel mengobrak Abrik nakas meja hotel, tak tahu mencari apa.

"Aku tidak tahu". Kini semua dalam penglihatannya berputar putar, ia rasa kepalanya akan pecah, Sehun benci itu, seakan ia tak bisa apa apa.

"Dimana kau menaruh obatmu?".
Varrel seperti orang kesetanan mengobrak Abrik seluruh penjuru kamar hotel, varrel tau apa yang akan terjadi setelahnya, melihat keadaaan Sehun, ini sungguh berbahaya baginya.

"Huh?". Sehun seperti orang linglung disana, dari semalam ia tak tidur membuat kepalanya pening bukan main, memikirkan Alisa hingga hampir gila dan menunggu varrel datang sungguh menguras energi dan pikiran.

"Obat itu sehun, astaga!!". Varrel mengguncang tubuh Sehun dengan mencengkram pundaknya.

"Ah iya..Aku menaruhnya di laci paling bawah".
Sehun menunjuk meja laci dekat sofa, varrel yang melihatnya segera mengambilnya.

"Minum ini". Varrel segera memberikan pil seukuran biji kacang itu pada Sehun, dan ia mendudukan dirinya disamping Sehun.

"Terimakasih.." ia menjeda kalimatnya, memasukan pil itu kedalam mulutnya dan melancarkannya dengan air
" .......kau cepat juga datang kesini".

"Tentu saja, aku kesini naik helikoptermu". Varrel mendudukkan bokongnya disamping Sehun.

Ia terkekeh, menyangka semua ini akan terjadi
"Apa tua Bangka itu tau?".

"Hey! Dia ayahmu bajingan, lagipula paman tidak tau kedatanganku ke Korea, sesuai perintahmu".
Varrel sedikit merenggut, bagaimanapun pamannya adalah ayah Sehun, ia hanya 'sedikit keras saja.

"Bagus". Sehun menganggukan kepalanya, ia tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika paruh baya yang disebutnya tua bangka ini sampai mengetahui hal ini.

"Sudah kubilang ke Korea terlalu beresiko". Varrel mengeram, jengah sekali memberitahu si bodoh oh sehun, kenapa tidak liburan ke Brazil atau bahkan ke Afrika saja, itu jauh lebih baik, sungguh merepotkan bukan?

"Tapi aku ingin membawanya ke tempat dimana aku dilahirkan". Sehun menunduk, tiba tiba saja ingatannya berputar pada 17 tahun silam.

"Lalu bagaimana mereka bisa menculik Alisa?". Varrel tahu keadaaan sepupu merangkap sahabatnya itu, pasti keadaannya sangat terguncang sekarang.

"Aku tidak tahu, semua terjadi begitu cepat". Sehun menggelengkan kepalanya, mengusap kepalanya pelan, sisa pening itu masih ia rasakan.

"Apa kau tahu siapa mereka?".
Varrel menatap Sehun dalam, mungkin ada satu petunjuk yang dapat membantunya.

Ia menggelengkan kepalanya, tak tahu siapa mereka, semuanya terlalu cepat.
"Aku tidak tahu, tapi aku memasang chip pada baju alisa, maka dari itu aku menyuruhmu datang kesini, membawa semua peralatan, agar aku bisa melacaknya".
Benar, Sehun menaruh chip berupa GPS pada semua baju Alisa, kecuali pada dalamannya,gila saja jika itu terjadi, hanya itu yang bisa ia lakukan mengingat ia sama sekali tak membawa senjata satu pun ke Korea, beruntung Alisa tak menyadari itu.

L O V E     S H O T Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang