Tongkat

830 115 9
                                    

"AW!" pekik Ramuda, Jakurai menghampirinya.

"Ada apa? Menabrak kaki meja lagi?" tanyanya sambil memijat kaki Ramuda yang sakit. Ramuda mengangguk.

"Mau ku belikan tongkat agar kau bisa--"

"TIDAK! AKU TIDAK MAU!"

"Kenapa? Kalau kau menabrak atau tersandung benda bagaimana?"

"Aku... Tidak mau terlihat memiliki kekurangan. Aku tidak mau sangat terlihat seperti orang buta. Aku benci ini!"

Jakurai menghela nafas, ia tau kalau Ramuda masih belum menerima apa yang terjadi padanya. Masih ada sedikit rasa trauma dan stress padanya. Jakurai memakluminya.
Jakurai pun memeluknya.

"Maafkan aku. Aku tak akan menyinggungmu soal tongkat lagi. Apakah kau memaafkanku?" Tanyanya sambil mengusap lembut surai pink Ramuda. Yang di dekap hanya menganggguk.

"Mau jalan-jalan hari ini? Bagaimana kalau ke taman?" tanya Jakurai

"Aku mau... tapi.."

"Hm? Kenapa? Tenang saja, ada aku. Aku akan selalu bersamamu. Okay?"

"Okay" Ramuda mengangguk .

"Nah, sekarang, Ayo kita bersiap-siap"

°•°•°•°

"Udara sore ini sangat segar" ucap Jakurai

"Iya. Aku sudah lama tidak keluar. Ini sangat menyegarkan"

"Mau crepes?"

"Mau!"

"Rasa apa?"

"Yang enak!"

"Baiklah, ayo kita cari tempat duduk dahulu"

•°•°•°

"Lama sekali Jakurai. Sangat antri kah?" gumam Ramuda. Angin berhembus agak kencang. Topi yang ia pakai bahkan sampai terbang.

"Ahh! Topiku--!"

Ramuda pun hanya diam. Dia bisa apa tanpa Jakurai? Ingin berjalan saja sulit. Yang ada dia akan menabrak orang-orang.

"Permisi. Apa ini topimu?" terdengar suara seorang gadis dari hadapan Ramuda

"Umm... Anu... Apakah topinya berwarna hitam?" tanya Ramuda ragu-ragu. Ah, bodoh! Ramuda merutuki kebodohannya. Kalau ia bertanya seperti itu, orang tersebut akan tau kalau ia tak bisa melihat.

"Maaf. Aku tidak tau. Aku tuna netra. Aku tidak dapat melihat. Kenapa anda bertanya seperti itu?" jawab gadis itu. Ramuda terdiam sejenak.

"Maaf, tuan?" panggil gadis itu

"Eh,ah, maaf onee-san aku melamun tadi. Aku... Aku juga tidak bisa melihat. Jadi aku bertanya. Maafkan aku" sahut Ramuda
"Benarkah? Wah, aku kira kau tadi sengaja ingin mengejekku. Maafkan aku yang sudah berburuk sangka. Kau kesini sendirian kah?"

"Tidak. Aku bersama kekasihku. Aku sedang menunggunya membeli crepes"

"Aku juga sedang menunggu kakakku. Mau berbincang sebentar? Sambil menunggu mereka" usulan gadis itu pun di setujui Ramuda.

Mereka pun duduk di bangku taman yang tadi diduduki oleh Ramuda.

"Kekasihmu pasti sangat mencintaimu. Ia menerimamu apa adanya" kata gadis itu
"Onee-san juga. Pasti kakaknya onee-san sangat menyayangi onee-san"

"Iya, kau benar... Tapi sayang sekali. Aku tidak bisa melihat wajahnya sejak aku lahir. Bahkan aku tak tau wajah ayah dan ibuku"

"Onee-san tak bisa melihat sejak lahir?" Ramuda agak terkejut.

"Iya" Jawab nya. Ramuda terdiam lagi. Ternyata, ada orang yang memiliki fisik tak sempurna sejak lahir. Dan dia masih bisa bertahan sampai sekarang. "Bagaimana denganmu?" lanjutnya

"Aku... Aku tak bisa melihat sekitar 8 bulan yang lalu. Karena kecelakaan. Ya, dan aku merasa depresi karena aku kehilangan penglihatanku. Hidupku terasa hancur. Bahkan, aku masih tidak bisa terima kalau ku kehilangan penglihatan ku. Dan bahkan, jika aku boleh jujur, aku tak ingin mengenakan tongkat agar aku tak terlihat seperti orang tuna netra"

"Seperti itu, ya. Memang sangat berat. Aku juga dulu merasakan itu. Tapi, di balik kekurangan seseorang, kau akan menemukan sesuatu yang luar biasa pada orang tersebut. Terkadang, dunia melihat kita sebelah mata karena kita memiliki kekurangan yang sangat tampak. Tapi, di balik itu, kita memiliki bakat yang tak pernah orang sangka. Dan tuhan itu adil, kok. Saat kita punya banyak ruang kosong yang gelap, akan ada seseorang yang mengisi ruang itu dan menjaganya agar tetap terang"

Ramuda terdiam mendengarnya. Benar. Ia memiliki banyak kebahagiaan setelah ia mendapat kekurangan itu. Hidup yang damai, suami yang sangat menyayanginya, dan masih banyak lagi. Tak ada salahnya, kan, jika seseorang punya kekurangan yang sangat tampak?

"Ramuda. Maaf lama, tadi--" Jakurai menghentikan kalimat nya setelah melihat seorang gadis yang bersama dengan Ramuda.

"Nemu? Kau disini? Kau bersama Samatoki-kun?" tanya nya

"Jakurai-san? Iya, aku bersama kakak. Mungkin sebentar lagi ia akan kembali" jawab gadis itu

"Eh?! Jadi onee-san ini adalah Nemu-chan?! Adiknya Samatoki?! " Ramuda terkejut. Ia baru tau itu adalah Nemu karena ia sangat jarang bertemu dengan Nemu.

"Iya. Tunggu dulu. Jangan-jangan -- kau--"

"Nemu! Kau disini rupanya" kata seorang pemuda bersurai putih itu menghampiri mereka ber-3.

"Eh?! Samatoki?! "

"Sensei , Ramuda. Kalian ada disini?" tanya pemuda itu, ya, itu adalah Samatoki

"Iya, kami sedang berjalan-jalan" jawab Jakurai.

"Souka. Kami mau pulang dahulu, ya. Kami pamit dahulu" Samatoki membungkukkan badannya. Dan kemudian menarik Nemu lembut

"Ya, sampai jumpa!" seru Ramuda dan Jakurai.

"Jakurai.. " panggil Ramuda yang dijawab deheman dari Jakurai

"Aku ingin beli tongkat. Aku mau jalan-jalan keluar lagi kapan-kapan. Aku tak ingin merepotkan mu"
Jakurai hampir tersedak mendengar nya. akhirnya, Ramuda mau menerima dirinya sendiri apa adanya. Jakurai tersenyum.

"Baiklah, sepulang dari sini. Ayo beli tongkat untukmu"

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

Hai,kakak! Makasih yang udah mampir baca cerira absurd ku ini. Maaf kan Giku kalo banyak typo π_π

Jangan lupa vote dan comment nya,ya,kak! Sampai jumpa! ≧ω≦

Love and Story • Jakuramu •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang