Ceo

468 10 0
                                    

Justin (POV)

Aku tidak tahu harus menanggapi apa dengan pertemuan bersama gadis kecil itu. Baru 3 minggu disini aku sudah dikatakan pembawa sial oleh nya, lagipula mengapa aku harus bertemu lagi dengan nya? Seharusnya aku bisa meminta ganti rugi akan alat tulisku tempo hari yang di rusak olehnya.

Tapi, mengapa saat bertemu dengan nya, entah kenapa rasanya emosiku selalu saja tinggi? Sebenarnya gadis itu terlihat menarik dan juga cantik. Dengan wajahnya yang polos terlihat seperti bayi. Dan matanya yang sedikit sipit tapi tetap membuatnya terlihat cantik. Lalu bibirnya, astaga benar-benar mampu membuatku ingin melumat nya habis. Astaga apa yang aku fikirkan. Aku memang beberapa kali pernah berkencan dengan wanita dan, yeah laki-laki juga. Tapi kenapa rasanya gadis ini berbeda.

Atau karena dia terlihat polos seperti anak kecil? Atau karena dia sudah menyebutku pak tua. Oh Justin apa yang kau pikirkan. Daripada kau terus berkhayal sebaiknya kau menghubungi Julio, ya mungkin saja aku bisa mendapat kabar terbaru dari nya. Ku slide layar Iphone ku, "Hallo bro," Sapanya di sebrang sana.

          "Santai bro, kau seperti tidak berbicara denganku selama 3th, kau tahu?" Aku terkekeh di akhir kalimat ku. dasar Julio aneh. Terkadang dia begitu berlebihan seperti pasangan gay ku.

          "Kau, Aku ingin mengatakan satu hal dengan mu, dan ini sangat penting." Ucapnya,

          "Memangnya apa yang penting itu huh, kau seperti ingin membuatku terkena serangan  jantung tiba-tiba," Balasku.

          "Charlie datang kepadaku dan bertanya apakah kau menyukai perempuan atau tidak," uhuk, aku tersendak air ludahku. Apakah secepat ini? Batinku bertanya. Sekarang aku benar-benar merasa seperti terkena serangan jantung sungguhan.

          "Apa kau tidak sedang mengerjaiku Julio? Jika ya, kau akan habis di tanganku. Bagaimanapun juga aku adalah anggota karate saat SMA," Ucapku mencoba mengancamnya.

          "Tidak ada guna nya aku bermain-main denganmu Justin, kau tahu yang ku dengar Ray, mantan gay mu datang kerumah Charlie untuk bertemu denganmu. Katanya dia tidak menemuimu di apartement," Julio terdengar serius dengan ucapan nya. Apa memang sudah saat nya riwayatku tamat? Oh tuhan sungguh aku masih ingin hidup dan normal sebagaimana mestinya. Jerit hatiku.

          "Dan, kau tahu dari semua pasangan gaymu, Ray lah yang tampak seperti wanita sungguhan. Kurasa Charlie menaruh rasa curiga dengan nya, sehingga Charlie bertanya demikian denganku," Frustasi, mungkin itu yang kini di derita oleh Julio. Dan itu semua karenaku.

          "Apakah akhirnya akan seperti ini Julio? Aku sungguh ingin membunuh Ray sekarang," Ucapku geram, bajingan sekali Ray. Dia sungguh tidak mengindahkan semua ucapanku. Argghh.

          "Tenanglah, aku akan mencoba menjelaskan dengan sebisa mungkin kepada Charlie, tapi untuk sementara kau jangan menghubungi siapapun selain aku dan Charlie. Termasuk Ray," Julio memang sahabatku yang sangat pengertian, setelah teman-temanku tahu aku seorang 'biseksual' banyak yang menjauhiku dengan alasan 'takut ku ajak menjadi pasangan gay'.. hanya Julio yang bertahan menjadi sahabatku.

          "Aku harap Charlie tidak tahu yang sebenarnya. Dan terimakasih atas bantuanmu Julio, aku tak tahu harus membalasnya dengan apa," Jujur ku mengaku.

          "Mungkin kau bisa membayarnya dengan tidur denganku semalam, jika tak keberatan," Aku tahu dia tidak serius. Bahkan tiap malamnya ia mampu membobol seorang perawan manapun yang dia inginkan.

My weird Husband is not gay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang