"Aku tak mengerti takdir, mereka seakan mempermainkan ku" -Aera
"Aku telah di jodohkan dan akan menikah minggu depan"
Perkataan Jimin sukses membuat Na Young tak bergerak sedikitpun. Na Young terdiam mendengar kata-kata yang sangat jelas keluar dari mulut Jimin. Dunianya serasa berhenti, satu kalimat yang Jimin ucapkan, membuatnya membisu. Jimin telah dijodohkan dan akan menikah—menikah.
"Sejak kapan?" tanya Na Young dengan bibirnya yang bergetar. Air matanya siap jatuh membasahi pipinya. Jimin hanya diam, ia sangat bingung apa yang harus ia katakan. Sebenarnya Jimin tidak ingin mengatakan ini, karena Jimin tahu pasti akan seperti ini setelah ia mengatakannya.
Jimin mengerti, jika Na Young hanya diam. Pasti hatinya sangat sakit saat ini. Jimin tahu itu. "Baiklah kalau begitu..." Belum selesai Jimin berbicara, Na Young tiba-tiba memeluknya sangat erat. Seakan-akan tak ingin berpisah dari Jimin, mencoba mencari kenyamanan di sana.
Jimin terkejut dengan perlakuan Na Young. Apakah ini adalah akhir dari hubungan mereka? Jimin tidak membalas ataupun menolak pelukan Na Young. Ia memejamkan matanya sebelum ucapan Na Young membuat jantungnya hampir berhenti berdetak. "Aku masih sangat mencintaimu-"
"Bagaimana, jika hubungan ini tetap berlanjut?— Jujur, aku tak bisa melepaskanmu" Na Young semakin erat memeluk Jimin. Jimin tak mampu mengucapkan satu kata pun. Fungsi otaknya seakan hilang, perkataan Na Young sangat mengejutkan untuknya. Melanjutkan hubungan? Sementara ia telah terikat dengan hubungan yang sebenarnya?
Ini gila!
"Na Young, apa kau bercanda?" tanya Jimin dengan nada datarnya. Na Young melepas pelukannya, menatap Jimin dengan wajah yang membingungkan. Alisnya terangkat, matanya menyipit. Apa Jimin tidak mau melanjutkan hubungan ini?
"Apa aku terlihat seperti sedang bercanda?" Na Young menatap tepat di mata Jimin. Ia berusaha meyakinkan Jimin. Jimin dapat melihat tidak ada kebohongan di mata Na Young. Perkataannya benar-benar serius. Jimin tidak habis pikir, benarkah ini Na Young?
"Kenapa, Jimin? Bukannya kau bilang padaku, bahwa kau tidak akan meninggalkanku.. Apa kau lupa, Jimin?"
Jimin kembali teringat kata-kata yang pernah diucapkannya pada Na Young.
'Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu.'
Jimin diam mematung. Ya—dia memang mengatakan itu. Tetapi, itu dahulu, keadaan dahulu dengan sekarang berbeda, tak pernah direncanakan, mendadak begitu saja. Jimin memang sangat mencintai Na Young.
Namun, apakah harus seperti itu? Haruskah ia melakukannya? Meskipun tak pernah terbesit baginya, untuk memiliki perasaan pada Aera. Ia juga memiliki hati untuk tidak mempermainkan perasaan seorang wanita.
"Bagaimana Jimin?" Na Young mendekatkan tubuhnya pada Jimin. Ia menatap mata Jimin dengan lekat, seakan memohon, meminta mengabulkan keinginannya.
Dan entah dorongan darimana, Jimin akhirnya mengangguk setuju. Jimin pikir ini adalah jalan satu-satunya, agar ia tidak kehilangan Na Young. Tanpa tahu bagaimana perasaan Aera jika mengetahui ini.
Na Young kembali memeluk Jimin. Ia sangat bahagia Jimin mengabulkan permintaannya. Sepertinya, dunia dan takdir berpihak padanya dan mendukung apa yang ia inginkan. Tanpa memikirkan satu hal yang sangat penting dalam kehidupan.
Tidak ada yang bisa memprediksi takdir, dan juga tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi pada hubungannya dengan Jimin setelah ini. Entahlah, kita lihat saja bagaimana Tuhan telah menulis skenario yang sangat indah untuk hambanya.
Selama di perjalanan pulang, Jimin terus saja memikirkan kejadian beberapa menit yang lalu. Apakah benar? Semua ini adalah kenyataan? Berkali-kali ia mencoba untuk menjernihkan pikirannya. Jimin teramat pusing dengan hal ini. Ia terus bertanya-tanya pada dirinya, apakah yang ia lakukan benar? Bagaimana jika suatu saat perasaannya pada Na Young menghilang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn Leaves
FanfictionShin Aera, gadis cantik dan periang. Memimpikan berbagai hal layaknya seorang gadis. Ia menyukai musim gugur dan sekaligus membencinya. Tepat di musim gugur, pernikahan antara Park Jimin dan Shin Aera dilangsungkan. Mereka dijodohkan oleh kedua ora...