A drama

214 21 6
                                    

'Seandainya angin dapat berbicara, aku adalah orang pertama yang mengatakan semua isi hatiku' -Taehyung

"Dan bagaimana jika aku mengatakan, aku ingin kembali padamu?"

Hanya sebuah pertanyaan, mampu membuat tubuh Aera melemas. Aera tak pernah memikirkan hal ini akan terjadi. Dirinya belum siap untuk hal itu, hal yang sangat mengejutkan hatinya.

Berbagai pertanyaan terlintas di pikirannya.

Apa maksud dari semua ini?

Mengapa dia kembali di saat Aera mulai menerima keadaan?

Aera terdiam, tak mampu menjawab pertanyaan Taehyung.

Apakah Taehyung sedang mempermainkannya?

Aera tersenyum miris, jika memang benar ini hanya permainan Taehyung, Aera benar-benar akan melenyapkan perasaannya pada Taehyung. Hingga tidak ada sedikitpun perasaan itu.

"Bagaimana? Apa jawaban mu?"

Taehyung menatap Aera dengan tatapan seperti dua tahun yang lalu. Tatapan yang menenangkan. Taehyung sangat tahu kelemahan Aera—tatapan. Sebuah tatapan yang memiliki arti permohonan. Aera lemah akan hal itu.

"Apa kau sedang mempermainkan ku, Taehyung?" tanya Aera, menatap Taehyung kecewa.

Taehyung tercenung, ia tak bisa mengatakan apapun saat mata mereka bersibobrok. Saat ini, jantung Taehyung sama halnya seperti Aera. Berdetak tak karuan dengan hanya mendengar sebuah pertanyaan atau lebih tepatnya pernyataan. Pernyataan yang menyayat hati, membuka kembali luka lama yang bahkan bertambah besar.

Aera mengalihkan pandangannya, salah tingkah saat Taehyung menatapnya begitu dalam. Sudah menjadi kebiasaan Taehyung untuk menatap mata lawan bicara saat sedang bercengkrama, ditambah ia menatapnya sangat dalam.

"Maaf, sepertinya aku harus pergi" ucap Aera yang sedang mengemas barangnya.

Aera hendak segera pergi, dari tempat itu. Ia sudah tak sanggup lagi untuk mendengar pernyataan yang akan terlontar dari Taehyung.

Dengan cepat, Taehyung mencekal lengan Aera, dan tanpa Aera sangka, Taehyung memeluknya erat, sangat erat.

"Tak bisakah, kita kembali seperti dulu?" lirih Taehyung.

Ia mengelus rambut panjang Aera, memberikan sebuah kenyamanan yang selalu dirindukan Aera. Rambut Aera telah menjadi objek favorit Taehyung. Masih sama, lembut dan halus.

Aera terdiam, tak menanggapi pernyataan Taehyung. Ketakutan Aera menjadi nyata, seseorang di masa lalunya kembali dengan sejuta kenangan bersamanya. Dimana kenangan itu harus terkubur. Aera tidak ingin kembali mengingat masa-masa itu, meskipun tidak sepenuhnya itu, adalah kesalahan Taehyung.

"Maaf, aku harus pergi"

Aera melepas pelukan Taehyung dengan cepat. Ia tidak ingin terlalu larut dalam suasana. Lalu, pergi tanpa ada kata sedikit pun. Pergi dari tempat itu dengan sangat cepat. Berharap tidak ada seorang pun yang melihat air matanya.

Luka lama kembali terbuka dan semakin besar!

Taehyung menghela napasnya, terdiam melihat punggung Aera yang menjauh. Begitu rapuh, Taehyung sangat ingin merengkuh kembali tubuh itu. Hatinya terasa sakit, mengetahui jarak telah tercipta di antara mereka. Jarak yang begitu jauh, yang hanya dapat di tempuh dengan kesabaran dan ketulusan.

Taehyung terduduk di bangku itu, bangku yang menjadi saksi bisu, dimana hubungan Taehyung dan Aera berakhir. Kenangan masih membekas di benak Taehyung. Begitu indah sekaligus menyakitkan.

Autumn LeavesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang