Penyimpangan

849 17 0
                                    

Justin (POV)

Selama satu minggu ini aku memikirkan tentang semua saran dari Julio, dan sekarang aku benar-benar harus memutuskan. Dan hari ini rencananya aku akan menemui mommy dan daddy. Mengutarakan semua yang sudah benar-benar aku putuskan. Aku sudah menemukan alasan yang mungkin dapat di terima oleh mom dan daddy ku,

Aku melirik arloji di tangan ku, "Sorry Bro, bikin lu lama nunggu," Ucap nya, aku menatap Julio yang kini beralih duduk tepat di sampingku. Aku menatap nya tajam.

          "Hei man, jangan lihat gue seperti itu. Nanti lu bisa jatuh cinta sama gue." Ucapnya percaya diri.

          "Cuih, meskipun hanya tinggal lu satu-satunya laki-laki di dunia ini. gue masih berpikir untuk jatuh cinta sama lu," Aku menggeram kesal padanya. Julio adalah pria satu-satunya yang tahu akan penyimpangan yang menimpa ku.

          "Benarkah, au rasanya gue benar-benar pengen bikin lu jatuh cinta sama gue," Julio menampilkan senyum genit nya. Astaga apa dia pernah berpikir ia terlihat menjijikan dengan wajah seperti itu?

          "Berhenti memasang wajah menjijikan itu Julio, asal lu  tahu gue kemari karena ingin berpamitan." Ucapku, yang mampu membuatnya tercengang.

          "APA, memang nya lu ingin kemana Bieber?" Tanya Julio, Bieber adalah panggilan kesayangan Julio buatku.

          "Gue udah mutusin untuk pergi, seperti saran lu, gue benar-benar gak bisa nunggu sampai Daddy yang akan mengusir gue, atau mungkin akan memenggal leher gue hidup-hidup," Sedih sebenarnya untuk membicarakan ini. Tapi, aku benar-benar tak punya pilihan lain.

          "Lu akan pergi kemana? Lu serius mau ninggulin gue. Pasti gue akan merindukan lu," Ucapnya sedih memeluk tubuh ku. aku juga sedih, baru bicara dengan Julio saja aku udah benar-benar sedih. bagaimana dengan mom juga dad.

          "Lu bisa menemui gue kapan saja. Lu tinggal bilang kalau lu rindu sama gue, dan gue akan usahain secepatnya datang buat lu," Jangan berpikir Julio adalah seorang gay juga. Bahkan dia normal, disetiap Club malam wanita pasti akan mengenalnya. Dan Julio adalah sahabat ku dari TK. Tidak hanya kami yang bersahabat, tetapi mom dan dad juga bersahabat dengan orang tua Julio.

                                      *****

Aku terdiam di ruang keluarga menunggu kehadiran daddy dan juga mom, rasanya seluruh tubuhku terasa panas dingin. Aku berusaha dengan keras agar tidak terlihat gugup di hadapan mereka berdua.

Aku menggerakkan kakiku untuk menetralisir rasa gugupku, kebiasaan yang selalu ku lakukan saat gugup melanda. "Tuan ingin minum apa?" Tanya Nanny.

          "Seperti biasa aja Greta," Balasku tersenyum. Greta mengangguk dan pergi.

          "Oh, anak mommy yang tampan. Mom sangat merindukanmu," Suara mommy menyadarkan  ku. Aku bangun dan segera memeluk nya hangat.

          "Mom, aku juga merindukanmu," Ucapku mengecup kening nya.

          "Ayo duduk, kenapa kau baru pulang? Tidak kah kau merindukan mom dan dad? Mommy benar-benar khawatir dengan mu," Cecar nya panjang. Mommy memang terkadang sangat berlebihan.

          "Tidak kah mom dengar perkataan ku tadi? Soal aku jarang pulang. Bukankah aku memang tidak hanya kali ini melakukan nya mom?" Tanyaku yang dibalas anggukan mommy.

          "Mommy tidak usah mengkhawatir kan aku. Aku ini sudah 25th mom," Balasku sengit. Dikira aku anak umur 8th apa?

          "Ou, ou.. ternyata pria ini masih ingat jalan pulang?" Aku melihat daddy yang terlihat tersenyum ke arahku.

          "Tentu saja dad, gimana kabar daddy?" Tanyaku basa basi.

          "Seperti yang kau lihat Justin. daddy baik-baik saja. Ada apa lagi menemui daddy?" Aku mengernyitkan kedua alis mataku.

          "Maksud daddy, biasanya kan kau jika kemari pasti ada maunya?" Mommy berusaha membuatku tidak salah paham, aku tersenyum kearah mommy dan juga daddy ku tercinta.

          "Aku sudah memutuskan untuk pindah ke Dallas," Ucapku cepat.

Aku melihat mom dan juga daddy yang tiba-tiba saja terdiam. Apakah mereka terkejut dengan semua yang barusan ku utarakan. Aku menatap keduanya bertanya, "Apa kau serius dengan ucapanmu Justin?" Tanya Daddy akhirnya. Aku menatap daddy serius.

          "Ya, aku sungguh serius dad," Balasku.

          "Apa yang menjadi alasan mu untuk meninggalkan kota ini Justin, atau ada sesuatu?" Tanya daddy lagi, aku hampir tersendak air ludahku sendiri. Tidak, ini bukan saat nya untuk gugup. Aku tidak akan bisa keluar dari kota ini jika aku membuat daddy curiga.

          "Aku ingin merintis karir ku mulai dari awal. Aku ingin aku berhasil tanpa bantuan dari daddy dan juga mom," Ucapku cepat.

          "Apakah harus pindah? Kau bisa tetap disini Justin, sungguh mommy tidak suka jauh-jauh darimu. Kau jarang pulang saja sudah membuat mom merindukan mu. Bagaimana jika kau tinggal di Dallas. Itu tidak seperti dari rumah kita ke stasiun Chicago." Ucap mommy sedih.

          "Jika aku tetap disini, aku hanya akan terus mengharapakan mom serta dad. Aku tidak akan pernah bisa mandiri karena aku tahu kalian akan selalu membantuku mom, dad." Balasku, aku melihat daddy menganggukkan kepalanya tanpa menaruh sedikitpun kecurigaan.

          "Aku rasa semua yang dikatakan anakmu itu benar Emma, kapan kau akan berangkat,?" Tanya daddy padaku.

          "Rencana nya aku akan berangkat lusa Dad, aku kemari sekaligus pamit." Ucapku, mom terlihat semakin sedih. aku membawa tubuhnya kedalam pelukanku. Ku kecup kening nya.

          "Aku berjanji kapanpun mommy merindukan ku, aku akan datang untuk mom," Ucapku.

          "Berjanjilah untuk itu sayang," Mommy menatapku lekat. Aku mengangguk dan mengecup pipinya.

                                                *****

Hari ini hari keberangkatan ku ke Dallas. Aku berharap semuanya akan berubah setelah aku tiba disana. Aku mengecup kedua pipi mommy dan terakhir kening nya. "Daddy sudah membelikan apartement untuk kau tinggali disana. Dan Daddy harap kau akan berhasil juga bisa betah disana," Ucap daddy menepuk pundak ku pelan.

          "Dad, aku ini bukan laki-laki cengeng yang ingin kembali saat  merasa tidak betah," Ucapku. Daddy terkekeh melihatku yang sedikit kesal.

          "Jangan lupa makan teratur, terus tidur yang cukup dan jika kau membutuhkan apapun. Kau harus menelphon mom," Mommy menatapku lagi dengan raut wajah sedih nya. ya tuhan semenjak berita keberangkatan ku mom memang selalu sedih. bagaimana tidak, aku ini anak satu-satunya yang mommy punya.

          "Mom, jangan berlebihan. Justin bukan anak berumur 5th lagi." Balas daddy sedikit lelah terhadap sikap mom yang selalu menganggapku anak kecil.

          "Apa yang dad katakana itu benar mom. Mommy  tidak usah khawatir." Ucapku lagi.

          "Kau itu anak satu-satunya mom, bagaimana bisa mommy tidak mengkhawatirkanmu. Apalagi jarak antara Chicago dan Dallas itu tidak dekat," Balasnya lagi.

          "Aku kan sudah mengatakan pada mommy tempo hari. Aku harus berangkat mom, dad. Aku akan menghubungi kalian setelah tiba disana," Aku memeluk keduanya bergantian sekali lagi, Julio tidak hadir karena sebagai GM ia sangat sibuk hari ini. Ada beberapa rapat yang harus ia hadiri.

Aku berjalan menuju gate pembatas antara penumpang, aku menoleh dan melambaikan tangan kepada orang tua yang selama ini sudah membesarkanku dengan penuh kasih sayang. Berat rasanya meninggalkan semua ini palagi mom. Aku berharap Dallas akan memberiku kehidupan yang nyaman nantinya,.

My weird Husband is not gay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang