Pertemuan

469 13 0
                                    

Author (POV)

Pria tampan itu baru saja tiba di Dallas Fort Worth internasional Airport, ia akan memulai hari barunya di sini. Dan ia berdoa pada tuhan supaya harinya akan lebih indah untuk kedepan. Setelah menemukan orang suruhan Tuan Davidson, Pria itu bergegas menuju  apartement nya. Apartement yang sangat mewah tidak jauh dari University of Dallas. Rencana nya Pria itu akan membuka cabang perusahaan milik Charlie di Dallas yang kebetulan belum ada di Daerah Texas ini.

Justin Bieber Davidson, ya, Pria tampan yang melarikan diri dari Chicago hanya untuk melindungi nama baik keluarga Davidson. Ia menghela nafas saat tiba di dalam apartement megah nya. Menghempaskan diri di atas ranjang king size nya, beristirahat barang 2 jam tidak terlalu buruk bukan? Dengan segera mata indah dengan bola mata hazel itu terpejam., Menulusuri mimpi.

                             ******

Gadis itu terlihat tergesa memasuki lingkungan universitas, pagi ini ia terlambat untuk yang kedua kalinya selama satu bulan ini. Dengan pelan ia menarik nafas panjang. " Aravina Portman," Ia terpaku saat namanya di sebut. Dalam hati ia merutuki dirinya sendiri yang telat pagi ini.

          "Apakah kau sudah lupa dengan peraturan yang ada di kampus ini?" Teriakan itu lagi, teriakan dari ketua senat yang benar-benar sangat  tidak menyukai Ara.

          "Maaf," Hanya kata itu yang mampu di utarakan oleh Ara.

          "Bulan ini, kedua kalinya kau telat, dan kupastikan kau akan kehilangan beasiswamu jika kau masih terlambat untuk ke tiga kalinya. Beasiswa ini sangat berarti bukan untukmu?" Senyum licik terpampang jelas di wajah garang nya. Robert Garret.

          "Tetapi, aku bisa tidak melaporkan mu jika kau mau berkencan satu malam denganku." Sial, rasanya Ara sungguh ingin melayangkan tinju nya di wajah Robert  memukul nya hingga babak belur. Tetapi, ia mencoba menahan diri Dengan sabar ia menahan emosi nya. Ia butuh beasiswa ini untuk merubah kehidupan nya.

          "Aku tidak akan terlambat lagi, tapi maaf tuan Garret yang terhormat. Aku masih punya harga diri untuk tidak menjual tubuhku," Ucapnya berlalu dari hadapan Robert. Beberapa kali Robert memang melecehkan Ara dengan kata-kata nya. Tapi Ara, tentu saja gadis itu tidak pernah menghiraukan Robert.

Ara menghempaskan tubuhnya diatas kursi miliknya, Jaimei langsung menghampiri Ara, "Mengapa kau bisa telat Ara?" Tanya Jaimei.

          "Aku baru tidur tepat pukul 3 tadi," Ucap Ara santai.

          "Apa? Astaga pantas wajahmu terlihat seperti Zombie sekarang."

          "Oh, benarkah? Itu lebih baik dari pada kau harus menyebutku anak sekolah dasar," Ara mencebikkan kedua pipinya membuat ia terlihat semakin imut.

          "Hmm, mengapa kau sampai tidur sepagi itu? Atau kau?, jangan-jangan,, ya tuhan jika kau butuh banyak uang kau bisa bicara padaku dan juga Ben, kami akan membantumu Ara," ku jitak kepala Jaimei yang berkata sembarangan.

          "Heh, aku ini masih waras. Aku semalam itu lembur dan baru tiba di rumah pukul 10 malam, dan aku melanjutkan kembali novel yang sudah di terima oleh penerbit. Kemarin Revi menyuruhku untuk segera membuat novelnya karena akan di terbitkan secepatnya." Ara memotong ucapan Jaimei sebelum akhirnya Jaimei berfantasi yang tidak-tidak tentang Ara. Jaimei memang sangat horror jika menyangkut hidup Ara.

          "Syukurlah kau masih sadar akan itu, Ya tuhan terimakasih kau masih menunjukan jalan yang benar untuk Adik kecilku," Ara memutar kedua bola mata nya mendengar doa Jaimei.

          "Hei, kita ini hanya berbeda 2th, kau berdoa seolah-olah aku ini baru berumur 10th," Ara menatapnya jengkel, kedua nya memang selalu seperti ini saat bertemu. Tapi tidak bisa di pungkiri Ara sangat menyayangi Jaimei. Begitupun sebaliknya.

          "Oh, kau memang masih 10th sayang. Hei ada dosen," Ucapnya kemudian duduk di kursinya.

Ara terlihat bercanda tawa bersama kedua sahabat nya di cafeteria kampus. Sesekali mereka terlihat saling menggoda. Bahkan terkadang wajah Ara terlihat merona akan godaan yang di lontarkan Jaimei maupun Ben. Seseorang terlihat memperhatikan Ara dari Jauh, Pria itu menyunggingkan senyum sinisnya melihat kearah ketiga sahabat itu.

          "Kau tidak akan bisa menolak ku, aku pastikan cepat atau lambat aku akan memilikimu," Senyum licik tersungging di bibir sexy nya.

                                                *****

Ara terlihat berlari dengan tergesa dari kampus menuju seatle bus yang tepat berada di sebrang kampus. Ara berlari tanpa melihat kanan kiri, membuat seseorang memelototkan matanya saat semua barangnya berhamburan akibat tingkah Ara.

Ara menatap semua kertas-kertas yang berhamburan. Ya sepertinya pria itu baru saja berbelanja alat kantor, "Maafkan aku, aku sungguh tidak sengaja," Ara memungut satu persatu kertas yang kini bertebaran.

          "Makanya jangan berlari-lari anak kecil. Masih kecil saja sudah banyak tingkah," Ara memelototkan matanya mendengar ia disebut anak kecil. Kertas yang sudah ia pungut langsung ia buang sembarangan. Ia hendak pergi dari tempat itu namun tangan nya di tahan oleh sebuah tangan kekar.

          "Mau kemana kau, kau harus mengganti semua barangku yang rusak akibat dirimu," Ucapnya dingin. Ara menatap pria di hadapan nya, tampan tapi tingkah lakunya tidak cukup baik.

          "Aku tidak akan mau mengganti semua ini, apalagi setelah kau mengataiku anak kecil. Aku harus pergi aku tidak mau di pecat gara-gara kau," Ara lagi-lagi ingin meninggalkan pria di hadapan nya.

          "Di pecat, kau tidak salah, memang nya apa pekerjaan mu? Bahkan aku saja tidak yakin akan ada orang yang memberimu pekerjaan. Dasar gadis kecil yang ceroboh," Pria itu menatap Ara meremehkan.

          "Berhenti memanggilku anak kecil pria tua, aku ini sudah 20th. Dan satu lagi kau boleh tidak percaya padaku, tapi orang di luar sana bisa mempercayaiku." Ara menginjak kaki pria itu dan langsung berlari memasuki Bus yang kebetulan baru saja tiba.

          "Hei, kau awas kau jika bertemu," Teriak nya, Ara menjulurkan lidahnya meledek pria itu.

Ia membuang semua kertas yang sudah berhasil ia pungut dengan kesal. Gadis itu, siapa dia berani sekali ia memperlakukanku seperti itu, menginjak kaki ku sesuka hatinya. Apa dia pikir tidak sakit, awas saja jika bertemu lagi. Pria itu mendengus sebal.

My weird Husband is not gay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang