prolog

68 9 5
                                    

Malam itu, terlihat sepasang mata indah yang sedang menatap penuh amarah. Terdapat kebencian pada sorot matanya. Nafasnya memburu, wajahnya berapi-api.

Ia melangkah mendekat dengan seorang wanita yang sedang berjalin tangan dengan seorang pria.

Dengan tatapan tajamnya, Dylan menarik tangan wanita itu.
"Mau lo apa, hah?! Lo nyuruh gue dateng kesini untuk sekedar nunjukin lo mesra-mesraan sama Yuro, iya?!" bentaknya dengan nada tinggi.

Dylan menarik tangan Luna, kekasihnya itu menjauh dari restoran mewah tersebut dengan bergegas.

"LO TAU APA AJA YANG UDAH GUE KORBANIN UNTUK LO SELAMA INI?! LO TAU?!" bentaknya sekali lagi.

"APA ALASAN LO LAKUIN INI KE GUE?! APA KURANGNYA GUE SELAMA INI?! APA GUE KURANG BAIK?!"

Luna hanya bisa diam dan meringis menahan sakit yang ia rasakan di pergelangan tangannya.
Dylan tak peduli, ia tetap mencengkram tangan Luna dengan kasar.

Luna berusaha menahan tangisnya, namun pada akhirnya tangisnya pun pecah.

"Lo cuma ga tau yang gue rasain selama ini, Lan. Lo cuma bisa berpendapat sesuka lo. Lo egois, lo ga pernah ngakuin kesalahan lo sendiri. Gue ga pernah nyaman ama lo, itu kenapa gue lebih milih Yuro. Puas lo udah denger jawaban gue?!" Luna balas membentak.

Dylan melepaskan cengkaramannya dan mengacak rambutnya frustasi.

Ia mengambil jas yang sudah ia siapkan khusus untuk malam ini, untuk makan malam bersama Luna.

Namun yang ia terima bukan hasil yang ia harapkan.
Bukan kebahagiaan yang harusnya ia dapatkan.

Melainkan pemandangan dimana kekasihnya, lebih memilih pria lain.

Malam yang kelam, malam yang kosong untuk Dylan.
Namun malam itu tak berakhir begitu saja.

Malam itu adalah malam pembukaan untuk Dylan. Malam dimana kisah cintanya yang baru dimulai.

to be continued
• • •

30 Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang