Kemarahan Fika pada Fajar tidak berlangsung lama. perjuangan dan usaha cowok itu untuk membuat Fika lupa akan masalahnya, mendapatkan hasil yang baik. Mereka tidak pernah membahas hal itu lagi. Mungkin karena sudah benar-benar lupa, atau Fika hanya mencoba untuk tidak mengungkitnya. Entah kenapa walau begitu, Fika tetap percaya Fajar. Kebohongan yang cowok itu lakukan pasti memiliki alasan yang sebenarnya baik.
Dengan kesepakatan yang sudah disepakati sejak awal. Fajar dan Fika masih terus bekerja sama untuk mencapai tujuan mereka. Lebih tepatnya tujuan Fika. Pukul 12 siang yang cukup terik, mereka mulai meluncurkan siasat lagi.
"Misi lo apa lagi sih ini?"
Fajar mendumel pada Fika yang sedang berjongkok di sampingnya, persis sama seperti yang ia lakukan. Mereka berdua bersembunyi di balik semak-semak. Mengintip pada suatu tempat yang entah apa tujuannya.
"Belum kepikiran,"
"Terus kita ngapain ngumpet disini, Maemunah?"
Fika berdecak seraya mendelik, "Gak usah banyak komen ah, Bang! Katanya lo mau bantu?"
"Iya, tapi gatel," jawab cowok itu sambil menggaruk-garuk tangannya.
"Manja!"
Setelah itu, Fajar terdiam. Cowok itu membiarkan Fika memerintahnya sesuka hati. Mengikutinya bersembunyi di semak-semak tanpa tahu apa niatnya. Padahal Fajar sangat-sangat tidak tahan berada disini. Rumput liar membuat kulitnya gatal.
"Nah, itu dia!"
Fajar menyipitkan matanya ke arah tunjuk Fika. Disana, seorang gadis keluar dari pelataran kampus. Memakai blouse berwarna coklat dan celingak-celinguk menunggu seseorang. Cewek itu kemudian berdiri di koridor seraya memainkan ponselnya.
"Siapa?"
"Itu selingkuhannya Reon," jawab Fika yang pada akhirnya berbalik menghadap Fajar.
"Terus?"
Fika terlihat berpikir sejenak. Mungkin ia sedang mencari ide untuk menjebak perempuan di ujung sana. Tidak lama ia merogoh-rogoh tasnya dan tersenyum bangga ketika sebuah ide bagus terlintas.
"Kebetulan banget gue abis dari toko kosmetik dan bawa katalog terbaru. Oke gini, denger ya bang," Fika mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Beberapa lembar kertas katalog yang Fajar tidak tahu itu apa. Cowok itu mengernyit, membuat Fika melanjutkan penjelasannya, "Lo kesana, jadi SPG lipstik."
"HAH?!"
"Anjir bau jengkol," Fika mengibas-ibaskan tangannya di depan hidung.
"Enak aja! Wangi gue! Nih, HAH HAH HAH!"
Fika menoyor kepala Fajar menjauh kemudian melanjutkan perkataannya, "Lo kesana nawarin lipstik ke si Thalia."
"Namanya Thalia?"
"Iya. Udah sana cepetan!" Fika langsung mendorong tubuh Fajar keluar dari persembunyian. Namun dorongannya terlalu keras hingga membuat cowok itu jatuh tersungkur.
"Aduh. Astagaaa, Fika pelan-pelan ngapa...."
"Eh, HAHAHA JATOH!"
"Anjir malah ketawa. Tolongin!"
Fika terkekeh, namun tangannya menjulur membantu Fajar untuk bangkit. Setelah cowok itu bangun, ia membereskan brosur yang berserakan di tanah, kemudian memberikannya pada Fajar.
"Gua jadi SPG nih? Lo serius? Ide lo ada-ada aje ye, Fik. Dapet dari mana sih lo, astaga."
"He'em, udah gak usah banyak protes."
"Terus ngapain? Fikachu, gua sama sekali gak tau cara jadi SPG."
"Nawarin doang, gak susah kok. Lo pasti pernah kan liat orang nawarin barang? Ya itu, SPG. Nanti lo deket-deket ya ke dia, senatural mungkin! Gue bakalan foto dari sini. Abis itu fotonya mau gue kirim ke Reon. Biar Reon tau kalo ini cewek gak bener."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nerv | Fajar Alfian
أدب المراهقينFajar bertemu dengan seorang cewek. Cewek aneh yang nangis sendirian tengah malem di rumah sakit. Cewek aneh yang tiba-tiba saja memukulinya tanpa sebab. Cewek aneh yang pada akhirnya menyeret dirinya untuk ikut terlibat pada masalah cewek itu. Faja...