Book 2 - Chapter 8

1K 158 34
                                    

Ini ff masi ada yang nungguin gak ya ? masi worth kah buat di lanjutin ? :((( aku baru ajh daftar wisuda, udah selesai skripsiku. oh akhirnya aku ngerasain sidang kuliah kaya gmn wkwkwk ternyata tydaqqq semengerikan yang di bayangkan hahaha xD

sebelum baca alangkah baiknya  mengulang beberapa chapter sebelum ini biar gk lupa sama ceritanya, karna cerita absurd ini sudah lama menjadi lumut haha xD happy reading guys ^.^

........

[Jungwoo Pov]

Aku menutup pintu lemari es dan menghela napas. Aku seperti merasakan jika  Mingyu memiliki rencana yang buruk, yah kuharap itu hanya  prasangkaku saja. Dia cukup santai bagi seseorang yang berkecimpung di dunia bisnis tapi aku rasa memang benar, aku benar-benar tidak boleh menilai buku dari penampilannya

Mengambil botol air sebelum menutup pintu. Kalau dipikir-pikir, Lucas dan aku tidak memiliki kesempatan untuk bertemu atau berbicara dengan satu sama lain hari ini di kantor.

Sial, kondominium ini  terasa sepi tanpanya.

Kami berdua memiliki pekerjaan masing-masing yang menyibukkan. Beruntung pekerjaanku selesai lebih cepat sehingga aku bisa pulang lebih awal.

Melirik ponselku yang berada di meja sebelum mengerang.

Ah, aku benar-benar ingin mendengar suaranya.

Dengan cepat aku mengambil ponsel, mengetik nomornya dan menunggu dia menjawab. Setelah beberapa dering, akhirnya dia mengangkat.

"Apa?" Jantungku berdegup kencang bahkan hanya dengan mendengar suaranya saja.

"T-tidak ada apa-apa." Aku duduk di kursi, memeluk lututku. "Apa yang kau lakukan?"

Aku mendengar sebuah kursi berderit. "Masih pekerjaan yang sama." Ada suara ketukan seperti seseorang mengetik di keyboard. Jadi dia benar-benar masih di kantor.

"Lembur?

"Sepertinya aku tidak punya pilihan, 'kan?" Dia bergumam

"Lucas." Aku memeluk lututku lebih erat dan menggenggam ponsel. "Aku merindukanmu."

Suara mengetik tiba-tiba berhenti, aku menelan ludah. "L-lucas?"

Lucas mendengus. "Kau ingin bercinta melalui telepon?" Dia bertanya dengan sinis dan itu membuatku memerah.

Aku cemberut. "I-Idiot, bukan itu yang kumaksud!"

"Jadi, kau ingin aku pulang sekarang, sayang?" Satu pertanyaan sederhana yang membuatku memerah. Lucas seolah bisa membaca apa yang ada di dalam pikiranku.

Aku menggigit bibir. "Kau benar-benar perlu menanyakan itu, huh?"

Satu jam berlalu dan Lucas akhirnya tiba. Aku membuka pintu untuknya, dia berdiri di depanku; tersenyum. Dia memberiku tas kerjanya sebelum memasuki kondominium miliknya.

"Sial, aku sangat lelah." Dia bergumam, aku melihatnya sedikit kasihan.

"Kau sudah makan?" Lucas mengangkat bahunya

"Belum. Kau punya sesuatu untuk dimakan? "

Aku berjalan ke dapur. "Ya, aku baru saja memasak." Aku berhenti ketika merasakan eksistensi Lucas di belakangku.

"Kau masak apa?" Dia bertanya saat lengannya yang kuat melingkari pinggangku. Dia mencium sisi leherku, membuatku sedikit gemetar.

"A-aku membuat uhmm." Aku menutup mata, mencoba untuk berpikir apa yang akan aku jawab padanya. "B-beberapa makanan."

"Makanan apa?" Dia bertanya lagi. Bibir Lucas menyentuh telingaku, aku mendesah.

Mengulurkan tangan yang gemetar ke lemari es untuk mendapatkan sisa makanan yang kumiliki. Lututku mulai melemah ketika tangannya masuk ke dalam celana dan memijat selangkanganku.

The Nerd and His Lover (Lucas X Jungwoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang