Camilan

432 63 15
                                    

     Malam ini hujan turun deras disertai angin kencang. Beruntungnya, petir tidak ikut menggelegar. Jakurai akan pulang kisaran pukul sepuluh malam. Tapi sekarang masih pukul delapan malam. Berarti, Ramuda masih harus menunggu dua jam lagi.

     Bosan. Ramuda sangat bosan. Acara TV terdengar tak ada yang menarik. Sebagian camilan manis Ramuda sudah habis, dan sebagian lagi disembunyikan Jakurai agar Ramuda bisa mengurangi konsumsi camilan tak sehat itu.

     "Bosan~" rengek Ramuda sambil menyenderkan punggungnya di senderan sofa.

     Suara deras hujan dan suasana dingin membuat rasa kantuk datang. Ramuda menguap panjang. Mengusap matanya, kemudian meraih tongkatnya yang berada di sampingnya.

     Ramuda berjalan ke kamarnya. Tidur menjadi pilihannya kali ini. Biasanya, Ramuda tidak bisa tidur nyenyak, jika tidur sendirian, tapi suasana terlalu mendukung untuknya tidur lebih sore.

     Setelah menaruh tongkatnya, ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Meraih selimut, dan memejamkan mata. Terlelap.

•°•°•

     "Ugh," Ramuda membuka matanya. Ia merasa ruangannya kosong. Tak ada aroma lavender khas suaminya di kamar. Ia juga meraba sisi ranjang di sampingnya, tempat Jakurai biasa tidur. Kosong.

     "Jakurai belum pulang?" gumamnya.

     Kruuukk~

     "Astaga, aku lapar."

     Ramuda meraba nakas, mencari tongkatnya. Setelah itu, ia keluar dari kamar untuk mencari makanan yang bisa ia konsumsi.

     Ramuda bisa mendengar suara televisi yang menyala. Tunggu, tapi Ramuda sangat ingat ia sudah mematikan televisi. Apa suaminya sudah pulang?

     "Jakurai?" panggil Ramuda.

     "Ya?" sahut Jakurai yang Ramuda yakini suaranya dari ruang tamu.

     Ramuda menghampiri Jakurai dan duduk di sampingnya.

     "Kenapa bangun?"

     "Lapar."

     Jakurai mengernyitkan dahi. Tak biasanya Ramuda lapar tengah malam begini.

    "Kau belum makan malam?" tanya Jakurai.

    "Sudah. Tapi aku masih lapar. Kau menyembunyikan camilanku, sih!" jawab Ramuda kesal.

     "Aku hanya ingin mengatur pola makanmu. Apalagi camilan manis itu tidak sehat, Sayangku," kata Jakurai sambil mengecup surai Ramuda.

    Pipi Ramuda memerah. "T-tapi aku sehat-sehat saja tuh!" sergah Ramuda.

    "Dasar keras kepala." Jakurai mencubit pipi Ramuda.

    "Sakit, Jakurai!"

    "Makanya, jangan keras kepala."

     "Jakurai~ Aku lapar!" rengek Ramuda.

     "Ini tengah malam, Ramuda. Makan tengah malam tak bagus untukmu. Ayo, kita tidur saja!" tegur Jakurai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love and Story • Jakuramu •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang